Part 9 - I'll try

401 77 20
                                    

Mungkin ini kali pertama Namjoon memikirkan sesuatu begitu lama, sampai terbawa-bawa. Sejak insiden makan malam di rumah Seokjin 2 hari yang lalu, Namjoon masih saja kepikiran. Iya, iya, Namjoon tau dia harus minta maaf kepada Seokjin. Namjoon bukannya tidak mau, tapi selama 2 hari ini Namjoon gelisah karna tidak tau bagaimana cara meminta maaf. Namjoon pikir Seokjin akan menghubunginya seperti biasa, namun ternyata sejak insiden itu Seokjin tidak menghubunginya hingga sekarang.

Awalnya Namjoon merasa lega, akhirnya si pemaksa itu berhenti mengaggunya juga. Iya benar! Bukankah semua wanita pada akhirnya akan seperti itu? Semuanya hanya manis di awal dan akhirnya tidak akan betah pada Namjoon. Makanya, Namjoon paling malas dengan urusan percintaan.

Tapi sepertinya kali ini berbeda. Jangan salah paham, maksud Namjoon adalah kasusnya berbeda disini. Ini bukan tentang Seokjin, tapi tentang perlakuan Namjoon yang memang agak keterlaluan tempo hari. Namjoon berusaha meminta maaf karena itu, iya hanya karna itu.

Tapi sepertinya kali ini Seokjin benar-benar marah hingga tidak menghubungi Namjoon selama 2 hari? Namjoon juga belum ada keberanian untuk bertemu langsung di rumah Seokjin yang juga terlihat sepi belakangan ini. Iya, Namjoon tau dia seharusnya langsung menemui Seokjin saja, tapi untuk pria seperti Namjoon hal itu akan terasa sangat sulit!

"Arrrgghh... Kenapa Seokjin harus marah begini? Saya kan jadi bingung karna harus memulai!" Keluh Namjoon sambil mengusak wajahnya enrah sudah keberapa kali.

"Kau ini kenapa? Sejak tadi melamun dan mengigau nama Seokjin? Kalian bertengkar?" Tanya Tuan Kim tiba-tiba berdiri disamping Namjoon

Namjoon mendengus kesal, memilih mengabaikan sang ayah. Bagi Namjoon hanya ada kata perdebatan jika bertemu dengan ayahnya, perihal apapun itu.

"Hey kenapa kau tidak menjawab ayah? Kau bertengkar dengan Seokjin kan? Astaga, sudah ayah duga akan seperti ini." Ucap Tuan Kim, mendengus kesal sambil meletakkan tas pancingnya di atas meja. Sepertinya pria paruh baya itu akan pergi memancing, namun tak sengaja menemukan si sulung yang melamun di ruang tamu

"Hey Namjoon, kalau kau sudah punya pacar berubahlah sedikit, kalau tidak dia akan meninggalkanmu! Kau sudah sangat beruntung bisa punya Seokjin!"

Namjoon lagi-lagi menghela napas, "Ayah berisik sekali. Ini urusan saya, bukan urusan ayah. Sebaiknya ayah pergi memancing saja."

"Ayah kan cuma memberi saran? Kenapa kau jadi marah?"

"Karna ayah tidak membantu sama sekali. Lagipula Seokjin tidak meninggalkan saya, kalaupun iya, ya biar saja. At least finally i can see her true colour."

Tuan Kim langsung menatap Namjoon tak percaya, "Omg, lihat dirimu! Siapa yang bisa tahan dengan orang menyebalkan sepertimu, huh?"

Tuan Kim lalu berjalan menghampiri Namjoon, "Kau benar. Kalau Seokjin ingin meninggalkanmu ya biar saja. Lagipula kau pikir kau ini siapa, huh? Berlagak begitu? Seokjin bisa mencari penggantimu dalam waktu singkat. Dia kan cantik? Hah.... Kau pasti akan menyesal nanti." Ucap Tuan Kim sambil kembali mengambil tas peralatan pancingnya lalu berjalan meninggalkan Namjoon, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara kekehan pelan dari Namjoon. Apa anak kurang ajar itu sedang tertawa?

"Terima kasih atas saran ayah, tapi ayah sok tau. Seokjin tidak akan melakukan itu pada saya." Ucap Namjoon sambil terkekeh pelan

Tuan Kim langsung menatap Namjoon kesal, "Apa kau bilang? Percaya diri sekali kau! Memangnya kau ini Pangeran eropa? Sultan timur tengah? Kau merasa paling tampan? Kaya? Cerdas? Kau harus sadar banyak yang lebih daripada kau, dan Seokjin bisa saja tergoda dan meninggalkanmu."

Namjoon hanya berekspresi tak peduli, "Entahlah. Seokjin pernah bilang, saya memang bukan yang paling tampan dan sempurna, tapi saya adalah yang paling oke dimatanya, tidak peduli siapapun yang ada disekitar saya. Seokjin tidak akan tertarik." Ucap Namjoon percaya diri.

Arrogant NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang