Kalo di kos kangen rumah
Kalo di rumah gak mau balik kos
Gitulah Aruna. Liburan sisa seminggu, harusnya dia lebih produktif saat liburan seperti Naura yang mengunggah materi statistika 2 digrup kelas, Gabriel yang sibuk diklat untuk proker BEM atau Rio yang sudah gencar pdkt dengan Sarah wets tunggu itu bukan produktif, itu modus gombalan buaya.
"Dimiiii!!!" Sapa Kana riang melihat Aruna.
Aruna yang sedang baca komik sambil goleran, terkejut melihat sepupunya yang datang tiba-tiba.
"Loh kok??"
"Sepupunya dateng tuh disambut hepi dong, masa gue doang yang excited ketemu lo? Kelamaan di kos nih, ck." Desis Kana pura-pura sebal.
"Gue kira lo stay di Bogor."
Kana ini sepupu yang sebaya dengan Aruna. Pintar, cantik tapi manja luar biasa pada Aruna.
"How's the uni life?" Tanya Kana pada Aruna yang masih sibuk membaca komik.
"Hmm gitu-gitu aja."
"Berarti menarik nih." Kana dan pemikirannya. Kalau Aruna berkata hal standar maka pemahaman Kana adalah Aruna sudah nyaman dan ada hal yang harus dipancing sehingga Aruna bercerita.
"Gak ada. Biasa aja. Lo gimana?"
Kana tampak berpikir, "gue putus sama Haris."
Aruna menurunkan sedikit komik dari pandangannya, kini setengah fokus Aruna seperti memastikan, 'serius lo?'
Tapi kemudian Aruna berkata, "paling bentar lagi balikan."
"Ck, enggak kali ini beneran putus. Masa dia tega ninggalin gue ambil course di Harvard? Padahal gue maunya ambil course bareng di Oxford.."
Astaga...
"Yaudah tinggal nyusul. Atau lo ambil dua course. Satu online satu offline."
"Tapi gue beneran deh Dim, mau nyantai semester ini. Setelah belajar kayak orang gila di SMA. Lo juga, kenapa malah ke Semarang padahal bisa ke Bogor bareng gue??"
Dengan pandangan bertanya Aruna seperti ingin protes, 'apa maksudnya? Kok jadi gue???'
"Jujur, lho pasti mau ngehindarin omongan tante-om kita kan??" Tuding Kana.
"Omongan apa?" Tanya Aruna balik meskipun dia tau maksud pertanyaan Kana apa.
"Yaaa lo pasti pilih kuliah di Semarang karena gak mau dengerin omongan lo dibanding-bandingin sama sepupu yang lain?" Kana menebak. Dan tebakannya jitu.
Aruna harusnya tidak merasa sakit hati dengan ucapan Kana karena itu benar, tapi kenapa setelah diucapkan rasanya tetap terasa kesal bagi Aruna?
Kana menepuk pundak Aruna, "lo keren kok. Mau kuliah di mana aja. Lo tetep anak pinter, paling nurut sama ortu. Jangan gampang merasa kecil okeh? Tante Lia pasti juga ngerasa bangga sama lo. Katanya lo juara satu lomba speech. Gilaaa beruntung banget gue punya sepupu lo!!"
"Lo tau dari mana?"
Kana kebingungan, "tau apa?"
"Lomba speech."
"Tante Lia posting foto lo distatus whatsapp. Gak pake caption, tapi gue tau banget lo abis melakukan hal berprestasi."
Aruna sedari tadi diam. Mencerna semua omongan Kana yang biasanya asal nyablak sekarang apa barusan? Kana sampai tau dia juara lomba speech. Berarti selama ini? Ibunya tidak benar-benar tidak bangga kepada Aruna. Mungkin hanya gengsi. Mungkin hanya takut kalau pujian bisa membuat seseorang menjadi besar.
"Kalo cowok pinter ada gak?"
"Ada sih, banyak. Tapi yang paling menonjol tuh si ketua ospek. Kesayangan dosen iya, favorit semua mahasiswa sefakultas juga iya, populer iya, ram-"
"Cakep gak?"
"Iy- heh enggak!"
Kana mengulum senyum.
"Terus-terus?" Pancing Kana.
"Yaudah dia sering bantuin gu- temen sekelas belajar kelompok, jadi tutor cuma-cuma padahal dia sibuk mawapres juga."
"Wow si paling sibuk ya di kampus." Kana overreacting bertepuk tangan.
"Terus dia suka bantu mahasiswa gitu. Kayak jualan danusan, bikin pkm sama temen luar fakultas." Ucap Aruna sambil menerawang kebaikan orang yang dimaksud.
"Lo naksir ya?"
"SEMBARANGAN!"
Kana mengulum senyum lebih dalam. "Oke-oke, siapa namanya?"
Aruna yang mulai sadar dipancing Kana untuk bercerita, menjawab asal dengan bete, "Tarjo!"
"HAHAHAHAHAHAH." Tawa Kana membahana.
"Dim, lo gak mau student exchange?" Kana menunjukkan sebuah brosur online beasiswa student exchange.
Aruna melirik sekilas, "kayaknya gue gak bakal lolos deh."
"Dih belom dicoba juga."
"Tesnya susah. Lo aja gak lolos, apalagi gue."
"Yaaa gue gak minat emang yang awal, soalnya bukan pilihan gue tapi pilihan mas Januar sok ngide."
"Coba aja, sambil minta tutor sama si gebetan lo."
Mata Aruna memicing, "gebetan apaan? Lo jangan bikin gosip ya. Kedengeran ibu gue, bisa dicoret dari keluarga besar gue."
"Ampun-ampun. Tapi coba aja, sebelum gue kirim ke tante Lia brosurnya."
"Astaga... Iya gue pikirin ntar."
"Lo kapan balik Bogor?" Tanya Aruna.
"Seminggu lagi, lo kapan? Eh yuk kita nginep di-"
"Gue balik besok."
Kana otomatis melotot kaget, "cepet amaaaattt!!! Baru juga ketemu masa udah pisaaah??"
"Lebay lo, makanya main ke Semarang."
"Kenapa siih buru-buru?? Bukannya semester genap masuknya baru seminggu lagi?" Tanya Kana penasaran.
"Aduh gue repot kalo baliknya mepet. Belom dapet tiket susah banget, terus gue anaknya gampang tepar perjalanan jauh."
"Ya juga sih, lo juga rempong banget packingnya." Kana mengiyakan penjelasan Aruna.
"Eh kata tante Lia lo abis main sama temen kampus lo yang liburan di Jakarta, siapa namanya?"
"Oh itu kak Dion."
"LAH COWOK?" Kana tidak menyangka, dikira temannya Aruna yang sedang liburan di Jakarta itu cewek.
"Tante Lia tau?"
Aruna menggeleng. "Gue gak bilang sih kalo itu cowok/cewek."
"Wah parah sih." Ucap Kana mendramatisir.
Kemudian..
"TANTEEEE DIMI JALAN SAMA COWNSJDJDJEJEJ."
Aruna yang kaget langsung membekap mulut Kana sampai keduanya terjatuh di kasur.
Kana yang meronta ingin dilepas dan Aruna yang tidak percaya pada tipu daya Kana.
"DIMIIIIII jangan berantem doong sama Kana. Kalian ini jarang ketemu, sekali ketemu tetep berantem. Sini bantu ibu!" Ibu muncul di depan pintu kamar Aruna dengan tatapan seperti ingin memarahi keduanya.
Akhirnya Aruna melepas tangannya yang membekap mulut Kana dan Kana langsung menyeringai senang. Hahahaaa kartu Aruna sekarang ia pegang.
"Sono bantuin."
"Lo awas yaaa berani comber." Ancam Aruna.
"Tenang aja, amaaaaaaaaannn." Ucap Kana tersenyum misterius.
===========================
06/07/202201.21
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Teen FictionJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.