Prolog

75 10 0
                                    


.

langit mendung menghiasi sore yang seharusnya cerah dan hangat. padahal menurut prakiraan cuaca, besok baru akan hujan.

ellana memandang layar ponselnya yang menghitam. sudah sedari tadi ia menunggu panggilan dari temannya untuk pergi refreshing di kafe langganan mereka.

setelah hampir satu setengah jam menunggu hingga rasa kantuk menghampiri,  terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat ellana segera tersadar setelah merem beberapa saat.

tak pakai lama, ellana beranjak dari kursi nya, lalu membuka pintu. nampak seorang pemuda berpostur tubuh tinggi dengan susu pisang di tangannya. pemuda ini tak lain adalah kakak sepupunya, heeseung.

"temen lo tuh didepan" ujar heeseung.

ellana mengernyitkan dahi, "napa dia nggak nelpon gue aja njir?"

"yo ndak tau kok tanya saya" heeseung melangkah pergi lalu berkata, "buruan dia nunggu di ruang tamu"

tanpa basa-basi, ellana kembali masuk kedalam kamarnya. mengambil tas dan segala macam perlengkapan lainnya lalu turun ke bawah.



"gue nelpon lo udah sepuluh kali ye bambang! kok nggak di angkat?" celetuk pemuda yang diyakini teman ellana.

sedangkan ellana yang baru turun dari atas hanya mengendikkan bahu. sejujurnya, tadi itu ponselnya tiba-tiba mati pas ellana tinggal merem sebentar. makanya dia nggak tau kalau ada telepon masuk.

"mau kemana kalian?" tanya heeseung sembari jalan ke dapur.

"ke kafe, biasa mau cari angin" sahut sunoo, teman ellana.

"angin kok dicari?" kekeh heeseung.

"daripada bang heeseung gaada yang nyariin" celoteh sunoo, sukses membuat oknum bermarga lee itu tertawa.

"udah anjir, gausah nge-jokes cem bapak-bapak" ujar ellana lalu menarik tangan sunoo.

"oh iya, udah mau hujan. kalau gitu kita duluan ya kak" sunoo melambaikan tangan kanannya ke arah heeseung sebelum bayangnya dan ellana menghilang di balik pintu.

sesampainya di halaman depan, sunoo memencet auto-open pada kunci mobilnya dan mereka segera masuk.

"kayanya kita refreshingnya sambil hujan-hujanan deh" ujar ellana yang tengah memasang sabuk pengaman.

"gue ngebut juga bisa"  sunoo kemudian melajukan mobilnya setelah menurunkan tuas rem tangan.

mobil merah tersebut keluar dari halaman rumah ellana. jarak menuju kafe tempat nongki tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 20 menit mereka sudah tiba disana. itu pun kalau belum turun hujan.

namun sayangnya semua terjadi di luar perkiraan. di tengah jalan, hujan turun mengguyur kota di sore hari. bertepatan saat itu juga mobil mereka terhenti karna lampu merah.

"noo," panggil ellana.

"apa?" sahut sunoo sambil fokus kedepan.

ellana terdiam sesaat, tidak berpaling dari kaca mobil. "ayo balik" ujar ellana tiba-tiba.

sunoo spontan menoleh, "loh kita kanㅡ"

namun, ia mengurungkan niatnya untuk memarahi ellana setelah melihat wajahnya.

"ㅡlo nangis?"

ellana tidak menjawab pertanyaan sunoo, beralih memberikan ponselnya.

pagi ini, yang seharusnya menjadi waktu santai nya malah membuat hatinya hancur setelah melihat foto yang dikirimkan oleh dari salah seorang temannya. terlihat jelas, kekasihnya sendiri kepergok bersama wanita lain di bar, dan mereka sedang..

"loh? ini kan bang jake pacar lo kan?" sunoo kaget. "ngapain dia cipok kan ama cewek lain?"

"noo, maaf" ellana segera turun dari mobil. untung mereka berhenti di dekat trotoar. tapi ini keputusan yang agak buruk, mengingat saat ini mereka berada di tengah jalan dan sedang hujan.

sunoo berniat ingin mengejar, namun lampu merah tergantikan dengan hijau. memaksanya untuk melajukan kendaraannya dan meninggalkan ellana yang semakin menjauh.

tak peduli dirinya basah karna hujan atau apa, ellana terus membawa langkahnya tak tau kemana. pokoknya, dimana pun itu selama ia bisa mengeluarkan semua rasa sakitnya.

lagipula dalam hujan seperti ini, tidak mungkin ada yang bisa melihat dirinya tenggelam dalam tangis.



"sialan!" teriak ellana dari atas jembatan sungai han. sedihnya semakin menjadi, dan suara hujan menutupi teriakannya.

ellana kemudian melihat ke bawah. niat buruk dalam dirinya muncul, bagaimana kalau ia merasakannya satu kali?

agak bodoh, tapi beginilah jika kau sudah dibutakan oleh rasa dan harapan.

lalu tiba-tiba, ellana merasakan kepalanya tidak lagi terbasahi hujan. pikirnya hujan sudah berhenti, namun saat ia menoleh kebelakang, satu uluran tangan dari seorang pemuda yang memayunginya membuatnya mengurungkan niatnya.

hujan di sore hari, menjadi saksi bisu bahwa ellana tidak lagi percaya pada rasa. akan tetapi, pertemuan singkat di sungai han ini, memaksanya kembali pada rasa itu.


.

Gone | Jay ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang