Kalian tentu bisa menebak, aku adalah narator dari cerita ini. Namun, apakah kalian ingin tahu siapa aku yang sebenarnya? Sebelum aku menjawabnya di akhir cerita nanti, akan kutanyakan dulu hal sepele berikut:
Manakah di antara dua kejadian ini yang paling membuat patah hati?
A. Seorang gadis membaui parfum yang mirip kesukaan mantan kekasihnya.
B. Gadis tersebut memandang wajah yang persis seperti kekasih lamanya.
Kamu akan menjawab B? Sayangnya, kamu salah pilih. Jawaban yang tepat adalah A. Hidungmu itu sebenarnya lebih sakti dari organ-organ tubuh lainnya. Karena entah mancung ataukah pesek, hidungmu piawai mengenali triliunan stimuli yang berlain-lainan. Faktanya, penciuman adalah jendela indrawi pertama yang dibukakan Tuhan bagi calon manusia. Bahkan sejak janin, indra pembau digariskan lebih peka dua setengah juta kali lipat daripada indra pendengaran. Kurang luar biasa menurutmu?Sekalipun para lelaki dikatakan makhluk yang visual, tapi faktanya indra penciuman mengingat bau lebih baik dari kemampuan mata menyimpan kenangan visual. Benar sekali, karena sinyal sel aroma dihantar seketika ke wilayah otak yang mengolah emosi dan memori, yakni hipokampus dan amigdala. Artinya, hidungmu adalah satu dari panca indra yang kaya emosi dan mengingat paling baik. Maka, berbahagialah bila indra penciumanmu jitu dan tak terganggu sinusitis kronis menahun.
Nah, kembali lagi ke parfum maupun aroma kesayangan. Bila kamu menyimak cerita ini dari awal, kalian pasti tahu, Greta Reiko pemilik museum patah hati, notabene museum kehilangan, juga mengelola kafe Kreska Luno yang menjual aroma dan bukan minuman ataupun makanan ringan. Aroma yang dipesan pelanggan bermacam-macam, dan tidak seluruhnya berbau harum.
Pernah terjadi kasus seorang pelanggan memesan aroma bahan pemutih pakaian. Obat pengelantang nama lainnya, bleach bila disebut dalam bahasa Inggris, dan dalam bahasa Esperanto dinamakan blankulo. Bau yang tak enak itu malah dirindukan si pengunjung kafe, karena ia teringat seorang asisten rumah tangga yang mengasuhnya sejak kecil. Si pengasuh diusir kedua orangtua si klien karena salah paham, dan akhirnya bekerja di luar negeri sebagai buruh migran. Baju putih pengasuhnya itu rajin di-bleaching, maka bau bahan pemutih mengingatkannya pada aroma pengasuh yang dikasihinya. Meski bau bleach tidak menyenangkan bagi orang lain, tetapi ada stimuli personal, suatu rangsangan memori yang cuma dimengerti oleh pelanggan tersebut.
Greta Reiko tak pernah menolak order apa pun dari pelanggan baru. Pesanan aroma rokok keretek saja dilayani dengan baik. Berhubung rokok keretek non-filter sudah dilarang di negara Esperanto, si pria pelanggan kafe merindukan mantapnya aroma tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkih dan saat dihisap menimbulkan bunyi keretek-keretek. Maka, dengan cerdik, Greta Reiko membuat bau tiruan yang mirip sekali bau rokok keretek murni yang dilinting memakai tangan dan tidak diproduksi mesin.
Ada pula seorang ibu hamil yang mengidam aroma bensin. Baginya bau di pom bensin sangat menyenangkan dihirup. Berhubung suaminya melarang ia membaui bensin yang katanya tak baik untuk janinnya, maka si wanita mendatangi kafe Kreska Luno dan memesan aroma bensin tiruan. Si ibu sangat puas dan setelah bayinya dilahirkan, ia keranjingan aroma bayi merah, maka order selanjutnya ia meminta bau bayi, kemungkinan berasal dari vernix caseosa, zat mirip keju keputihan yang melapisi bayi yang baru lahir. Pasalnya setelah berusia beberapa minggu, harum menyenangkan itu perlahan pupus sementara si ibu muda sudah sangat menyenangi baunya.
Nah, kamu pasti juga tak mengira, ada klien yang memesan bau pasta gigi, kebetulan merek yang dimaksud tidak diproduksi lagi, dan konon ia menggandrungi bau itu karena merindukan suaminya yang dokter gigi. Usut punya usut, pasta gigi itu merek pilihan sang suami dan suaminya itu sudah meninggal akibat kecelakaan wahana hiburan, saat berlibur musim panas bersama anak-anak mereka.
Contoh-contoh yang kusebut jadi bukti, aroma sangat kuat merekam memori manusia, entah kenangan manis, maupun ingatan yang menyakitkan, atau sekadar menjadi hiburan dan pemeliharaan batin. Ya, memang positif bila kamu rileks dan membaui aroma kesayanganmu. Penyembuhan alternatif mengenal aromaterapi. Jangan disepelekan, karena aroma punya kemampuan healing yang amat meyakinkan. Setidaknya itulah yang membuat kafe Kreska Luno ramai dan pemiliknya jelas menjadi kaya raya.
Kafe Kreska Luno sudah sangat tua, tadinya bukan kepunyaan Greta Reiko, juga bukan milik orangtuanya. Kepemilikan kafe sangat unik, karena seakan ada aturan tak tertulis, bangunan marmer putih itu tak boleh diwariskan pada orang sedarah. Pemilik selama tujuh generasi, termasuk Greta Reiko, tidak memiliki kekerabatan sama sekali, dan pewaris selanjutnya adalah orang yang paling berjodoh dengan kafe itu, bukan keturunan dari Greta Reiko. Kabarnya, kafe juga tak boleh diwariskan pada suami atau istri, karena kekerabatan oleh pernikahan juga terhitung sebagai saudara tak sedarah.
Nah, aku akan kembali membahas Danke, tokoh utama cerita ini, dan hubungannya dengan Greta Reiko yang berjanji membereskan ingatan si lelaki malang. Negosiasi mereka berjalan sebagai berikut, Greta Reiko menawarkan pemulihan ingatan si lelaki yang sebagian hilang, tapi tidak cuma-cuma, ia mesti melupakan istrinya yang terbaring antara hidup atau mati di rumah sakit, sebagai imbalannya.
"Maaf, saya berubah pikiran kalau begitu. Dalam keadaan kritis seperti ini, sangat tak berperasaan bila saya menghapuskan ingatan soal istri saya. Tidak apa ingatan saya hilang sebagian. Toh pengaruhnya tidak ada dalam hidup saya." Danke berupaya tawar menawar, meski Greta Reiko menegaskan kontrak dari undangan putih tak dapat dibatalkan dengan gampang.
"Sungguh begitu? Coba Anda lihat display khusus ini. Anda bisa menebak berapa banyak botol kaca di dalamnya?" Greta Reiko bertanya.
Memang tak terhitung karena jumlahnya banyak sekali. Sebuah kotak kaca paling besar, di sudut belakang museum, terhalangi partisi bermotif kupu-kupu Greta Oto, ditimbuni ratusan botol kaca kecil-kecil. Bentuknya unik dan artistik, ada yang langsing, bulat, lonjong, berbentuk segitiga terbalik, mengingatkan Danke pada botol minyak wangi. Jadi, benda yang dibuang pemiliknya ini botol-botol bekas parfum yang umumnya koleksi tak ternilai para kolektor?
"Botol-botol ini dimiliki satu orang dan orang itu membuang semuanya agar kenangan suaminya tak tersisa sedikit pun." Greta Reiko menjelaskan tanpa menunggu jawaban Danke.
"Bukan main. Pasti suami pemilik botol ini kolektor parfum dan istrinya juga mengoleksi bersamanya, ya." Sejujurnya Danke benci kolektor, menurutnya mereka menyalahi prinsip hidup hemat dan apa adanya, karena demi benda koleksi, uang sebanyak apa pun digelontorkan untuk pemuasan hobi semata.
"Kurang tepat. Suami pemilik benda ini peracik parfum. Isi botol sudah dibuang, dan botolnya diserahkan ke museum ini. Ternyata membuang cairan parfum tidak cukup ampuh melenyapkan kenangan suaminya. Alhasil ia jadi salah satu klien di museum patah hati ini." Greta Reiko menjawab dingin.
Gelagat aneh menggelitik tiba-tiba, benak Danke membaca kata "peracik parfum" sebagai ayah dari sahabat kecilnya yang kabarnya dipenjara seumur hidup gara-gara menggorok kliennya. Ah, mungkin cuma kebetulan saja. Danke menepis pikiran tak enak itu. Dibayangkannya, bila semua parfum benar-benar dilupakan dari muka bumi ini, bagaimana orang mengharumkan tubuhnya dan bebauan yang menyenangkan mungkin turut pula musnah selama-lamanya.
"Anda bisa bayangkan, bila tak satu pun bebauan diingat manusia, apa jadinya dunia kita ini?" Danke bertanya, menguji isi pikiran si perempuan, yang nyaris tanpa ekspresi menatapnya.
"Saraf olfaktori kita akan perlahan mati. Mula-mula aus atau mengalami kemunduran, lama kelamaan saraf itu tak berfungsi lagi. Manusia tak lagi membaui, semata mengandalkan empat indra lainnya yang tertinggal. Kita jadi makhluk yang sangat visual, tentu."