42

570 85 6
                                    

Jeongyeon terus mencari Nayeon tanpa lelah. Dia berkeliling mencari kemanapun yang dia bisa. Bahkan jennie, satu-satunya sahabat yang Nayeon miliki tidak tahu tentang keberadaan sahabatnya itu. Di tengah kebimbangannya, jeongyeon teringat pada dahyun dan lisa. Jeongyeon pun segera mengarah ke sebuah cafe yang terletak bersebelahan dengan kantor pusat nala Group itu.

Selang tiga puluh menit menempuh perjalanan, sampailah jeongyeon di depan cafe itu. Buru-buru lelaki jangkung itu memasuki cafe.

Lisa yang melihat kedatangan jeongyeon langsung gemetaran, apalagi dia melihat raut wajah kakak sahabatnya itu yang begitu menakutkan. Jeongyeon langsung menghampiri lisa yang sudah membeku di dalam sana.

"Aku ingin bicara denganmu?" ucap jeongyeon dengan wajah datar.

Lisa menatap bola mata jeongyeon yang berwarna hitam itu dengan perasaan takut. "Ada apa, Kak?"

"Apa Nayeon pernah kemari?" tanya jeongyeon dengan tatapan mengintimidasinya membuat lisa terlonjak kaget.

Glek!

Susah payah lisa menelan salivanya karena takut pada pria menyeramkan yang sedang berdiri di hadapannya.

Nayeon... Apa dia sudah tahu kalau Nayeon adalah pemain piano di acara ulang tahun nala Group? Matilah aku, dia pasti akan mencincang habis diriku.

"Na- Nayeon..." lisa terbata-bata menyebut nama itu.

"Cepat katakan! Apa Nayeon pernah kemari?" tanyanya lagi.

"Ti-tidak, Kak... Nayeon tidak pernah kemari..." jawab lisa

Dahyun, cepatlah datang. Kakakmu yang mengerikan ini akan mencincangku kalau aku salah bicara sedikit saja. Ya ampun, kenapa dia sangat mengerikan? Dia sangat berbeda dengan Kak seulgi.

Jeongyeon melangkah maju semakin mendekat dengan lisa, seiring langkah kaki lisa yang terus mundur kebelakang hingga menyandar di dinding. "Benarkah?" tanya jeongyeon ingin memastikan.

"Su-sungguh, Kak... Nayeon benar-benar tidak pernah kemari. Aku tidak berhohong."

Jeongyeon kemudian mencengkeram leher lisa, namun cengkaramannya tidak begitu kuat, dia seperti ingin mengancam teman adiknya itu. "Kenapa aku harus percaya padamu? Saat itu kau juga membohongiku tentang gadis yang bermain piano itu. Kau ingin aku percaya padamu?"

Lisa semakin ketakutan, tubuhnya sekarang gemetaran. "Sungguh, Kak. Kau boleh tanya dahyun atau karyawan lain di cafe ini kalau tidak percaya. Nayeon benar-benar tidak kemari."

Jeongyeon kemudian melepaskan cengkeraman tangannya dari leher lisa. Dia menghela napas panjang seraya memejamkan matanya sesaat. "Baiklah, kali ini aku akan percaya padamu. Kalau Nayeon kemari cepat hubungi aku," pinta jeongyeon kemudian.

Lisa pun bernapas lega. "Memangnya ada apa dengan Nayeon, Kak?" lisa memberanikan diri bertanya pada jeongyeon karena rasa penasarannya yang begitu tinggi. Sehingga dia hampir melupakan ketakutannya.

"Itu bukan urusanmu! Tugasmu hanya memberitahuku jika Nayeon kemari atau menghubungimu. Kau tahu kan, apa akibat yang akan kau terima jika kau berani membohongiku?" tutur jeongyeon dengan tatapan mengintimidasinya.

Lisa pun mengangguk dengan cepat. "Ba-baik, Kak... Begitu ada kabar tentang Nayeon, aku akan segera memberimu kabar."

Setelah memberi ancaman itu, tanpa rasa bersalah jeongyeon beranjak keluar dari tempat itu. Saat tiba di area parkir, bersamaan dengan dahyun yang baru saja tiba. Jeongyeon yang sudah membuka pintu mobilnya langsung menutupnya kembali begitu melihat dahyun datang.

Dahyun mengepalkan tangannya hingga bergetar saat melihat jeongyeon berdiri tegak di samping mobilnya.

Kebetulan sekali dia ada di sini. Tanganku sedang gatal ingin menghajarnya. Batin dahyun

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang