"Senpai!" Suou-kun yang duduk di samping kiriku terlihat begitu semangat melihat beberapa cemilan yang kukeluarkan dari totebag yang kubawa. "B-boleh minta?"
"Boleh. Mau yang mana?" sahutku.
Di atas meja saat ini ada permen, potato chips, dan Pock* rasa Cookies and Cream.
"Yang ini~" Suou-kun menunjuk pada Pock* rasa Cookies and Cream.
Aku bisa merasakan Sena-senpai―yang duduk di hadapan kami―menembakkan tatapan setajam silet ke arah kami. "Kasa-kun! Sudah kubilang jangan terlalu banyak nyemil! [l/n] juga jangan sembarang memberinya begitu!"
Saat mendengar omelannya itu, pemuda tampan di sebelahku memasang muka memelas. Melihat perilakunya yang seperti itu, Sena-senpai balas berdecak sebal.
Hmm ... harus apa, ya? Kukasih atau nggak, ya?
Ah, ngomong-ngomong, saat ini kami menuju ke Tokyo menggunakan private jet milik sekolah―atau lebih tepatnya, milik keluarga Tenshouin. Akademi Yumenosaki memang memiliki hubungan bisnis yang sangat dekat dengan keluarga Tenshouin. Tentu saja, karena anak penerus keluarga tersebut menduduki jabatan ketua OSIS di Akademi Yumenosaki. Dengar-dengar sempat terjadi suatu kekacauan di sekolah, tetapi semuanya dituntaskan ketika Tenshouin-senpai naik jabatan menjadi ketua OSIS.
Ini pengalaman pertamaku naik private jet. Dan rasanya? Luar biasa. Aku merasa seperti konglomerat. Sofa yang kami duduki saat ini terasa empuk. Ruangan terasa sejuk dengan air conditioner yang memberikan siklus udara yang dingin. Nuansa interior yang terlihat cozy dan modern juga memuaskan indra penglihatan. Ada layanan Wi-Fi, memperbolehkan kami untuk mengakses internet. Pemandangan di luar jendela pesawat juga terasa indah dengan bentuk kerangka jendelanya yang sedikit unik. Perjalanan juga tak begitu terasa membosankan, karena ruangan yang kami tempati serasa seperti restoran berkelas. Tapi dibandingkan 'restoran', mungkin lebih cocok untuk disebut seperti ruang tamu, karena tak jauh di area kami saat ini yang bentukannya seperti meja makan, ada TV di hadapannya berupa sofa yang nggak kalah empuknya. Tentu saja, sofa itu saat ini sedang ditempati oleh Sakuma-kun tidur. Dan pramugari di sini juga ramah. Beberapa menit setelah lepas landas tapi kami ditawarkan makanan, dan menunya juga benar-benar mewah.
Dan satu hal yang nggak kupercaya, karena ini semua ditanggung sepenuhnya oleh Tenshouin ... ini semua gratis? Demi apa?! Aku merasa seperti seorang bangsawan! Semoga aja di masa depan aku bisa dinikahkan dengan cowok tajir yang ganteng yang baik yang pengertian. Dengan begitu aku bisa naik private jet seperti ini sepuasnya kapanpun kumau. Aamiin.
Setelah mempertimbangkan, pada akhirnya aku tetap memutuskan memberi camilan kepadanya. Sena-senpai hanya berdesah melihatku. Ya, aku bisa memahami apa yang dia pikirkan.
"Lagian nggak ada salahnya, kan, sekali-sekali?" kataku padanya.
"Iya, deh, 'sekali-sekali'. Pagi ini, sekali. Siang, sekali. Sore, sekali. Besok pun begitu. Lusa pun begitu," balasnya sinis. "Kasa-kun, kamu jangan coba-coba ikutan [l/n] dan menjadi orang gemuk begitu. Kamu, kan, idol. Nyebelin banget."
"Apa Senpai bilang?! Maksudmu aku gemuk?! Berat badanku termasuk kurus, lho?" gertakku meninggikan suara karena tersinggung.
Narukami-kun seperti biasa menjadi mediator di antara kami. "Sudah, sudah~ Nggak usah berantem! Duh, kalian kayak sepasang suami-istri aja, tiap hari ada aja berantemnya."
"Nggak gitu!" ucapku dan Sena-senpai berbarengan.
"Bercanda, ih~" balas Narukami-kun sembari mengayunkan tangannya lemah gemulai. Suou-kun dan yang sedari tadi memperhatikan pun tertawa, dilanjutkan dengan tawa kecewek-cewekan yang bisa didengar dari Narukami-kun.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑭𝒂𝒍𝒔𝒆 𝑪𝒐𝒏𝒇𝒊𝒅𝒆𝒏𝒄𝒆 || ≡ Izumi Sena × reader
Fanfiction- SLOW UPDATE - Batasan usia: 𝗠𝗮𝘁𝘂𝗿𝗲 (𝟭𝟲+) Genre : Drama/Romance. 𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴: Terdapat banyak kata kasar (profanity); sedikit gore; penyebutan atau niat tentang bunuh diri (suicide). 𝗡𝗼𝘁𝗲: 𝗗𝗶𝗺𝗼𝗵𝗼𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗺...