13. Sandrina sok ngatur?

58 9 0
                                    

Keesokan paginya Tarisya bersiap-siap lebih awal daripada biasanya. Setelah merapikan tempat tidurnya gadis itu mengambil parfumnya lalu disemprotkan ke tubuhnya. Selesai itu ia memperhatikan penampilannya sejenak yang terlihat sedikit berubah. Biasanya penampilannya urak-urakan.

Dilihatnya semua sudah sempurna dan sempat ia melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul enam pagi namun ia sudah selesai. Bergegas gadis itu mengambil Cardigan serta Tasnya lalu berjalan keluar kamar menuju meja makan yang di sana sudah ada sang mama, Diva dan Bunga.

Di tempat lain ada Sandrina yang sedang duduk sendirian di meja makannya. Gadis itu hanya makan dua lembar roti gandum dan susu putih melengkapi sarapannya. Rumahnya sangat sunyi entah kemana penghuni yang lainnya.

Sedangkan Syafa di tempat berbeda sedang asik bernyanyi di Kamar Mandi. Sudah setengah jam gadis itu menyanyi tidak jelas sedangkan Kiara menggelengkan kepalanya mendengar nyanyian Syafa yang begitu keras. Saat Syafa semakin kencang bernyanyi Kiara pun memutuskan untuk melangkahkan kakinya ke kamar mandi yang berada tak jauh dari Dapur.

"SYAFAA!" Teriak Kiara menggelegar.

"Iya, Ma?"

"Jangan teriak-teriak! Sakit tau kuping mama dengar kamu teriak-teriak." Tegur Kiara.

"Sumpel aja pakai kapas, Ma."

Kiara menghela nafas panjang. "Memangnya kamu nyanyi buat apa sih? Nggak mandi-mandi dari tadi yang ada nanti kamu telat sayang."

"Syafa lagi tes vokal siapa tau bisa ikut Indonesian idol kan bisa jadi terkenal Syafa mu ini."

"Halu aja terus suara fals kayak gitu sok-sokan ikut Indonesian idol."

"Biarin, suka-suka Syafa."

Lagi dan lagi Kiara menghela nafasnya. Wanita cantik itu pun memutuskan untuk melanjutkan memasak saja dan membiarkan anak gadisnya melakukan sesuka hatinya selagi masih dalam batas kewajaran. Berbeda dengan Syafa yang kembali bernyanyi sambil lompat-lompat dalam kamar mandinya.

*****
Tarisya menyantap sarapannya dengan sangat lahap membuat Diva sang kakak menuang air ke gelas kaca lalu diberikan kepada Tari saat melihat adiknya kesedak nasi gorengnya sedangkan Bunga menahan tawanya berbeda dengan Mawar yang tak mengerti apa yang terjadi pada Tarisya hari ini.

"Makan tuh pelan-pelan lagian ngapain sih buru-buru kayak gitu?" Tanya Diva.

"Tari mau cepat-cepat ke Sekolah."

"Tumben kamu mau cepat ke Sekolah biasanya paling malas berangkat sepagi ini." Celetuk Bunga yang sangat tahu kebiasaan Tari.

Tari yang mendengar ucapan Bunga seketika gadis itu mendengus kesal. "Ini nih yang gue benci, kalau gue berangkat cepat salah berangkat terlambat juga salah." Tari meneguk segelas airnya dan beranjak dari tempat duduknya.

Diva yang melihat Tari berjalan keluar dengan cepat ia menyusul adiknya dan tak lupa ia mengambil kotak bekal yang memang dari awal ia siapkan untuk Tari makan nanti di Sekolahnya. Saat berdiri di ambang pintu langkah Diva terhenti kala mendengar Tarisya berbicara sendiri.

"Sumpah ya gue Gedeg bangett punya kakak kayak Bunga, apapun yang gue lakukan pasti salah nggak ada satupun yang benar. Gue tau dia kakak gue cuman gue nggak suka aja sama kelakuan dia kalau tau begini gue ikut sama papa aja." Monolog Tari yang belum menyadari keberadaan Diva.

"Namanya juga Bunga, Tar. Dia itu harus dimengerti sedangkan kita nggak usah dia mengerti." Diva mendudukkan dirinya di kursi yang berada di sebelah Tarisya.

Tari yang menyadari keberadaan kakaknya langsung menolehkan kepalanya dan mengernyitkan dahinya kala Diva duduk rapi di sebelahnya dengan tatapan seperti biasanya. "Tuh dahi nggak usah di kasih kaya gitu kali." Ujar Diva.

2S1TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang