"Nih orangnya. Cakep kan?"
Gibran dan Ojan kompak menoleh ke layar ponsel milik Kevin. Disana terpampang foto seorang perempuan bersandar pada tembok rooftop dengan latar gedung pencakar langit. Parasnya ayu, baju yang dipakai pun kelihatan mahal.
"Kenal darimana dah?" tanya Ojan sebelum menyuap seiris daging ke mulutnya.
"Jadi gini," Kevin menegakkan posisi duduknya sebelum bercerita. "Berapa hari lalu gue abis ketemu temennya Mami. Ternyata anaknya cewek, cakep banget, dua tahun di atas kita. Namanya Rachel."
Kevin nggak bisa menutupi rona merah di kedua pipinya. "Jutek-jutek lucu gitu deh, bikin penasaran. Dia kerja disini by the way, di salah satu beauty brand punya temannya gitu. Why not, ya kan?"
"Terus kenapa dia nggak dateng?" giliran Gibran yang bertanya.
Kevin menjentikkan jari, "ITU DIA! Gue juga bingung, like, gue nggak merasa salah tuh? Gue nggak pernah ngapa-ngapain. Cuma ngajak ngobrol, hey, what you doin' tonight? Wanna grab some food?"
"Grab some food tuh maksudnya ngajak pesen makan lewat Grab?"
"Gak gitu..." Kevin mengepalkan tangannya karena emosi. Tapi dia juga nggak tega lihat wajah Ojan dan Gibran yang kelihatan clueless. "Maksudnya, gue ngajak dia nyari makan di luar."
Gibran menelan makanannya sebelum melayangkan protes. "Keluar cari makan yang lo maksud itu kayak gini?" pekiknya sambil menunjuk ke sekumpulan bungkus makanan dengan logo salah satu restoran bintang lima.
Malam ini, Kevin tiba-tiba datang (lagi) dengan segudang makanan. Bukan cuma Gibran dan Ojan yang kebagian, tapi semua penghuni kos. Kalau kalian tanya dalam rangka apa, jawabannya dalam rangka biar nggak mubazir.
Harusnya Kevin ngedate sama perempuan yang namanya Rachel itu. Tapi setelah hampir dua jam menunggu di TKP, Rachel tiba-tiba membatalkan agenda 'kencan' mereka karena ada meeting—even fools know it was a fake scenario to avoid Kevin. Karena sudah terlanjur bayar untuk reservasi dan segala macamnya, akhirnya Kevin bawa semua makanan yang dia pesan ke Kost.
"Ini kan makanan juga? Dimana letak kesalahan gue?" balas Kevin santai. "Apa jangan-jangan dia nggak datang karena restorannya kurang bagus ya?"
"..."
"Jahat amat sih bosnya nyuruh meeting sampai malem gini. Emang gak butuh refreshing apa?" Kevin mengomel seorang diri sambil menatap resah ke layar ponselnya karena Rachel tak kunjung membalas pesan.
"Jangan sampe kayak dia ya Gib," celetuk Ojan. "Pedekatenya yang wajar-wajar aja."
"Lo pikir gue punya duit? Gaya amat pengen pedekate kayak si Kepin," sungut Gibran.
"Bagus! Jadi gimana, Gib? Udah sejauh apa lo sama Yasmin?"
Gibran sukses dibuat mendelik oleh celetukan Ojan. Bahkan Kevin sampai ikut mengangkat kepala dari layar ponsel, "Ohiya, gimana tuh? Update ke kita dong."
Apanya yang mau diceritain?! Gibran menatap dua kawannya bergantian. Dasar Ojan sialan!
"Udah ngajak apaaa gitu?" Kevin kepo maksimal.
"Apa? Ngajak apa?" Gibran balik bertanya.
Ojan nyengir tanpa dosa, merasa senang lihat Gibran panik-panik sedap. "Udah pernah react story atau like postingannya di Instagram belum?"
"Mana gue tahu dia punya Instagram apa enggak," jawab Gibran.
"Halah, bohong! Ngapain tukeran nomor kalau gak sekalian follow IG-nya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day I Met You
FanfictionIt was all started on the day I met you. -•- A romantic-comedy fictional works made by yours truly, Dongvely✨