ALENNA | 4

91 12 0
                                    

Selamat datang kembali.

------------------

Kaki Alenna berpijak pada taman sekitaran rumah nya. Ia memilih ke tempat sepi ini sebagai penenang pikiran.

Melihat keadaan sore yang mendung, membuat Alenna berpikir bahwa taman tidak akan ramai seperti sore biasa nya.

Alenna menghirup dalam aroma bunga-bunga yang bermekaran indah. Ia duduk di salah satu kursi, seraya memotret pemandangan langit sore.

Terlihat dua gadis kecil berlarian didepan nya seraya asik tertawa. Ditangan mereka, terdapat boneka masing-masing. Mereka berjalan mendekat ke arah Alenna, dan memilih duduk disebelah Alenna.

"Kakak, kita numpang duduk sebentar di sini, ya?" Alenna mengangguk seraya mengusap kepala kedua gadis kecil itu.

"Kakak siapa nama, nya?"

"Nama kakak, Alenna!" Jawab Alenna.

"Aku Siren."

"Dan aku, Dinda."

Siren menatap kagum Alenna. Ia melihat Alenna dari ujung kaki, sampai kepala. Mata nya berbinar menyaksikan kecantikan Alenna saat ini.

"Kalau Siren udah tumbuh dewasa, Siren mau jad cantik seperti, kakak," Alenna tertawa gemas mendengar itu.

"Kenapa mau jadi cantik?"

"Biar di hargai!" Ucap Dinda menyahut.

Alenna mengerutkan kening nya, sebelum akhirnya mengerti maksud Dinda. Alenna tahu, zaman sekarang anak kecil yang baru umur satu tahun aja udah kecanduan ponsel.

Tidak menutup kemungkinan, Dinda mendapatkan kata itu dari ponsel, dan aplikasi tiktok mungkin.

" Aku mau cepat tumbuh dewasa, biar bisa bebas. Gak di kekang lagi sama mama." Lanjut Siren berceloteh.

"Jadi dewasa enak gak, kak?"

Alenna nampak berpikir. Kalimat apa yang harus ia gunakan agar mudah di pahami kedua gadis kecil ini.

"Jadi dewasa, ya? Kalau sepengetahuan kalian, tumbuh jadi dewasa itu gimana?" Kata Alenna memutar balik pertanyaan.

"Enak!" Seru Dinda dan Siren semangat.

Alenna tersenyum getir. Apakah waktu ia masih kecil, dirinya juga berkata demikian? Menganggap bahwa tumbuh menjadi dewasa itu hal yang indah?

Alenna menatap lurus ke depan, tangannya ia letakan dipaha, kemudian menarik nafas dalam. Siren dan Dinda masih setia menunggu penjelasan Alenna.

"Menjadi dewasa, bisa di bilang enak, juga bisa dibilang gak enak. Di bilang mudah, tapi susah. Di bilang bahagia, tapi terluka."

"Saran kakak, kalian mending nikmati saja masa kecil kalian dengan meninggalkan beribu kenangan bahagia. Agar, di saat kalian menjadi dewasa, di saat kalian sudah mengerti akan arti terluka yang sesungguhnya, kalian masih bisa mengingat bagaimana bahagia nya kalian waktu kecil."

"Saat kalian sudah seumuran kakak nanti, kalian pasti akan menyesal tumbuh menjadi dewasa."

"Jika bisa di ubah, kakak ke pingin kembali ke masa lalu kakak. Dimana masa kecil kakak, yang hanya di penuhi kebahagiaan."

Alenna menyelesaikan ucapannya. Ia melihat ke arah Siren dan Dinda yang mengangguk-anggukan kepala. Alenna pasti kan, Siren dan Dinda belum bisa memahami sepenuhnya apa yang baru saja di ucapkan nya.

Rintik hujan perlahan mulai berjatuhan mengenai tanah.

"Hujan!!" Teriak Siren.

"Ayo kita pulang!" Kata Dinda. Ia juga mengajak Alenna untuk ikut bersama mereka.

ALEARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang