Chapter One : A First Meet

743 116 6
                                    

Hari itu cuaca sedang kurang baik, Jeongwoo yang memang keluar dari dalam kelasnya terlebih dahulu, memutuskan untuk mampir ke warung mie ayam bersama Haruto, Doyoung dan Yedam.

"Mo nambah ga?" Tawar Haruto sambil menyuapkan sesumpit besar mie ayam ke dalam mulutnya. Tumben cuma makan dua mangkok, batinnya.

Jeongwoo menggeleng pelan, "gue janjian sama Junghwan mau traktir dia bakso perempatan"

Haruto ㅡkekasih Jeongwooㅡ memang telah mengenal betul sosok Junghwan sejak SMP. Anak itu pemalu sekali bahkan ketika ditanyai.

"Mau bungkus aja? Apa gimana?" Jeongwoo menggeleng lagi. "Gak, makan disono aje, ribetㅡ"

Belum selesai berbicara, suara petir menggelegar di angkasa dan beberapa saat kemudian, hujan turun lebat. Doyoung menolehkan kepala, "lah ujan bro"

Pemuda berkulit Tan itu menyumpah pelan. Ia lupa bawa mantel ataupun payung, karena memang dia tidak terbiasa membawa barang-barang itu. Giliran disaat seperti ini, dia menyesal.

"Trobos aja kali, biasanya juga gitu?" Celetuk Yedam.

"Aduh anjir mana bisa, tu sapi bisa demam kalo gue ajak nerobos" jawab Jeongwoo sengit.

Lantas, Jeongwoo menoleh lesu ke arah Haruto.

"Pesenin semangkok lagi dong."

Sontak Doyoung tertawa sambil menyambar jaketnya kemudian memakainya dengan cepat. Jeongwoo menyipitkan mata.

"Lu ujan gede begini mau kemana?"

"Kumpul osis. Dam, ikut ga?" Tawarnya kepada Yedam yang tentu ditolak mentah-mentah.

"Kalau pengen sakit jangan ngajak gue. Pergi sana!"





[ Until I Found You ]





Di tempat lain, dengan wajah kebingungan, Junghwan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lorong kelas yang ia lewati. Tak ditemukan kakak kelas yang tadi pagi berjanji untuk menunggunya dimanapun.

Ia berjalan gontai ke arah parkiran, seragamnya telah basah sebab nekat menembus hujan, dia bingung mencari Jeongwoo.

"Tadi disini.." ujarnya lirih sambil berjalan ke arah parkiran yang separuhnya telah kosong. Ia yakin tadi pagi motor Jeongwoo ada disini, tepat dibawah pohon mangga bagian selatan.

Junghwan ingin sekali menghubungi Jeongwoo, tetapi pada masa orientasi, siswa baru belum diperkenankan membawa dan menggunakan ponsel ke sekolah.

Pada akhirnya Junghwan menyerah. Hujan makin lebat, tidak mungkin dia menerobos lagi hingga halte depan. Bisa-bisa, tas dan bukunya basah kuyup.

"Apa ditinggal pulang ya?" Tebaknya.

"..tapi tadi janjinya mau beliin aku bakso"

Pemuda tegap berhidung bangir itu duduk di antara tumpukan bangku bekas. Maklum, letak parkiran motor berada di area belakang sekolah sehingga dekat dengan gudang.

Menunggu seorang diri dengan wajah mengadah ke langit, menyaksikan butiran air yang jatuh menghantam tanah. Junghwan diam tak bergeming.

Langit semakin gelap dan petir tak berkesudahan membuatnya kedinginan, apalagi ia juga habis terkena air hujan. Ia memeluk erat tasnya didepan dada.

Hampir tiga puluh menit berlalu, suara deru motor kakak kelas lain yang meninggalkan parkiran bersahutan. Namun, Jeongwoo tidak juga muncul.

Junghwan menelungkup kan wajahnya, Lelah, gelisah dan lapar bercampur menjadi satu. Kemana kiranya Jeongwoo pergi.

"Oi,"

Junghwan mengangkat kepala, dilihatnya seorang pemuda berjaket biru dongker berjalan mendekatinya dengan raut bertanya-tanya.

"Kelas berapa?"

Yang ditanyai menunduk, ia gugup bertemu orang baru. "Sepuluhㅡkak"

Pemuda itu tertawa mendengar jawaban gugup pemuda yang ia tebak adik kelasnya itu, ia melepaskan jaketnya kemudian duduk berjongkok disamping Junghwan, ikut memperhatikan hujan yang tak kunjung reda.

"Nama lo siapa? Gue, Doyoung"

Junghwan menoleh sekali lagi. Ia tidak salah lihat, ini adalah kakak kelas anggota osis yang tadi pagi menghukumnya karena ia salah membawa papan nama.

"Junghwan. So Junghwan"

Ada keheningan sesaat. Dua-duanya terdiam.

"Lah, Lo adeknya si Jeongwoo?" Doyoung ingat, anak ini tadi keluhan Jeongwoo karena khawatir ia menunggu terlalu lama. Sekarang tanpa diduga malah bertemu dengan Doyoung.

"..dia lagi makan mi ayam di seberang, makanya lo cari ga ketemu kan?" Tebak pemuda berpipi Gembil itu.

Diulurkannya jaket setengah basah miliknya kepada Junghwan. "Pake, muat kok. Gue anter ke Jeongwoo"





[ Until I Found You ]





Jeongwoo baru menyelesaikan mie ayam porsi ke empatnya melihat Junghwan dengan rambut lepek datang bersama Doyoung, ia hampir tersedak.

"Lah lo ketemu ni bocil dimana?" Tanya Jeongwoo tak percaya.

Doyoung menoleh "di parkiran, dia nungguin lo. Kayanya udah lama, lo sih bego" tuding Doyoung.

Jeongwoo bersiap melempar garpu ditangannya. "Lo sendiri kenapa cepet balik, katanya kumpul osis?"

"Diundur nanti jam 3"

"Yaudah kita ngebakso besok aja, sekarang makan mie ayam, mau?" Tawar Jeongwoo kepada Junghwan yang masih betah diam sejak tadi.

"Kalau tambah mie boleh?"

"Boleh kok,"

Memang hanya dengan Jeongwoo, Junghwan dapat banyak bicara. Bahkan dengan Haruto yang notabene mengenal lebih lama, Junghwan belum dapat membuka diri sepenuhnya.

"Makan yang banyak, gue yang bayar" balas Haruto sambil menyunggingkan senyum khasnya.

Ngomong-ngomong, Yedam pulang duluan sebab telah dijemput oleh sang ayah. Dia yang paling sibuk diantara circle Jeongwoo sebab sedang meniti karir di dunia tarik suara.

Baru dua suapan, Junghwan menghentikan acara makan nya. Jeongwoo seolah mengerti, ia meraih sebungkus kerupuk kulit yang ada di meja lain kemudian memberikannya kepada pemuda so itu.

"Lucu banget anjir, gausah sungkan gitu kalau mau apa-apa" celetuk Doyoung tiba-tiba.

Jeongwoo dan Haruto saling berpandangan. Doyoung memang buaya, tetapi dia tidak pernah memuji adik kelas seperti ini apalagi orang yang baru ditemuinya.

"Lo kesambet ya, Doy?"


[ ... ]

UNTIL I FOUND YOU | HWANBBY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang