Part 17

8 2 0
                                    


Keadaan Chintara berangsur-angsur membaik, mulai bisa mengurus hal-hal mendasar untuk dirinya sendiri. Hanya membutuhkan sedikit bantuan dari Evan. itu semua membuat dokter semakin percaya kepada Chintara bahwa pasiennya itu tidak lama lagi bisa diperbolehkan pulang. Evan dan Helena juga mulai sibuk mengejar ketertinggalannya di kampus yang sempat terhambat karena harus merawat Chintara di rumah sakit.

Di sela istirahatnya setelah mengikuti ujian susulan, Helena browsing pantai indah terdekat dari tempatnya berada saat ini, tentunya yang low budget. Kali aja bisa dibikin konten yang menarik banyak followers. Lagi pula kenyataannya masih terlalu sulit untuk pendatang baru seperti Helena mendapatkan pekerjaan. Waktu luangnya bisa diisi dengan membuat konten seputar kehidupannya di USA.

Sepulang dari rumah sakit Helena seperti mendapat pencerahan, dia mulai bisa melihat kehidupannya dari sisi penerimaan yang membuat ritme hidupnya menjadi lebih positif. Akhirnya cara pandang Helena menilai hidupnya yang penuh drama nestapa selama ini terpaksa harus enyah. Helena sadar bahwa hidupnya itu berharga dan sangat banyak waktu yang telah dilewatkannya hanya untuk protes, meratapi kemalangan yang menimpanya.

Salah satu kelebihan dalam hidupnya yang baru saja disadari adalah tak banyak orang yang hidupnya penuh kesialan bisa migrasi ke negara adidaya. Negara yang menjadi kiblat akan kemajuan peradaban. Helena merasa tertantang untuk berbagi sekaligus mendapatkan penggemar di channel pribadi yang rencananya akan segera dibuat. Sepertinya ini tidak bisa dilakukan sendirian olehnya, bersama Liam saja jelas tidak akan cukup. Apalagi kalau Liam sedang menyebalkan apa yang akan terjadi pada kontennya selain kehancuran.

Helena mengatur strategi untuk mencari teman yang bisa dia terima dan sekaligus menerimanya. Ini akan sulit, dia sangat memperhitungkan ketulusan seseorang sampai bisa disebut layak diperteman. Lalu jika berbayar tentu semakin tidak mungkin karena uang dari mana. "Sebaiknya aku melakukan survei kecil -kecilan mengamati teman sekelas atau orang yang dijumpainya sehari - hari." Gumam Helena. Mendeteksi orang yang mungkin punya beban hidup sama sepertinya, minim uang. Lalu jika sudah menemukan beberapa target, tawarkan untuk bekerja sama membuat konten.

"Oke sebaiknya aku mengecek saldo m-banking dulu." Batin Helena sambil mengetik kode akses di HP nya. Kalau sudah tahu sisa saldo uangnya, minimal ada bayangan akan dibuat seperti apa konsep kontennya nanti, sesuai budget pastinya. Eh tapi tunggu, ada sesuatu yang membuat Helena curiga. "Kok saldonya nambah" Otomatis alis dan sudut bibir sebelah kanan Helena terangkat naik sangat estetik.

Buru - buru dia mengecek mutasi sambil berharap kalau nama yang tertera disana adalah adiknya atau ortunya. Dan menyebalkan sekali itu dari Harry. Alis dan sudut bibir sebelah kanan yang posisinya masih seperti tadi berubah menjadi memicing dan merengut. "Sialan, bisa - bisanya dia tahu nomor rekening gue." Helena mendengus dengan sangat kesal mengacak - acak berkas materi kuliah yang dibawanya.

Di hembusan nafas kasarnya dia teringat sewaktu mengisi formulir lamaran pekerjaan sebagai formalitas untuk bergabung dengan bisnis Harry, kan Helena sendiri yang mencantumkannya disana. "Bodo amatlah, pura - pura tidak tahu saja dulu. Lagian toxic banget jadi orang."

"You look so messy" Seseorang mendekat lalu duduk di sebelah Helena. Bukan orang yang asing, Helena mengenali wajahnya tapi tidak namanya.

"if I'm not mistaken, you're my classmate right?"

"Yes. What are you doing?"

"I think how to be a great youtuber. Do this make you laugh?"

"Why must? No. That's a good idea. What kind of content will you create?"

"Well. That's the problem."

"Ough well. Who's your audience target first?"

"I think Indonesian youth are possible to be my big fans."

SUNBURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang