Rasa 64

380 27 8
                                    

Pagi itu adalah pertama kali aku dan bapak berolahraga tanpa takut kelaparan dan kepanasan seperti saat puasa kemarin.

Kami bermain bola voli hampir satu jam di halaman belakang sambil menikmati indahnya matahari pagi yang masih orange.

Sambil ketawa ketawa, permainan itu tak terasa sudah menimbulkan keringat yang membasahi kaos yang kami kenakan.

Rasanya memang berbeda jika kita bisa bermain dengan orangtua sendiri. Seperti ada sebuah rasa yang terulang dan terasa berkesan. Apalagi jika aku berhasil membuat bapak ketawa. Aku juga ikut ceria dibawanya.

Setelah keringat kami bercucuran dan mulai lengket, aku dan bapak mengakhiri permainan itu dan duduk beristirahat di teras dekat pintu masuk.
Aku sangat detail memperhatikan badannya yang basah itu. Rasanya pikiran gila ini mulai tumbuh dan mempengaruhiku lagi.

Sesaat sebelum dia melihat ke arahku, aku pasti melihat lihat bagian bagian tertentu yang kusukai darinya.

👲Buka aja kaosnya pak.
Nanti gatel lho...

Pintaku padanya dengan tujuan lain. Dia memandangku sebentar dengan pandangan yang agak bertanya tanya.
Entah apa yang ada di pikirannya, atau dia sudah mengetahui jika aku ingin melihatnya lebih dalam lagi.

Mulai dari rambutnya yang sedikit basah, mukanya yang berminyak akibat keringat, sampai kulitnya yang berubah jadi agak kusam, membuat aku semakin menggila dan berfantasi disaat itu juga.

Setelah mengibas ngibaskan kaos yang ia kenakan, tanpa ragu, ia lepas dan lempar ke kursi. Disaat itulah pikiranku semakin tak terkontrol dan selalu membayangkan yang tidak tidak dengan bapakku itu.

Aku mencoba mendekatkan diriku dengan tempat duduknya supaya aroma badannya tercium olehku.
Dia juga menyandarkan punggungnya di tiang seperti orang tak berdaya.
Aku seolah olah dipancing.

Perlahan aku menyentuh dada sampingnya yang agak lengket itu.
Entahlah, apa yang sedang mengontrol aku saat itu.

Dengan rasa yang agak ragu, aku meraba raba dan merasakan kelembutan kulit di area itu.
Sedikit ku turunkan sentuhan ku di dada itu, sampailah di puting dada yang berwarna kecoklatan.

Ya iyalah.... Masa berwarna hijau.... 🤭🤭🤭

Jujur saja aku selalu menahan nafas sambil dengan lembut menggerayangi tubuh bapakku sendiri.

Dia terlihat indah jika dilihat dari samping. Apalagi saat dalam keadaan basah seperti ini.

Dengan sentuhan sentuhan itu, bapak tidak merespon apa apa. Hanya diam dengan mata memandang ke arah depan atas.
Aku juga berjaga jaga dan memperhatikan perubahan ekspresi wajahnya.
Bisa saja tangan kanannya mengambil sesuatu dan ditumbukkan ke arahku.
😁😁😁

Mulai dari lengan, dada, perut dan leher sudah kuraba raba dengan halus. Tetapi orang itu hanya diam saja. Entah menikmati atau memang tidak punya pikiran apa apa.

Ketika aku meletakkan tangan kananku di paha sampingnya, ia baru mengambil kontrol kepalanya dan menoleh ke arahku.
Setelah melihat wajahku, ia beralih melihat ke badanku bagian bawah.

Sejauh ini ekspresinya tidak berubah. Tetap biasa saja. Namun, tanganku langsung kusingkirkan dari pahanya.
Aku juga memalingkan wajah ke arah ayam yang nyaris masuk ke dalam rumah lalu ku usir.

Aku pun tidak bisa berlama lama ia pandang. Segera aku meninggalkan dia untuk masuk ke dalam rumah dan meminum air putih supaya tenang.

👨🏻Aku juga ambilkan lah...

DUA NAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang