Chapter O2 : Xiao and Rui
© K-KXAAApakah aku benar-benar masuk ke dalam novel yang kubaca tadi malam?
Satu kata untuk siapapun yang memasukkan aku ke sini: sial.Kenapa harus novel ini? Anjing, mending masuk ke Tokyo Revengers terus jadi seme-nya Sanzu. Bahkan kalau harus masuk ke novel, minimal novel yang straight. Ini malah novel BL. Sialan.
Saat aku masih sibuk mengutuk nasibku, tiba-tiba seseorang mendekat.
“Kau terlihat tidak baik-baik saja. Mari kuantar kau ke UKS,” ucap Kazuha sambil berdiri dari tempat duduknya. Tanpa menunggu jawabanku, ia langsung membopongku menuju UKS.
Eh, aku baik-baik saja, cok.
Tapi ya sudah, mungkin lebih baik aku pergi. Aku juga butuh waktu untuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Kalau tetap di kelas, takutnya aku malah tidak mendengar penjelasan guru dan akhirnya kena hukuman.
Setibanya di UKS, aku bertemu dengan dokter Baizhu, guru yang bertanggung jawab di ruang kesehatan sekolah ini. Ia menatapku dengan ekspresi khawatir. Mungkin karena pasien datang di pagi buta, membuatnya harus bekerja lebih awal dari biasanya.
Aku diminta untuk beristirahat. Kazuha pun mengatakan ia akan kembali saat jam istirahat nanti. Sementara itu, dokter Baizhu pergi sebentar ke ruang guru karena dipanggil.
Akhirnya, aku sendirian di UKS. Kesempatan ini kugunakan untuk berpikir. Kenapa aku bisa ada di sini? Apa yang sebenarnya terjadi?
“Tadi malam aku tidur, lalu… bangun-bangun sudah berada di novel BL ini,” batinku gelisah. Tapi, bagaimana caranya aku bisa kembali ke duniaku? Apa aku harus mati di sini dulu? Tapi... aku tidak mau mati!
Tiba-tiba, aku mendengar suara dari balik tirai yang memisahkan tempat tidurku dengan bagian lain UKS.
“X-Xiao, a-apa yang kau lakukan? J-jam pelajaran akan segera dimulai. K-kita harus segera kembali ke kelas…”
Suara itu membuatku membeku. Xiao? Bukankah dia male lead pertama di novel ini?
Tunggu… jangan bilang—
“Shhh, Rui, diamlah. Kau tidak mau kita ketahuan, kan? Ikuti saja alurnya.”
“M-Mnhh… X-X-Xiao… ah!”
Serius? Kenapa kalian harus melakukan hal seperti itu di UKS? Tepatnya, di sebelahku?
Aku mulai merasa terganggu dengan suara-suara desahan itu. Tidak tahan lagi, aku menarik tirai yang memisahkan kami.
Kedua orang itu sontak membeku, kaget karena tertangkap basah. Rui menunduk dengan wajah merah padam, sementara Xiao menatapku dengan tatapan tajam yang jelas-jelas tidak suka.
Aku menampilkan ekspresi jijik, lalu membuka mulut, “Kalau mau melakukan hal seperti itu, jangan di sini. Aku sedang tidak enak badan, dan kalian malah membuat keributan seperti ini.”
Rui langsung menangis saking malunya, sementara Xiao hanya diam, tapi sorot matanya semakin penuh kebencian. Keduanya buru-buru memakai kembali pakaian mereka. Rui lari meninggalkan ruangan tanpa berkata apa-apa.
Tapi Xiao? Dia tetap berdiri di sana, menatapku tajam seolah menantang.
“Kenapa menatap seperti itu? Naksir?” tanyaku santai, sengaja memancing amarahnya.
Wajah Xiao berubah semakin kesal. Ia melangkah mendekat dengan cepat.
PLAK!
Tamparannya mendarat di pipiku tanpa ampun.
Aku tertegun. Tanganku refleks memegang pipi yang berdenyut perih. “Sialan…” gumamku pelan.
“Jangan ikut campur, perempuan sialan. Harusnya kau diam saja dan menikmati pertunjukan. Pasti menyenangkan melihat Rui menahan suaranya, bukan?” Xiao menyeringai, ucapannya penuh hinaan.
Rasa sakit di pipiku belum hilang, tapi kemarahan mulai mendidih dalam diriku. Satu hal yang langsung terpikirkan: Xiao ini orang stres.
First impression-ku terhadap dia? Kontol.
Tanpa memberikan kesempatan untuk menjawab, Xiao mencengkeram kerah bajuku dengan kasar. Wajahnya mendekat, napasnya hangat tapi menakutkan.
“Jika kau sekali lagi mengganggu aku dan Rui, aku tidak akan segan-segan melukaimu, walaupun kau seorang perempuan,” ucapnya tajam.
Oke, drama pagi ini sudah kelewatan batas. Sebelum aku bisa melawan atau membalas ucapannya, suara lain tiba-tiba memotong.
“Cukup! Xiao, pergilah ke kelas. Dan untukmu, [Last Name], tetap di sini. Aku akan mengobatimu.”
Kami berdua serempak menoleh ke arah suara tersebut. Ternyata itu dokter Baizhu. Ia berdiri di pintu UKS, menatap kami dengan ekspresi dingin tapi penuh wibawa.
Tanpa banyak bicara lagi, Xiao melepas cengkeramannya dan pergi meninggalkan ruangan, masih dengan tatapan tajam ke arahku. Aku menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗻𝗼𝘃𝗲𝗹.
Fanfiction話 tak terpikirkan oleh diriku untuk memasuki sebuah novel bl. © MiHoYo