Entah apa yang di pikirkan Kanela sampai menuruti perkataan Gita untuk menyambut Argan mengunakan baju dinas. Walapun tidak sampai telanjang seperti ucapan terakhir temanya itu sebelum pulang, tapi Nela juga merasa malu mengunakan baju yang sangat tipis.
Sebenarnya siapa coba yang mendesain baju tidak nyaman seperti itu, mana sana sini bolong seperti tidak mengenakan apa-apa. Harganya juga selangit, isinya bahkan cuma dua potong. Satu baju rumbai-rumbai kekurangan bahan, satu lagi g-string yang hanya menyerupai tali. Menyesal Nela membeli itu.
Lebih baik ganti baju saja, sangat tidak sepadan jika Nela yang mengenakan. Badanya kan tidak ramping, jadi malah lemaknya terlihat menggelambir kemana-mana. Dadanya saja hanya tertutup ujungnya. Kalau yang bawah jangan di tanya, Nela melihatnya juga malas.
Nanti apa coba tanggapan Argan yang melihat dirinya seperti ini, bukanya senang malah gumoh mah iya. Nela saja yang berfikir pendek hingga mau menuruti temanya yang sok tau itu.
Tapi kalau di ganti, sayang. Percumah ke mall panas terik tadi siang, lagian percaya saja Nela pada Gita yang penuh bualan itu. Tapi kalau Nela tidak seperti itu, apakah rumah tangganya akan tetap jalan di tempat. Tidak ada progres sama sekali.
Setelah bergelut dengan pikiranya sendiri, akhirnya Kanela memilih tetap mengenakan pakaian yang tidak bisa di anggap pakaian itu. Hanya berupa seutas kain yang tipisnya mengalahkan saringan tahu.
Dengan cepat Kanela menyambar jubah malamnya yang tergeletak di atas sofa saat mendengar Agan yang sepertinya sudah selesi mandi. Lelaki itu memang sudah pulang, dan sekarang Kanela malah semakin gelisah saat pintu kamar mandi terbuka.
Astaga, apa yang ia harus lakukan setelah ini? Ia merutuki kebodohanya sendiri, bisa-bisnya termakan omongan Gita.
"Belum tidur?" tanya Argan saat melihat istrinya masih berdiri di pinggiran sofa. Jangan bilang gadis itu akan tidur di sana karna semalam tertangkap basah melewati batas. "Kamu marah karna semalam saya peluk kamu?. Jangan tidur di sofa, biar saya saja."
"Ng-nggak kok." jawab Nela terbata. Rasanya baru kali ini merasa gugup di dekat Argan, padahal biasanya tidur seranjang pun tidak apa.
Argan bernafas lega. Untung, nanti masih bisa curi-curi lagi. "Terus kenapa di situ, sini." pinta Argan dengan menepuk sisi tempat tidur.
Bukanya berjalan di sisi tempat biasa tidur, Kanela malah mendekat pada suaminya. Argan melihat itu pun mengkerutkn dahinya bingung, ini istrinya, kan? Kanela. Gadis itu tidak sedang kemasukan roh jahat atau apa.
"Kenapa?" tanya Argan ketika Nela sudah mendekat. Gadis itu terlihat gugup dengan meremas simpul jubah malamnya. Argan masih menatap istinya tanpa berkedip, gadis itu entah kenapa terlihat begitu cantik malam ini.
Tidak hanya malam ini, sih, setiap hari juga cantik. Menggoda juga. Tapi malam ini terlihat lebih spesial, apalagi gadis itu tumben sekali mengenakan jubah di balik dasternya. Iya, kebiasan Kanela kalau tidur malam kan hanya memakai daster. Padahal Argan berharap gadis itu hanya mengenakan underware seperti di rumah gadis itu dulu.
Argan mendelik saat melihat Kanela membuka jubahnya, gadis itu tidak berniat mengodanya kan. Alih-alih mengunakan pakaian dalam seperti yang ada di bayanganya, gadis itu malah nyaris tak mengenakan apapun. Sial! Jika seperti ini ia mana bisa tahan.
"Kamu nggak mau pegang?" tanya Kanela tanpa bas basi. Bagaimana ia bisa seperti jalang murahan yang mengoda suaminya sendiri, padahal Nela tau lelaki di depanya itu sudah menelan ludah sejak tadi.
Sejak mendengar penuturan Gita tadi entah kenapa Nel malah merasa berani, walapun sebagian hatinya sebenarnya merasa takut jika Argan akan mencati wanita lain untuk memuaskan hasrat lelaki itu.