Dia pasrah meletakkan tubuhnya di atas lantai... kursi... kasur... atau... entahlah. Apapun itu, yang pasti dia mencoba membuang tumpukan-tumpukan lelah. Beban yang dimilikinya banyak. Kewajiban juga tak mau kalah mengekang. Ditambah lagi penganiayaan oleh waktu yang terus mengejar dan menuntut segalanya secepat mungkin. Seperti yang tertulis dalam buku yang pernah kubaca, waktu terasa berputar sangat cepat karena kiamat sudah dekat.
Berselimut bimbang, dia memutuskan mengambil HP berwarna...
Ah, aku tidak tahu warna apa.
"Kirim, atau tidak?"
Mungkin dia berpikir seperti itu.
Namun, tanpa perlu ada komando, jari jemarinya mulai mengotak-atik HP dengan lincah tanpa ada kesalahan. Tentu saja, HP itu miliknya sendiri.
Menurutku, ada sedikit paksaan yang membuatnya melakukan hal itu. Barangkali hatinya yang memaksa. Ada gerak-gerik yang ganjal. Barangkali hanya bermodal rasa penasaran saja. Mungkin juga karena ia perhatian.
Yang aku tahu itu agak berlebihan jika dilakukan oleh orang sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Letter
Teen FictionOrang yang sedang jatuh cinta. Menilai segala hal secara berlebihan. Penasaran berlebihan, harapan berlebihan, angan-angan dan hipotesa yang sungguh berlebihan. Menciptakan ceritanya sendiri, bagai sutradara profesional. Tak sadar bahwa ceritanya su...