Cerita yang cukup panjang itu membuat semua orang yang mendengarnya terdiam, merenungkan dan membayangkan segala hal yang terjadi pada Dherasia atau yang bisa kita panggil sekarang sebagai Heasdria.
"Halo, kawan" Heasdria menjentikkan jarinya beberapa kali untuk menyadarkan mereka semua, "Ayo ini hanya ceritaku, kalian tidak perlu memikirkannya"
Saat Heasdria menengok ke arah Newt yang duduk di sebelahnya, dia terkejut mendapati kakaknya tengah menangis tanpa suara. Buru-buru gadis itu mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, dan menghapus air mata Newt yang terus mengalir.
"Astaga, Kak" tindakan Heasdria menyadarkan kakaknya, pria itu dengan segera mengambil sapu tangan Heasdria dan membalikkan badannya agar tidak di lihat oleh orang lain.
"Maaf jika aku bertanya ini, apakah kebiasaan mu itu sekarang sudah hilang?" tanya Tina.
"Itu tidak akan bisa hilang begitu saja, terkadang aku masih bisa mengendalikan terkadang tidak" jelasnya.
"Aku tidak percaya, Albus menyembunyikan mu dari kami" ucap Newt saat dia kembali ke posisi sebelumnya.
"Oh kau harus berbicara dengannya untuk alasan itu..." sanggah Heasdria. Dia sendiri tidak tahu dengan pasti mengapa Albus menyembunyikannya selain alasan demi keselamatannya.
"Well, Dad sepertinya emang labil, buktinya dia menyuruhku pergi seperti saat ini dari pada harus bersembunyi kan?" gumamnya.
Di tengah ke sunyian, Tina memecahkan suasana dengan pertanyaan yang di berikan kepada Newt.
"Hei Newt, apakah adikmu---"
"Wandless, namun masih bisa menggunakan tongkat" Heasdria memotong ucapan Tina.
"Dan apakah dia---"
"Legilimens"
"Lalu tadi, dengan hewan---"
"Dapat berbicara dengan hewan"
Heasdria terus memotong ucapan mereka semua sebelum diselesaikan, sementara Newt hanya bisa tertawa kecil melihat adegan itu.
Gadis itu kini menatap kearah Queenie, "Aku tahu kau ingin membaca pikiranku kan, Queenie? Tapi sayang, pertahananku dari dulu tidak akan bisa di tembus oleh siapapun" ucap gadis itu dengan senyum sombongnya.
Newt yang merasa jengkel dengan senyuman adiknya itu tiba-tiba saja mencubit pipinya, membuat gadis itu kesakitan.
"Iya iya maaf, jarang sekali aku menyombongkan diri loh, jadi tolong hentikan, Kak" ucapnya dengan nada memohon.
Newt melepaskan cubitannya. Mereka semua kini menyimak kembali ucapan Heasdria mengenai kemampuan Legilimency dan Occlumency nya.
Kedua kemampuannya ini sudah dia miliki sejak dulu, entah dari lahir, atau saat ia masih bayi, atau pun saat ia balita, tidak ada yang tahu, tetapi Heasdria baru menyadari kemampuannya itu saat dia berumur 12 tahun itu pun setelah di jelaskan oleh Albus.
"Oh ya, aku penasaran bagaimana dengan... Theseus?" tanya Heasdria walaupun dia seakan enggan menyebutkan nama tersebut.
"...kau tahu pekerjaannya, Heas" jawab Newt.
Pernyataan Newt membuat gadis itu kembali mengingat hubungannya dengan kakak pertamanya, Theseus.
Mereka bagaikan magnet dengan arah yang sama. Setiap kali yang satunya akan mendekat, maka yang satu lagi akan menjauh. Itulah yang sering terjadi jika Heasdria berusaha mengakrabkan dirinya dengan Theseus, saudaranya itu hanya akan bersikap dingin kepadanya.
Namun, Heasdria tetaplah menyayangi kedua saudara tersebut, meskipun perlakuan keduanya berbeda, dia tetap berusaha menjadi sosok adik yang baik bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny's Path (Aurelius Dumbledore x OC)
FanfictionTumbuh menjadi seorang gadis yang hidup dengan memiliki sisi gelap dan sisi terang, bukanlah suatu hal yang mudah, Begitu banyak peluang takdir yang muncul, mengharuskannya memilih jalan yang benar walaupun jika tidak ada satupun pilihan yang bagus...