RELIVE

1 0 0
                                    

a short fiction story by a r e s
PG-13//sad-romance

. . .

Pagi ini, kurasakan udara hangat di sekitarku. Sinar mentari terasa menyapaku lembut. Angin berhembus mengantar kedamaian. Bahkan, burung-burung bermain dengan riang di atap beberapa bangunan. Ah.. ternyata musim panas telah tiba.

Ponsel di atas nakas tiba-tiba berbunyi. Notifikasi kalender muncul menyapaku. "Hari ini ya..." gumamku pelan. Aku menatap koper yang berdiri di sudut kamar sebentar kemudian masuk ke kamar mandi. Tidak perlu waktu lama, aku sudah siap dengan semua kebutuhanku untuk satu perjalanan singkat. Keluar dari rumah sambil menyeret koper tanpa menoleh kebelakang lagi. Aku sudah memantapkan niatku.

Taksi menjadi pilihan untuk mengantarku menuju bandar udara. Berbekal dua bungkus roti lapis dan sebotol air mineral aku duduk sembari menunggu waktu keberangkatan pesawat. Tepat ketika matahari mulai terasa teriknya, aku terbang membelah langit menuju bagian bumi yang lain.

Pagi buta keesokan harinya, kuinjakkan kakiku di tempat dimana kenangan kita tumbuh. Kala itu, kau berlari menghampiriku dengan senyum lebar diwajahmu. Dengan sigap kau mengambil alih koper ditanganku dan membawaku menuju rumah singgah sederhana di tepi pantai. Setelah memastikan semua barang-barangku sudah berada di penginapan, kau mengajakku berjalan menyusuri tepi pantai yang lengang.

"Jet lag?" tanyamu memecah keheningan pagi itu.

Aku yang tersentak menjawabmu seadanya, "Sedikit."

"Haha, maaf ya, harusnya aku membiarkanmu istirahat lebih dulu. Tapi, karena pemandangannya sangat bagus aku jadi terburu-buru. Jangan khawatir, percaya saja padaku kau akan segera merasa lebih baik. Sekarang coba tutup matamu dan rasakan udara di sekitarmu. Menenangkan sekali kan?" aku tersenyum memandangnya yang tengah menikmati suasana kala itu.

"Ya, tenang sekali."

"Senang mendengarnya." Tuturnya sembari merangkulku untuk membagi kehangatannya. "Pertunjukan utamanya hampir dimulai. Lihatlah kesana." Nada bicaranya penuh antisipasi dan dia menuntun pandanganku menuju tempat yang ditunjukknya.

"SUNRISEE~!" kejutnya riang seolah-olah tengah memberiku hadiah paling indah yang pernah ada di muka bumi. Tapi itu memang benar adanya. Aku tertawa bersama candanya. Menatap mata teduhnya yang berubah menjadi serius sekon kemudian.

"Ini adalah fajar yang kuimpikan. Berdiri di tepi pantai dan memandangnya bersama orang yang kucintai. Kuharap waktu bisa berhenti walau hanya sekejap. Karena aku selalu ingin bersamamu lebih lama." Tangan besarnya meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Tatapnya intens fokus hanya padaku. "Aku ingin hidup denganmu. Sampai saat Tuhan memisahkan kita, aku ingin bersamamu. Ayo kita tulis cerita hidup bersama. Karena di masa depan nanti hanya ada kita, bukan kau atau aku. Jadi, izinkan aku menjadi rumahmu."

Air mataku mengalir tanpa sanggup mengatakan sepatah kata apapun. Hanya anggukan kepala yang mampu kuberikan. Tepat setelah itu kau memelukku dengan erat. Mempertegas keberadaanmu sebagai rumah untukku.

Bersama dengan mentari yang terus beranjak naik. Diiringi debur ombak yang menyapa bibir pantai. Kita basah dengan tangis bahagia. Memulai bagian baru dalam kehidupan kita.

Yang kukira akan abadi.

"Apa kau ingat waktu saat kita menangis bersama? Saat itu kau berjanji untuk membawaku kesini lagi, tapi nyatanya sekarang aku datang sendiri." Ucapku getir, sambil memandang cakrawala yang sedang mempersiapkan panggung terbitnya sang mentari dengan eloknya.

"Aku menepati janji kita untuk kembali kesini. Rasanya sedih sekali. Tanpamu waktu berlalu terlalu lama. Aku takut bertemu hari esok ketika sosokmu tak bisa lagi kutemui. Tapi hariku akan terus berjalan. Karena itu aku baru bisa datang sekarang, setelah setahun berlalu. Aku akan menyapa hari-hari bahagia lainnya. Jadi, tolong lihat aku dari tempatmu disana. Sebaik apa aku akan bertahan di dunia tanpamu. Sejauh apa aku dapat melangkah tanpamu." Aku mengembuskan nafasku berat.

"Bukankah aku sangat beruntung karena telah bertemu denganmu, mengenalmu, dan bahkan memilikimu walau untuk waktu yang singkat. Semua tentang kita, aku akan mengingatnya. Aku akan terus mengingatmu hingga waktuku datang untuk bertemu denganmu. Dan disini, di pantai yang sama, akan kutulis cerita baru lainnya."

Bersamaan dengan hembus lembut angin semburat jingga mulai tampak dari ujung cakrawala.

"Hei.. SUNRISE! Selamat pagi, untukmu yang terlelap bersama samudera".


fin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang