⤹⋆ CL 7 ⋆

14 3 0
                                    

⤹⋆⸙͎۪۫。୭ 🕊 Happy Reading ୭🕊

"Tulis surat untuk Robert bahwa kau akan pulang jika sudah genap satu bulan disini. Sebagai gantinya kau boleh beristirahat, tidak jadi latihan malam ini." Axel menyerahkan secarik kertas dan pena.

"Baiklah-baiklah."

Elis menurut, ia menulis surat sesuai yang diinginkan oleh Axel.
"Ini, sudah." Ia menyerahkan secarik kertas itu pada Axel.

"Terimakasih." Setelah itu Axel keluar meninggalkan Elis sendiri di kamar.

Elis mengambil handuk dan bergegas untuk mandi, ingin cepat-cepat tidur. Setelah kurang lebih tiga puluh menit berendam, Elis langsung mengeringkan tubuhnya dan memakai gaun tidurnya didalam kamar mandi.

Elis keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Karena disini tidak ada hairdryer. Ia melihat Axel yang terduduk di atas ranjang, sedang membaca sesuatu.

Axel yang melihat pergerakan disampingnya mendongak. Seketika dia terpaku pada wajah Elis yang terlihat lebih cantik dan segar setelah mandi.
"Ehem. Lama sekali kau mandi, aku sudah menunggu." Katanya.

"Lagipula, di mansion ini kamar mandi tidak hanya satu." Timbal Elis.

"Bukan, ah, aku tidak nyaman memakai kamar mandi lain." Jawab Axel. "Maksudku, aku menunggumu." Lanjutnya dalam hati.

Elis menaiki ranjang setelah mengeringkan rambutnya lalu bersiap-siap untuk tidur.
"Sana, katanya ingin mandi. Aku kan sudah beres." Ia menarik selimut sampai perutnya.

"Nanti saja."

"Anjj---"

"Aku tidak berbohong, jika kau mengumpat aku akan menciummu." Kata-kata Elis terpotong oleh ancaman Axel.

"Aku belum selesai mengumpat. Jadi, jangan cium aku."

"Terserah." Axel kembali melanjutkan bacaannya.

"Axel..." Panggil Elis.

"Hm?" Jawab Axel tanpa menoleh.

"Aku masih bingung, kenapa kau membawaku kemari? Terus soal Elisa Von sudah meninggal, apa kau tidak bersedih?" Tanya Elis.

Axel menutup bukunya. "Aku tidak sedih, oleh karena itu... Aku membawamu kemari." Jawabnya enteng.

"Kenapa?"

"Aku tidak tahu. Dan soal aku membawamu kesini, aku ingin orang-orang yang berada di mansion ku bisa hidup tentram."

"I know. Karena itu, aku tidak jadi melarikan diri." Elis tersenyum.

Axel mencubit hidung Elis. "Jadi, kau pernah punya niatan pergi dariku nona?"

"Ahahaha. Tentu, siapapun tidak akan betah jika hidup denganmu."

"Tapi, kau akan menjadi istriku. Jadi, bersiaplah." Kata-kata Axel membuat Elis terdiam. "Kenapa?" Tanya Axel yang tidak enak melihat keterdiaman Elis.

"Tapi, aku bukan Elisa Von yang asli."

"Lalu, kenapa dengan Elisa Von?" Axel mengernyit.

Canibal LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang