Perjalanan

24 3 0
                                    

( Di Terminal Bus)

"Yang, kamu dimana? Aku udah terminal" Dira menelponku

"Aku di perwakilan bus Bintang Prima yang, tujuan Makassar" Jawabku ke Dira

Dira yang ingin melihat keberangkatanku ke Jakarta, datang bersama Chalik. Temenku yang lain juga ada saat itu. Tak lupa ayah dan ibuku pun ikut mengantarku hingga ke terminal bus.

Sebagai anak desa nan lugu yang bermodalkan keberanian untuk merantau ke kota metropolitan, merasa sangat bersemangat dan punya banyak pertanyaan yang ada dikepala tentang ibukota negara yang dimana akan menjadi langkah awal penentu masa depanku.

Akan tetapi, ketika melihat orang-orang terdekat hadir untuk melihat keberangkatangku,  semangat bagai api itu seakan tertiup angin dan padam.
Aku merasa kesedihan yang mendalam, berat rasanya meninggalkan mereka, ditambah lagi aku tidak punya siapa-siapa di Jakarta, benar-benar sendiri. Tapi, ini sudah keputusan yang tidak bisa lagi di ganggu gugat. Aku harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi kedepannya.

Pengemudi Bus akhirnya duduk di kursinya, pertanda  Bus akan segera berangkat.
Akupun berpamitan ke semua orang yang hadir saat itu, perlahan aku melangkah menaiki bus dan duduk dikursi yang berdekatan dengan jendela sehingga aku masih bisa melihat mereka dari atas Bus.

Tanpa disadari aku lupa membeli air minum dan cemilan untuk menemaniku selama perjalanan.

Dikarenakan perjalanan dari kampungku ke Makassar menempuh waktu sekitar 8 jam, sehingga air minum dan cemilan merupakan salah satu hal yang wajib untuk kita persiapkan.

Akhirnya aku berinisiatif menelpon Dira dan memintanya membelikanku air dan cemilan. Dan ternyata Dira juga lupa memberikanku sesuatu yang sudah dia siapkan untuk dijadikan sebagai kenang-kenangan untukku.

Dirapun segera membeli apa yang aku minta, tetapi  bus sudah mulai berjalan meninggalkan terminal.

Karena aku merasa takut menganggu  penumpang lain, akupun menelpon Dira dan memberitahu kalau beli minum sama cemilannya dibatalkan saja karena busnya sudah jalan.

Dibalik jendela, aku melihat ayah dan ibuku beserta teman-temanku melambaikan tangan kepadaku.
Aku yang melihat ayah dan ibuku tersenyum sembari mata yang berkaca-kaca, membuatku makin sedih sekaligus menjadi tekad untukku menggapai kesuksesan dikampung orang.

Aku berusaha mencari keberadaan Dira dari balik jendela,tapi tidak menemukannya.

Aku menelpon dia berkali-kali tapi tidak diangkat.

Aku yang mengira mungkin dia sudah dijalan pulang kerumahnya, menyandarkan kepalaku ke kursi Bus sembari menunggu Dira menelponku kembali.

Bus pun berhenti di tempat penjemputan terakhir, tempat orang-orang yang tidak kebagian tiket Bus dengan alasan tertentu, menunggu Bus yang lewat berharap masih ada kursi penumpang yang kosong. Kebetulan Bus yang aku naiki masih ada yang kosong dikursi bagian paling belakang.

Aku yang lagi bersandar dikursi tiba-tiba dikagetkan oleh kedatangan Dira yang menghampiriku diatas Bus, ternyata dia bersama Chalik berusaha mengejar mobil Bus yang aku naiki hingga di penjemputan terakhir, berharap bisa menyusul dan memeberikanku air minum dan cemilan yang sudah dia beli beserta bingkisan kado yang katanya untuk aku jadikan kenang-kenangan dari dia.

Aku pun berdiri dan memeluk Dira karena sampai segitunya dia rela mengejar Bus yang aku tumpangi.

Sungguh berat rasanya meninggalkan Dira. Gadis yang benar-benar tulus dan selalu berusaha menunjukkan kalau dia emang sayang sama aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kalau Aku Salah, Apa Salahku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang