6. Bertemu tanpa sengaja

151 58 155
                                    

Heart is beatin' loud and she doesn't want it to stop
Movin' too fast, moon is lightin' up her skin
She's fallin', doesn't even know it yet
Havin' no regrets is all that she really wants

~ (Night Changes - One Direction) ~



●●●○○○》~♡♡♡~《○○○●●●

Pagi-pagi sekali, Rafa memutuskan untuk keluar dari rumah. Masih sedikit gelap dan belum menampakkan tanda-tanda orang akan beraktivitas. Ini, hari minggu. Tidak ada jadwal kegiatan penting untuk dilakukan.

Rafa menyumpal telinganya dengan earphone, mendengarkan lagu-lagu Sheila On 7 yang membuat dirinya bisa mengenang masa-masa dulu. Ketika Rafa telah melewati pagar rumahnya, dia menaikkan tudung jaket untuk menutupi kepalanya, lantas dia mulai berlari-lari kecil.

Rafa merindukan suasana seperti ini. Setelah sekian lama merantau ke negeri orang. Kini dia bisa merasakan udara pagi di negeri sendiri. Jauh sebelum Rafa merantau, aktivitas seperti ini hampir dilakukan setiap hari. Terkadang, jika melalui hal-hal serius di hidupnya, lari pagi membuatnya melupakan hal seperti itu sejenak. Bahkan, masih begitu petang, terlihat seperti dini hari. Dan kali ini, bukan ada masalah serius dalam hidupnya. Masalahnya dia merindukan masa-masa dulu sebelum dia diterjang dengan tugas dan tanggungjawab seperti sekarang.

Hesti, gadis itu tiba-tiba terlintas dipikiran Rafa. Apakah lagu yang ia dengar saat itu hampir semuanya mengarah pada Hesti? Ataukah Rafa saat ini merindukan gadis itu? Bagaimana kabarnya? Apakah dia merasa bahagia tidak bersama Rafa? Atau sebaliknya?

Rafa menggelengkan kepalanya, membuang pikiran itu jauh-jauh. Dia tidak mau merasa galau dan mengenang kenangan pahit itu. Hesti adalah cinta pertama bagi Rafa, dan juga kesedihan baginya.

Sampai di pertengahan jalan, langkah Rafa malambat, lalu terhenti. Spontanitas Rafa membuka tudung jaketnya dan melepas earphone yang menyumpal telinganya. Entahlah, mengapa jantung Rafa tiba-tiba berdetak tidak seperti biasanya. Kenapa kali ini jantungnya berdegup lebih kencang? Padahal dia hanya lari-lari kecil, bukan lari maraton.

••••••••••》》~☆☆☆~《《••••••••••

"Lo serius sama apa yang lo omongin, Ray?"

"Iya lah, Shey. Kenapa gue harus bohong? Gue yang ikut, gue juga yang menyaksikan. Kaget gak lo?!"

"Iya lah, Raya! Gila aja gue gak kaget! Gue gak pernah mengira akan sampai kesana."

"Apalagi gue yang ngelihat. Dia waktu minta maaf aja gue kaget banget. Aneh tahu, tiba-tiba gitu."

Raya saat itu sedang berjalan ke arah rumah setelah dari toko kelontong yang agak jauh dari rumahnya. Ehm ... sebenarnya sudah terbilang jauh sih, tapi Raya lebih memilih berjalan kaki daripada harus diantar kakaknya naik motor. Toh emang udah hari-hari Raya berjalan kaki sampai ke ujung dunia. Ya kurang lebih seperti itu jika diandaikan. Saat itu, Raya sedang berbicara dengan Sheinna lewat ponsel yang disambung dengan earphone. Pasti sudah menebak, apa yang mereka berdua bicarakan. Ya, tentang Digo kemarin yang sifatnya terasa janggal.

"Dia suka sama lo kali, Ray."

"Katanya sih, enggak." Raya berhenti sejenak dari jalannya. Lelah juga, jalan sambil ngomong seperti itu. Apalagi dia juga membawa satu kantung kresek di tangan kirinya.

"Emang lo udah tanya?!"

Raya reflek mengangguk. "Udah. Gue orangnya gak suka basa-basi. Ya udah, gue tanya langsung ke dia."

Elegi Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang