malam

4.8K 481 31
                                    


buat @kidneykin, sorry gak bisa di tag error kayaknya ini wattpad, makasih banyak komennya, gua suka liatnya.

mood banget, gua lanjut buat lo ya.

•••

dentingan jam berbunyi berdetak teratur, jam menunjukkan pukul 1 malam, samar sama suara seseorang yang sepertinya tengah berbicara, di ruang tengah bawah.

Haechan menggengan handphone, lelaki itu tengah berbincang dengan orangtuanya yang menelphone beberapa kali, Haechan harus turun ke lantai bawah untuk menjawab panggilan telphone dari sang Ayah.

tidak mau menganggu, sang kakak yang mengungsi di kamarnya, tengah tertidur lelap diatas kasur, terlihat jika Mark benar benar kelelahan.

"aslian, kalian beneran nginep di hotel?"

"..."

"jangan ngapa ngapain, Haechan gak mau ada anggota baru lagi, atau Haechan bakar rumah nih"

"..."

"pake kondom jangan lupa, beli dulu"

"..."

Haechan meringis saat sahutan suara kencang mamanya terdengar, mengomel karna mulut suci Haechan.

"yaudah, istirahat mama papa, Haechan juga ngantuk, bye" sebelum papanya mengoceh lagi, Haechan segera mematikan sambungan telphone, dia malas sebenarnya, malas mendengar orangtuanya mengoceh, jujur saja Haechan belum tidur karna mabar game online.

Haechan memang suka begadang, jadi jangan heran jika saat bangun wujudnya seperti zombie.

Jeno membuka pintu kamar, pria itu mendengar suara Haechan di lantai bawah, Haechan mungkin tengah mengambil air di dapur, kesempatan emas untuknya menyelinap masuk kedalam kamar Haechan yang kini di tempati oleh Mark.

Jeno masuk kedalam kamar pria itu lalu menutup pintu dan menguncinya, mata tajamnya di suguhkan pemandangan Mark yang tertidur dengan wajah polos.

pria April itu menepis pemikiran bodohnya jauh jauh, memperhatikan Mark yang tampak seperti bayi, malam ini dia harus berbicara dengan Mark, Jeno tidak peduli jika akan ada keributan besar, dia tidak mau menunggu sampai esok pagi.

jika pagi datang dan Jeno baru meniatkan untuk berbicara empat mata dengan Mark, anak itu bisa saja pergi dengan banyak alasan di tambah kedua orangtua Mark yang sudah terbangun.

"Mark, wake up"

"woi bangun" Jeno menarik selimut lelaki itu, Mark menggeliat dari tidurnya dan membuka perlahan lahan kedua matanya, nyawanya belum terkumpul, namun seseorang membangunkannya di tengah temaram kamar Haechan yang gelap.

mata Mark menyipit, cahaya dari sela sela gorden membantunya sedikit untuk mengenali sosok cowok yang berdiri di samping ranjangnya.

"Jeno?" gumamnya serak.

"iya ini Jeno, sekarang lo bangun. kita perlu ngomong"

Mark tersadar, perlahan lahan kesadarannya mengumpul, dan dia menyadari cowok yang kini berada di dalam satu ruangan dengannya adalah Jeno.

Mark melempar bantal, mengenai tubuh cowok itu, Jeno mengerutkan dahi dan sigap menangkap bantal yang di lemparkan oleh Mark.

"apa apaansih, ngelempar ngelempar gak jelas, gua minta lo bangun sekarang" titah Jeno, melemparkan bantal yang tadi Mark gunakan untuk memukulnya kearah sofa.

"gue gak mau ribut tengah malem sama lo, gue butuh istirahat" lirih Mark, Mark sedang tidak ingin bertemu Jeno apalagi beradu argumentasi.

jujur saja Mark lelah.

Jeno menyeringai "lo bangun sekarang apa mau gua perkosa tanpa ampun, jangan mancing. kebanyakan alesan!" Jeno sudah sabar sejak tadi, di dalam kamar Jeno tidak bisa tidur pikirannya selalu melayang layang pada kejadian siang tadi, mereka bertengkar hebat tanpa penyelesaian.

Mark mendesis.

"licik, gue jijik sama lo"

Jeno mengeraskan rahangnya, terpaksa dia berbuat kasar, menarik lengan Mark untuk segera beranjak dari ranjang membuat cowok agustus itu tersentak kuat dan terbanting ke lantai karna tarikan kuat Jeno.

Mark merintih, memegang tulang pinggulnya.

"shh sakit" rintih Mark,

Jeno terdiam, menatap Mark yang kesakitan, Jeno sama sekali tidak berniat untuk melakukannya tetapi karna terlanjur emosi pria itu menjadi berlebihan.

raut wajah Jeno berganti terlihat sedikit khawatir, cowok itu berusaha untuk membantu Mark namun Mark menepis dan menolak bantuannya.

"gak usah sentuh gue!"

"gua gak sengaja" ujar Jeno.

Mark bangkit dan menatap wajah Jeno yang tersorot cahaya rembulan dari sela sela gorden, cowok Agustus itu mendorong bahu Jeno hingga Jeno beberapa kali hampir terdorong kebelakang.

"udahlah, gak ada yang bisa di pertahanin kan, gue mau udahan aja. daripada lo nyakitin gue terus anjing!"

"lo masih mau mencoba bertahan sama aja lo ngelukain Ryujin, semuanya terluka. jangan egois Jeno, lo mau apa lagi dari gue?" tanya Mark dengan nada meninggi, sebenarnya sedari tadi Haechan berada di depan pintu kamar mendengar suara Jeno dan Mark yang begitu jelas, makanya Haechan urung untuk masuk karna sudah pasti pintu di kunci.

Haechan berdiri disini bukan untuk mengguping pembicaraan mereka, Haechan hanya ingin memastikan jika kakaknya baik baik saja di dalam dengan pria bejat itu.

"lo mau tubuh gue? HAH?! lo kan straight, gak jijik nyoba sesama laki laki" tukas Mark tajam, menarik kerah baju Jeno menunjuk nunjuk pria itu dengan wajah memerah.

Mark sudah tau semua, pernikahan jebakan ini. orangtuanya sudah menyusun rapi untuk merancang usaha, melibatkan dia dan Jeno yang tertidur dalam satu ranjang yang sama di ruang kamar club, seolah olah itu adalah ulah Jeno dan Mark sendiri.

nyatanya orangtua Jeno ikut andil dalam merancang jebakan untuknya dan Jeno.

"gue udah capek, tolong stop. berhenti aja" lirih Mark.

Jeno hanya diam seribu bahasa mendengarkan Mark yang berbicara, meluapkan keresahan hatinya, Jeno tidak tau kenapa hatinya menolak keras tentang perpisahan ini.

Jeno yakin jika Ryujin adalah tempat hatinya berlabuh, tapi pikirannya tak sejalan, namun bagaimana jika nyatanya cowok di depannya ini adalah rumah tempatnya kembali.

Mark menatap Jeno penuh harap, berharap jika Jeno tidak lagi mempertahankan hubungan penuh tanda tanya ini.

"tolong Jeno, gue capek"

Jeno membuka suara.

membuat mata Mark melebar sempurna, dengan air mata yang sudah tidak tertampung lagi, mengalir begitu saja di pipinya.

"maaf gua gak bisa" final Jeno

•••

NoMark | MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang