Chapter 10 : Hadiah Terakhir

840 109 14
                                    

"Nggak... Setidaknya kasih waktu sedikit lebih lama lagi, bagaimana kalau seminggu lagi?"

"Taufan, lihat kondisi mu sekarang, kalau tidak ada Maripos mungkin kau masih sekarat saat ini"

"Baiklah, beri waktu tiga hari lagi"

"Taufan..." Halilintar menatap tajam

Sejenak Taufan terdiam, lalu membuka lagi mulutnya secara perlahan.

"Apa perlu aku mengambil power sphera elemen angin agar dia dapat sedikit lama bersamaku?"

"Jangan sesekali kau melakukan itu Taufan, kau tau itu sangat berbahaya" Halilintar

"Memangnya kau tau apa?"

"SIAPA YANG NGAJARIN LO JADI EGOIS!?"

Halilintar hampir kehilangan kesabaran nya dan memukul keras dinding dengan tangannya.

"Aku tidak ..."

"Kalau lu masih nekat ngelakuin itu, lu ngga ada bedanya sama Retakka yang tamak kuasa"

Keadaan menjadi hening sesaat

"Nanti malam, akan ada pasar malam, aku memberimu kesempatan malam ini untuk bermain bersama Beliung, manfaatkan dengan baik"

Kemudian Halilintar pergi begitu saja dari kamar tersebut meninggal kan Taufan yang masih membisu diatas kasurnya.

.
.
.

[Pasar Malam]

Hari ini Taufan hanya berdua dengan Beliung, iya hanya berdua. Taufan melarang saudaranya mengganggu waktu mereka berdua. Dan seperti inilah, Taufan menggandeng tangan mungil milik Beliung sambil berjalan santai.

Tapi apakah benar mereka hanya berdua? Oh tidak, jika ke arah selatan ada Halilintar dan Gempa yang mengawasi. Di sebelah timur ada Blaze dan Ice. Di sebelah barat terdapat Duri dan Solar.

[Bagian Selatan]

"Emang perlu ya... Kita mengawasi nya seperti ini?" Gempa

"Aku hanya khawatir kalau mereka melarikan diri" Halilintar

"Kak Taufan bukan anak kecil lagi yang dulu selalu kabur setiap ada masalah"

"... Tidak ada salahnya juga kan kita berjaga-jaga"

Gempa hanya tersenyum ringan melihat tingkah kakak tertuanya tersebut yang selalu menganggap adik-adiknya seperti anak kecil walaupun mereka seumuran.

[Bagian Timur]

Disana sepertinya lebih santai, alih-alih mengawasi, mereka sekarang sedang memakan makanan hasil perburuan di pasar malam.

"Aku heran kenapa kita harus ikut serta dalam mengawasi Kak Taufan" Blaze mengunyah sosis bakar

"Hoaamm... Aku tidak peduli" Ice

"Iya kan... Toh mereka juga ngga bakal lari"

Biarkan sajalah mereka berdua, mari beralih ke sisi lain.

[Bagian Barat]

Terlihat Duri yang memasang raut wajah sedih dan Solar yang justru keasikan dalam mengobservasi tingkah laku dan penampilan makhluk hidup sosial di sekitar (Baca: mandang outfit orang).

"Apa-apan orang itu, kenapa warna merah dipadu dengan coklat, ngga bisa main kombinasi warna kah?" Gumamnya

"Solar..."

Kamu akan menyukai ini

          

"Sepertinya siklus outfit di dunia ini sudah semakin menurun, kalau dibiarkan hal ini akan punah dimasa depan!"

"Solar..."

"Apa sih, Duri"

"Mau main pancingan ikan.. itu disana" rengek Duri

"Ngga boleh, nanti kita dimarahin Kak Hali kalau sampai kita ketahuan sama Kak Taufan" Solar

"Lagian kita juga ngga benar-benar mengawasi, bukankah nanti malah tambah dimarahi"

"Justru itu... Kita cari safe aja, cukup diam disini, besok aja mainnya toh pasar malamnya masih buka sampai Minggu depan"

Kemudian, kembali dengan Taufan yang sedang menggandeng Beliung.

"Oh, hai Taufan! Hai adek Liung!"

"Wha... Hallo Kaka Rean, ke pacar (*pasar) malem cendirian kah?" Liung

"Iya nih... Duh ayang Solar dihubungi malah ditutup mulu telepon nya"

"Pe-de amat lu bakal direstuin bapak sama Solar" Taufan

"Ucapan adalah doa Fan... Ucapan adalah doa..."

"Amiin" Liung

"Kalian mau kemana nih btw?"

"Ah... Liung minta dinaikin ke kuda-kudaan nih" Taufan

"Oh... Hati hati ya! Aku mau ke pancingan ikan dulu, bye!"

"Uhm... Dadah Kak Rean!"

Sementara itu....

"Gimana? Mereka mau ngapain?" Halilintar

"Anu Bang, katanya mau naik kuda-kudaan"

"Oh .. thanks info nya"

"Yoi, Jan lupa traktiran nya Bang!"

Ternyata berbakat juga nih author kalau jadi Intel. Back to story...

"Liung berani kan main sendirian? Aku mau cari makan dahulu" Taufan

"Uhn! Liung berani kok"

"Kamu mau makan apa?"

"Err... Mau itu... Yang becar di dalamnya ada kejunya"

"Oh maksud mu corndog? Oke.. nanti aku belikan, main yang baik ya"

.
.
.

Sesampainya Taufan di tempat penjual corndog dan memesannya, ekspresi yang semulanya tersenyum menjadi layu seketika.

"Sudah aku bilang... Aku ingin berdua, Hali"

Halilintar yang sedikit terkejut karna tempat persembunyiannya diketahui oleh Taufan langsung menampakkan wajahnya.

"Kau tidak perlu se-khawatir itu, lagipula aku tidak akan kabur" Taufan

"Maaf" Balas Halilintar singkat

"Ta-tapi bagaimana Kakak tau kita ada disini?" Kali ini Gempa yang bertanya

"Kita ini aslinya satu tubuh bukan? Aku bisa merasakan keberadaan kalian dari dekat, apa kalian tidak menyadari nya?" Taufan

"Ayo pulang, Gempa, ajak adik-adikmu juga" potong Hali yang kemudian berjalan mendahului

"Ah.. a.. i-iya, Kak" Gempa

Kemudian Taufan kembali untuk menemui Beliung yang ternyata sudah selesai bermain dan duduk manis di sebuah bangku menunggu kedatangan Taufan.

"Ini, corndog yang Liung pesan" Taufan

"Wha... Terima kacih"

"Setelah ini kamu mau naik permainan apa lagi?"

"Eh... Uhm.. Liung mau naik kincir, main pancingan ikan, lalu makan, dan main lagi dengan papa" Beliung

"Terlihat menyenangkan"

"Papa terlihat tidak cenang"

"Tidak tidak ... Aku juga senang kok, apalagi bermain dengan Liung!"

Taufan mengangkat tubuh mungil tersebut dan mereka berdua memutar tubuh bersama.

Setelahnya, mereka mencoba menaiki berbagai macam wahana dan mencicipi berbagai macam makanan. Taufan juga nampak senang dilihat dari wajahnya yang tertawa lepas bersama Beliung. Namun, otaknya menolak untuk melupakan kenyataan bahwa Beliung sebentar lagi akan menghilang.

.
.
.

[21.45 - Markas Tapops]

"Huwaa..... Hiks..."

"Kak Duri... Kak Blace... Li-liung sesak-"

"Perasaan baru kemarin kita kehilangan Supra, sekarang kehilangan Beliung juga" Blaze

"Hum.. hum..!" Duri

"Sudahlah kalian berdua.. risih tau ngga" Solar

"Gua ngga mau dengar kalimat itu ya, dari orang yang juga cengeng waktu Supra pergi" Blaze

"Siapa yang cengeng?! Lo kali yang cengeng" Solar

"Eh iya juga, Solar emang ngga nangis sih pas Supra pergi" Duri

"Ka-kalian berdua... Cepat sekali berganti suasana nya" Gempa

"Eh? Papa mana?" Beliung yang menyadari tidak adanya Taufan disana

Sementara itu di sebuah kamar dalam markas Tapops...

"Rupanya kau disini?" Halilintar yang melihat Taufan sedang menatap ke jendela yang menampakkan berbagai macam bintang dan planet

"..."

"Kau tidak mau mengucapkan kata kata terakhir dengan Beliung?"

"Entahlah... Semakin ku bertemu dengannya, semakin pula kuat rasa sakitnya" Taufan

"Apa tak apa jika kau menyesal di suatu hari karna tidak mengucapkan selamat tinggal?"

"Ah... Curang, kau tahu saja kelemahan ku"

Ceklek-

"Papa disini!" Ucap Beliung sambil berlari dan memeluk Taufan dari belakang, "terimakacih cudah mengantarkan ku, Kak Aje(*Ice)"

Ice tanpa bicara hanya melambaikan tangan dan pergi begitu saja.

"Papa..."

Grep!

"Hiks... Aku akan me-rindukan mu, Liung..."

"Papa jangan nangic, na-nanti Liung juga ikut nangic.... Hiks.."

"Ah.. maaf maaf"

"Ini..."

Beliung memberikan sebuah syal bewarna putih kepada Taufan.

"Itu Liung dapatkan caat bermain di pacar malam, Liung mau papa caja yang cimpan" Beliung

"Pasti! Pasti akan ku simpan dengan baik!"

"Taufan, sudah waktunya" Ucap Komandan Kokochi yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu

"Baik, komandan!... Beliung, ayo"

"Uhn!"

.
.
.

To be continued -

Cieee.... Udah lama ngga ketemu author /slap.

Gimana nih, masih inget ma alur ceritanya ngga? Masa udah lupa sih :(
Emang berapa hari sih author ilang sampai kalian lupa :"

Btw chapter 11 last ya
Habis itu sesi QnA, tapi QnA kali ini ngga ada gambarnya
Author minta maap banget🙏 soalnya belum tentu auth punya waktu buat gambar

Mungkin nanti 1 atau 2 gambar aja

Btw, See U next chapter!

Baby LiungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang