"Hukuman pancung."
Samar-samar Althaia mendengar percakapan antara Abelard dengan penjaga pintu kamar.
Althaia perlahan menidurkan tubuh putri berambut keriting manis itu ke atas kasur empuk nya. Ia bangkit dan menjauh dari kasur bertepatan dengan Sang Paduka yang berjalan tergesa-gesa ingin melihat kondisi adik nya.
Leto langsung melangkah ke arah kasur dan duduk di tempat yang sama dengan Althaia duduki tadi.
Pria itu meraih tangan adik nya dan menggengam nya hangat, "Bagaimana perasaan mu? Sudah membaik?"
"Sembuh bukan mantra, Yang Mulia. Itu butuh proses." Ucapan Althaia menarik atensi Paduka hingga menolehkan kepala nya menatap gadis itu sekilas.
Alaberd menarik nafas, sampai sekarang diri nya masih bertanya-tanya darimana gadis itu mendapatkan keberanian yang begitu besar.
Raja mencium tangan adik nya sebentar lalu berdiri dari duduk nya langsung menghadap Althaia. Raja menatap netra hijau itu, bertanya-tanya, apa yang membuat gadis ini berani menatap nya dingin dan datar?
"Apa yang bisa ku berikan sebagai imbalan nya, Nona?" Leto menaikkan satu alis nya.
Althaia diam. Ia hanya membalas tatapan sang Raja dengan dingin. Ia tak gentar sama sekali dengan pandangan penuh kekuasaan dari pria itu. Hingga akhirnya ia menarik nafas.
"Aku tak ingin apapun, aku sudah mengatakan nya pada Panglima mu." Balasan Althaia menarik tanda tanya besar.
Semua orang saling berbisik membicarakan nya sedangkan Leto, tertegun sejenak. Ia perhatikan wajah gadis di hadapan nya dengan lekat-lekat.
Leto menegakkan tubuh nya. "Jubah mu tidak mengatakan kau butuh uang. Nona, katakan, apapun akan ku usahakan."
Althaia kembali diam untuk beberapa saat, mereka saling pandang, saling menyelami onyx satu sama lain.
Itu membuat semua orang yang ada di sana keheranan, belum ada yang berani menatap Raja mereka begitu lama. Namun gadis ini, bahkan tak bergeming sama sekali.
"Aku hanya ingin pulang." Lagi-lagi, balasan Althaia membuat semua orang mempertanyakan keberanian dan berapa banyak nyawa yang ia punya.
Jawaban gadis di hadapan nya membuat Leto kembali diam untuk beberapa saat. Mata mereka tak lepas. Raja menarik nafas dan merilekskan tubuh nya setelah merasa terpacu dengan tatapan gadis itu, akhirnya ia melepaskan nya sebentar.
"Kau membuat posisi Tabib istana kosong," Leto kembali menatap gadis itu. "Aku ingin kau mengisi nya."
"Dengan penuh hormat, aku menolaknya." Althaia membalas nya dengan cepat.
Abelard meringis pelan, darimana Ayah nya menemukan gadis seaneh ini. Dia bahkan sanggup menolak keinginan Raja nya. Tak hanya sang Ksatria, tapi para pejabat juga berpikiran yang sama.
Leto memandangi netra hijau itu lebih dalam lagi, "Kau yakin, Nona?" Leto menaikkan satu alis nya. "Di Kerajaan, posisi paling rendah sekalipun sangat sulit untuk di gapai dan kau menolak nya dengan begitu cepat?"
Althaia mempertegas tatapan nya dan itu seakan sebuah bogem mentah yang memukul Leto untuk mundur. "Dari awal, yang ku hindari adalah Istana dan orang-orang di dalam nya. Menerima tawaran mu sama saja menenggelamkan ku di lubang yang ku hindari."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET
Fanfiction-THE UNWELL ROYALTY FAMILY "I thought i came to heal her, turns out you're just as sick."