DUA PULUH LIMA

43.3K 3.8K 143
                                    

Dengan malas Bulan membukakan pintu, setelah pintu terbuka ia kembali berjalan menuju sofa.

"Ehemmm." Dehem Pak Alvin, karena Bulan tidak melakukan rutinitas yang harus di jalani. "Ulang" ucapnya.

Pak Alvin menutup pintu. Bulan mencak-mencak, ia sangat malas untuk beranjak dari zona nyamannya. Gadis itu membuka pintu lagi, kemudian tersenyum paksa, lalu memeluk Pak Alvin.

"Nah gitu dong" ucap Pak Alvin sambil mengacak gemas rambut Bulan.

Aroma bunga mawar menyapa indra penciuman Pak Alvin. "Buket dari siapa tuh?" tanyanya, saat melihat buket besar yang berada di atas meja kecil samping TV.

Bulan yang asik rebahan di atas sofa sambil memakan snack, menatap sekilas Pak Alvin yang sedang memegang buket pemberian dari Rendy. "Dari Rendy" jawabnya santai

Pak Alvin langsung melepaskan buket itu, ketika mendengar nama Rendy. "Kenapa kamu simpan." Laki-laki itu duduk di sofa single, sambil meregangkan otot-ototnya karena pekerjaan di kantor hari ini sangat menumpuk.

"Ya gue simpan lah, kalau di buang kan sayang" cerocos Bulan,nah gadis ini memang tidak peka jika Pak Alvin tidak suka hal apa pun yang berhubungan dengan Rendy.

"Saya tidak mau tahu, pokoknya kamu harus membuang buket itu." Pak Alvin beranjak dari sofa, lalu melangkah dengan cepat menuju ke kamar. Ia tidak ingin marah pada Bulan apalagi sampai menyakitinya.

****

Daripada laki-laki itu mengamuk padanya,Bulan segera menyimpan buket itu di dalam gudang. Gudang rumah Pak Alvin sangatlah rapih dan bersih.

Bulan meletakkan buket di atas meja dan tanpa sengaja ia menjatuhkan sebuah album tua bahkan sangat usang, saat ia hendak membuka album itu, tapi Pak Alvin memanggilnya.

Takut ketahuan masih menyimpan buket dari Rendy, dengan cepat Bulan segera keluar dari gudang,.ia berlari kecil menuju ke kamar.

Ceklek

"Apa?" tanya Bulan, ketika melihat Pak Alvin yang terlihat sedang kebingungan.

Pak Alvin mengobrak-abrik lemari mencari sesuatu. "Kamu lihat celana dalam saya, yang warna hitam?" tanyanya.

"Mana gue tahu, lagian ngapain gue ngurusin celana dalam lo" jawab Bulan ketus. Gadis itu berjalan, menghampiri Lion yang sedang tertidur pulas.

"Anjir" kaget Bulan, saat melihat barang yang di cari oleh Pak Alvin ternyata menempel di Lion.

"Anjir" kaget Bulan, saat melihat barang yang di cari oleh Pak Alvin ternyata menempel di Lion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak, ternyata celana dalam lo ada di sini" ucap Bulan sambil menunjuk Lion.

Pak Alvin menghampiri Bulan, seketika matanya melotot karena celana yang ia cari di pakai oleh Lion. "Kok bisa." Laki-laki itu heran, bagaimana bisa Lion memakai celananya.

Dengan santainya Bulan menggendong Lion yang sedang tertidur nyenyak, ia menciumi kucing itu, layaknya seorang bayi kecil. "Uuuuu, tayang tayang, kok kamu pake celana om mesum itu sih" ucapnya seperti sedang berbicara dengan anaknya.

Pak Alvin menatap kesal Bulan, yang selalu menyayangi Lion lebih dari dirinya. "Dasar kucing pebinor!" ucap laki-laki itu pelan, namun masih bisa di dengar Bulan.

Masih dengan perasaan kesalnya, Pak Alvin memilih duduk di sofa, dari pada di ranjang bersama kucing menyebalkan itu. Pak Alvin membuka laptopnya dan mencari-cari film yang bagus untuk di tonton.

"Ahhhhhh..... ahhhhhh...." Desahan seorang wanita menggema di dalam kamar, karena Pak Alvin lupa mengecilkan volume laptopnya.

Bulan menatap Pak Alvin dengan tatapan penuh tanya. Sungguh, ia baru tahu jika laki-laki itu hobi menonton film dewasa. "Njir, lo nonton bokep ya?!" tanyanya, sambil menggelengkan kepalanya. Sementara, Pak Alvin mematikan film itu, ia malu sekali karena ketahuan Bulan.

"Enggak kok, kamu salah dengar" elak Pak Alvin.

