Hyunsuk meremas kertas yang baru saja diberikan salah seorang rekan timnya. Melihat kertas tersebut di remas sampai hampir menjadi gumpalan, lelaki bernama Changbin itu hampir saja menyumpahi Hyunsuk. Namun segera ia urungkan, ia masih sayang dengan pekerjaannya.
Hyunsuk bukanlah ketua tim, namun karena ketua tim yang asli benar-benar tidak berguna, maka Hyunsuk ditunjuk oleh rekan-rekannya menjadi ketua bayangan. Tidak ada persetujuan dari ketua tim yang asli, lagipula mereka menjadikan Hyunsuk sebagai ketua bayangan pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Kali ini pikiran Hyunsuk yang sudah kusut dari pagi, bertambah kusut. Dimulai dari mobilnya yang tiba-tiba mogok, ketua tim –yang sering dipanggil pak Lee– tiba-tiba menghilang dari peradaban dan seolah ditelan oleh bumi, masih banyak lagi hal yang membuat Hyunsuk ingin mengumpat seharian.
Jeongwoo –yang satu tim dengan Hyunsuk– mencoba memberi isyarat pada rekan tim lainnya untuk meninggalkan mereka sendiri. Ia tidak mau bertanggung jawab dengan kondisi mental rekan tim mereka yang lain. Cukup kondisi mental Jeongwoo saja yang terganggu karena sering berhadapan dengan Hyunsuk.
"Hyunsuk, duduk dulu bagaimana?" ajak Jeongwoo. Mengambil kertas yang sudah diremas sempurna oleh lelaki Choi itu.
Tidak ada Haruto disini, jadi Jeongwoo tidak bisa meminta lelaki itu untuk datang membantu. Haruto memang ditempatkan di tim yang berbeda dengan mereka berdua, jadi proyek yang dikerjakan pun tidak akan pernah sama.
Namun jika terpaksa harus menggunakan kekuatan otot, maka Jeongwoo akan berteriak memanggil "Lee Know hyung!" dengan sekuat tenaga. Selain Haruto, maka yang bisa mengendalikan amukan Hyunsuk hanyalah lelaki menyeramkan yang bisa membunuh siapapun hanya dengan tatapannya.
Hyunsuk takut dengan Lee Know –nama aslinya Lee Minho tetapi anggota tim sering memanggilnya dengan sebutan Lee Know– yang memiliki selisih umur 2 tahun itu. Mungkin lebih ke segan. Karena jika Hyunsuk takut, ia tidak akan pernah berani membuat kekacauan dihadapan Lee Know.
"Kau ini kenapa? Sedari tadi kau terus berperilaku kasar pada mereka," Jeongwoo mengangguk pada rekan satu timnya yang sekarang sibuk menyelesaikan beberapa tugas kecil.
Hyunsuk terduduk sembari menundukkan kepalanya sangat dalam. Ia tak mau menjawab, ia tahu ia salah memperlakukan rekan setimnya dengan kasar. Namun, di otaknya kini seolah dipenuhi oleh sekumpulan awan hitam.
"Jeongwoo, kepalaku penuh sesak sekali," Hyunsuk menyisir rambutnya ke belakang. Ia menatap Jeongwoo dengan tatapan yang sulit diartikan.
Jeongwoo tidak mengerti apa-apa, tetapi melihat Hyunsuk sekacau ini membuat Jeongwoo lebih waspada dibanding hari sebelumnya. Ia yakin ini ada hubungannya dengan acara rutinnya di akhir minggu.
"Begini saja," ujar Jeongwoo, "kau duduk disini dulu, dinginkan kepalamu dan rapihkan otakmu. Aku akan pergi bersama yang lain ke tempat acara saja, nanti kau menyusul."
Hyunsuk berpikir sejenak. Jeongwoo pun tidak langsung pergi, ia masih menunggu jawaban sekecil apapun dari Hyunsuk. Namun lelaki itu masih diam.
Mereka tengah dikejar waktu. Saat ini tim mereka dipercayai untuk memegang proyek pembukaan gedung seni baru.
Benar, tim mereka adalah sebuah tim yang berisikan orang-orang yang bekerja untuk mempersiapkan acara-acara. Dimulai dari hal utama sampai ke hal terkecil. Dimulai dari pemilihan tema acara sampai ke bentuk tissue yang harus di lipat di acara itu.
Banyak yang harus dipersiapkan, tetapi waktu yang diberikan pada tim mereka sangat singkat. Ditambah dengan absennya ketua tim –pak Lee– yang tidak bisa dihubungi dari tadi pagi.
Akibatnya tim ini seolah akan ditimpa meteor. Panik bukan main.
"Kita pergi bersama saja," Hyunsuk akhirnya berbicara. Ia bangkit dari posisinya, dan berjalan menjauhi Jeongwoo, mendekati rekan tim lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
happiness? || Hoonsuk || Treasure
FanfictionChoi Hyunsuk, lelaki berjiwa bebas, egois dan keras kepala. Orientasinya hanya untuk dirinya sendiri. Park Jihoon, lelaki yang bisa dikatakan bingung. Ia tersesat namun terus berjalan. "Kita pernah berpisah, jadi kalau kita berpisah lagi, tidak aka...