Beberapa hari kemudian kondisi Ravin semakin lama semakin membaik, setelah melewati masa koma nya pemulihan Ravin terbilang cukup cepat, walau pun Ravin belum bisa menggerakan seluruh tubuhnya secara sempurna.
Ravin masih belum bisa bangun, hanya kedua tangan dan bagian wajahnya saja yang sudah pulih, Ravin sudah bisa berbicara seperti biasa, hanya saja ia terkadang masih merasa pusing hebat di kepalanya.
Semakin lama kondisinya semakin stabil dan pulih, beberapa anggota gerak lain mulai bisa bekerja dengan normal, Ravin mulai bisa menggeliat sedikit demi sedikit.
Kata dokter kondisi Ravin sudah semakin stabil, dalam beberapa hari atau minggu Ravin bisa keluar dari rumah sakit, walau pun ada beberapa bagian yang membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama tapi secara keseluruhan semuanya baik.
Karna berkat Giska akhirnya Ravin bisa cepat pulih seperti sedia kala, benar apa yang di katakan oleh Amira dan yang lain, Ravin butuh sosok Giska bukan orang lain.
Terbukti saat ini kondisi Ravin semakin baik, masa pemulihan Ravin terbilang sangat cepat, dokter sampai geleng-geleng kepala tidak habis pikir.
Namun, semua bernapas lega, dengan ini keluarga Anggara bisa kembali utuh seperti sedia kala, masa-masa sulit sudah terlewati, kini mereka tinggal menikmati manisnya saja.
Sejak siuman dan tau kalau Giska tengah mengandung, sikap Ravin semakin manja, di tambah Ravin juga sedikit posesif tidak mau jauh-jauh dari sang istri.
Di tinggal keluar sebentar juga Ravin sudah menanyakan keberadaan istri nya itu, bahkan sesekali dengan acuh nya Ravin mengelus perut Giska yang masih rata di depan semua orang.
Seperti saat ini, Ravin tengah di suapi seperti anak kecil di depan Mama dan Papa nya. Kevin dan Amira yang melihat tingkah manja sang anak geleng-geleng kepala.
"Nambah lagi Mas?" tanya Giska setelah suapan terakhir.
Ravin sedikit menggelengkan kepalanya. "Mas kenyang sayang."
"Ya sudah. Mas minum dulu!"
Giska mengambil gelas yang sudah di sediakan sedotan disana, Ravin yang memang belum bisa bangun langsung minum lewat sedotan tersebut. Ravin meminum hampir setengah dari isi gelas tersebut.
Setelah itu Giska menaruh kembali gelas tersebut di atas nakas, tidak henti-hentinya mereka merekahkan senyum di bibir termasuk Amira dan Kevin yang turut bahagia.
"Elusin," pinta Ravin yang langsung di turuti oleh Giska.
Melihat keuwuan di depan matanya sedikit membuat Kevin kesal, sang Papa sedikit merasa kalau putra nya itu sengaja melakukan hal seperti itu, entah di tujukan kepada siapa namun Kevin merasa kesal melihatnya.
"Ck, manja terus! Berasa dunia milik berdua," cibir Kevin.
Ravin menyengir lebar. "Papa iri ya!"
"Gak tuh."
"Iri bilang aja Pah! Lagian Papa ini kayak gak pernah muda aja."
"Tau nih. Aa kan juga dulu kayak gitu! Manja sama Mira. Maklumin aja A!" Amira ikut berbicara.
"Hmm." Kevin hanya berdehem.
Ravin dan Amira terkekeh pelan, Giska juga ikut tertawa kecil, rasanya bahagia kalau semua ini berjalan dengan sangat manis seperti yang di harapkan.
Kesedihan akibat kesalah pahaman kemarin memang membuat Giska sedikit terpuruk, namun setelah semuanya clear rasa sedih itu seketika hilang dan terganti dengan rasa bahagia tiada tara.
"Mm, kamu kapan resign dari kantor kamu itu sayang?" tanya Ravin kepada Giska.
Sejenak Giska terdiam. "Mungkin mulai saat ini aku bakalan resign dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]
Teen Fiction(END) ----- "Gara-gara pesta sialan itu, gue terpaksa nikah sama cewek yang engga gue kenal. Baru juga sehari gue dapat ktp, eh, langsung di susul buku nikah besoknya." Curhatan hati seorang Ravin anggara putra. "Baru juga pulang kampung, udah di si...