Bulan turun dari ranjang, ia menghampiri Pak Alvin, lalu merampas laptop milik suaminya itu. "Nah, kan bener. Ishh, pantes otak lo kotor."

"Ya gimana lagi, saya kan laki-laki normal dan sudah dewasa, jadi wajar dong nonton film seperti itu" ucap Pak Alvin santai, lalu kembali melanjutkan acara nontonnya.

Bulan tidak mau mendengar suara aneh-aneh itu, maka ia lebih memilih turun ke bawah untuk menonton acara TV kesukaannya dari pada bersama Pak Alvin.

"Bener-bener gak waras tuh orang" gerutu Bulan, sembari duduk di sofa. Tinggal bersama Pak Alvin, membuat otaknya yang suci, menjadi ternodai.

Bulan menyalakan TV, lalu mencari acara kesukaannya. Ketika, sedang serius menonton, tiba-tiba tangan besar dan berurat melingkar di lehernya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Pak Alvin.

Pak Alvin menghirup aroma wangi mawar yang selalu membuatnya candu.

"Perasaan gue kok rada gak enak ya"  ucap Bulan di dalam hati. Ia sangat tahu jika Pak Alvin sedang terangsang, akibat menonton film dewasa tadi.

Tangan Pak Alvin menyingkap rambut yang menutupi leher putih Bulan. Laki-laki dewasa itu mulai membuat tanda-tanda kepemilikan di leher Bulan.

"Ishhh, lo ngapain sih!" sentak Bulan, sambil menyingkirkan tangan Pak Alvin, tapi laki-laki itu sama sekali tidak menjauh.

Bermenit-menit Pak Alvin bermain di leher belakang Bulan. Setelah puas ia menyudahi aksinya. Tapi bukan berarti semuanya sudah selesai. Sekarang, laki-laki itu beralih tiduran di atas Bulan yang sedang rebahan.

"Astaga minggir,  lo itu berat tahu." Bulan mendorong dada Pak Alvin agar menjauh.

"Gak mau" balas Pak Alvin, ia mendusel-dusel di perut Bulan membuat sang empunya geli.

Percuma menyuruh si tua itu pergi, jadi Bulan biarkan saja. Lagi pula, Pak Alvin tidak akan menyentuhnya tanpa izin darinya.

Untuk sesaat keheningan menghampiri keduanya, namun Pak Alvin tiba-tiba bersuara. "Waktu kamu tinggal 14 hari lagi, untuk memutuskan hubunganmu dengan Rendy." Pak Alvin mendongak menatap serius Bulan.

"Bisa gak jangan bahas itu lagi." Rasanya Bulan sudah lelah, karena Pak Alvin selalu saja membahas Rendy. Tidak lah semudah itu untuk memutuskan hubungan yang ia rajut selama bertahun-tahun.

"Gak bisa, kamu nggak mau kan orang tua kamu tahu kalau kamu itu selingkuh" cerocos Pak Alvin.

Plak

Bulan menampar pelan pipi Pak Alvin, apakah laki-laki itu lupa, jika dialah yang menjadi orang ketiga dalam hubungannya dan Rendy. "Justru lo yang jadi orang ketiga."

Pak Alvin bangun dari tidurnya, kemudian ia beralih duduk di karpet. "Saya bukan orang ketiga, tapi karena memang sudah takdir kalau kamu itu jodoh saya" ucap laki-laki itu santai.

"Jadi kamu harus memutuskan hubungan terlarang mu itu" lanjutnya.

Bulan menatap jengah Pak Alvin, laki-laki itu memang sangat pintar dalam hal untuk memojokkan dirinya. "Tapi gue gak tahu gimana caranya mutusin Rendy, secara dia itu baik banget, gak pernah nyakitin gue."

"Kamu bilang aja gini, maaf ya kita putus aja soalnya kamu sukanya beng-beng dingin sementara aku sukanya beng-beng panas" usul Pak Alvin.

Fiks Pak Alvin, memang tidak waras pikir Bulan. "Mana bisa gitu lah, gak logis banget alasannya."

Satu ide cemerlang pun muncul di otak Bulan. "Gimana kalau lo talak, gue aja" ucapnya antusias.

Ide brilian Bulan membuat, Pak Alvin tersedak kopi yang ia minum. "Hust, mana boleh loh" jawabnya sembari menirukan suara uncle Athong yang ada di serial Upin Ipin.

"Tapi itu satu-satunya jalan, pliss talak gue" mohon Bulan.

Pak Alvin tersenyum manis, sambil mengelus perut rata milik Bulan. "Jangan ngomongin itu lagi, kalau masih, terpaksa di sini bakalan ada dedek bayi yang mungil" ucapnya pelan, namun serius.

ALVINO ALGARA [TERBIT DI TAKIS PUBLISHING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang