Satu : Label

450 56 12
                                    


































Udah 10 tahun berlalu sejak pertama kali dia debut sebagai artis di salah satu agensi artis terbesar di dalam negeri. Udah 10 tahun juga karirnya berjalan mulus tanpa kendala sebagai seorang penyanyi papan atas, host, juga pengisi acara di berbagai acara on air maupun off air, perempuan berdarah campuran Indonesia-Kanada itu menancapkan taring dengan kuat di dunia entertaint sejak belia dan yah, semua berjalan sesuai harapannya.

No drama, no tipu-tipu, Wendy Son sangat amat bahagia di dunia karir sebagai artis kaya apa yang selalu dia bayangin dan impiin. Semua berjalan begitu mulus kecuali kisah cintanya.

Gak ada yang tau kalo karir dan kisah cintanya adalah dua hal yang bener-bener bertolak belakang. Gimana enggak? Terakhir kali dia pacaran malah berakhir di selingkuhin padahal dia lagi berusaha buat move on dari mantan 'terindahnya' atau mungkin sekaligus 'terbrengsek' yang pernah dia punya.

Dan yah, Wendy nganggap itu sebagai suatu kekurangan karena kaya yang orang bijak selalu bilang, gak ada hidup yang sempurna bahkan bakalan terlalu sempurna kalo kisah cintanya juga mulus.

Di umurnya yang ke 28 Wendy masih mikir kalo hidupnya fine dengan luka hati yang selalu bisa terobati dengan kesibukannya.

Wendy lupa kok, lupa banget sama masalah percintaannya kalo lagi ada kesibukan kaya gini. Apalagi dia on the way buat nyiapin full album ke 5 nya yang masih dalam proses susun konsep.

"Mbak Wen, meeting jam 10, yah."

Wendy sontak ngangguk padahal dia lagi asik merhatiin nail art barunya yang baru aja dia bikin kemarin sore.

"Gue sarapan dulu, masih ada waktu setengah jam, kan?"

Acungan jempol di terima Wendy dari salah satu crew itu. Senyum Wendy bingkai di bibir indahnya sambil sesekali ngeliat notifikasi instagramnya yang keliatan penuh.

"Jenuh juga jadi artis. Kadang gue mikir buat jadi ibu rumah tangga aja, kayanya bakalan lebih seru," Monolog Wendy sambil senyum geli ngejek pikirannya sendiri.



























****





























Sekumpulan tim produksi udah berkumpul di ruang meeting termasuk Wendy yang udah duduk manis di kursinya. Mata perempuan itu merhatiin jajaran orang yang keliatan gak asing lagi. Mulai dari pemilik label sampe beberapa produser yang udah ngebantu Wendy dalam penggarapan lagu-lagunya terdahulu.

"Ini udah kumpul semua, kan? Tunggu apalagi?" Tanya Wendy karena ngeliat orang-orang di meja itu cuma diem dan belum memulai agenda meeting.

"Oke, ehem ... " Gabriel Utama, atau Bang Gab sang pemilik label biasa di panggil mulai negakin cara duduknya, cowok berumur awal 40an yang terkenal dengan gaya santainya itu keliatan nahan senyum yang gak tau kenapa dan bikin Wendy curiga, sebelum mulai ngomong Gab keliatan ngerapihin lengan kemejanya buat di gulung, "jadi gini, mungkin ini dadakan banget karena album lo bisa di bilang udah berjalan hampir 15 persen. Tapi gue gak bisa nyia-nyiain kesempatan ini."

Bukan cuma Wendy tapi tim produser yang lain juga keliatan bingung sama apa yang bakalan bosnya omongin karena gak ada satupun dari mereka yang tau apa yang ada di pikiran Gabriel.

"Kesempatan apaan sih, Bang. Lo bikin gue deg-degan aja," Salah satu produser bernama Marsel nyaut.

"Gue pengen gaet Produser terkenal yang baru aja balik dari AS dan bakalan mulai gabung di Label kita. Gue mau dia bikinin satu atau dua lagu buat album Wendy."

Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang