Penawar

521 31 0
                                    

Prince of Wolf bagian 12
Oleh Sept

Semua mata terkejut menatap Aubrey. Keturunan serigala murni itu tiba-tiba semua bulunya memudar. Warna kuning emas yang semula mendominasi, perlahan berganti menghintam.

Setelah melihat sosok Aubrey yang berubah, tuan Smit bergegas keluar. Ia mencari Edward. Ia berjalan cepat mencari di mana serigala abu-abu tersebut.

"Tuan ...!"

Baru dicari, Edward sudah muncul. Tanpa banyak bicara, Edward yang sudah berwujud manusia itu, langsung menyusuri lorong ia melangkah menuju ruangan di mana Aubrey diobati.

"Panggil penyihir itu! Hanya dia yang bisa menolong nyawanya!" titah Edward sambil matanya terus menatap bulu-bulu Aubrey yang hampir menghitam sempurna.

"Tapi Tuan ..."

Kepala penjaga kastil tersebut seolah berat jika harus melibatkan penyihir yang kapan hari pernah menyerang kastil.

"Aku bilang bawa dia segera ... ke mari, sekarang!" sentak Edward marah. Ia tidak mau dibantah. Perkataan Edward adalah perintah.

Tuan Smit pun menundukkan kepalanya. Ingin menolak tapi tidak bisa.

***

Di tempat yang jauh, di tengah hutan yang gelap dan lebat. Seorang penyihir jahat yang dimaksud Edward sedang tersenyum licik. Ia mengusap sebuah benda yang mengeluarkan banyak asap.

"Akhirnya kau akan jadi milikku!" ucap penyihir itu sambil menyentakkan tongkat kayunya ke atas lantai bebatuan.

Penyihir itu seolah menunggu kedatangan seseorang. Benar saja, sesaat kemudian muncul 2 pengawal berkuda yang berhenti tepat di depan sang penyihir.

Salah satu pengawal memberikan sebuah gulungan pada penyihir sebelum penyihir itu menyerang dan membakar para pengawal melalui naga api yang ada di sana. Penyihir itu malah tertawa, sebuah tawa yang terdengar meggerikan. Ia kemudian membuang gulungan tersebut ke atas api besar yang sudah menyala sejak tadi dan sudah menjadi bara. Seketika gulungan itu terbakar kemudian menjadi serpihan abu yang lembut tak berbentuk.

"Jika tidak mau mati, pergi kalian!"

Penyihir itu menyeringai jahat pada para pengawal. Dan ketika sang naga hendak menyembur, para pengawal kiriman tuan Smit langsung mundur.

***

Suasana di kastil semakin mencekam, Edward sejak tadi menunggu kedatangan sang penyihir jahat. Apalagi kondisi Aubrey sudah menghitam sempurna.

"Lakukan sesuatu! Jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi. Kau ayahnya!" Amora mencengkram kedua pundak Edward. Ia menuntut agar Edward menyelamatkan putri mereka satu-satunya. Entah mengapa ia begitu berani menyentuh Edward.

Sedangkan Edward, ia mencoba mencari jalan keluar. Menyembuhkan Aubrey itu bukan perkara mudah, Edward butuh tangan penyihir agar mengambil racun dari duri pohon yang sempat menancap pada tubuh Aubrey.

Itu adalah pohon beracun yang selama ini dipakai pemburu sebagai bahan tombak. Sebuah tombak untuk alat pemburuan selama ini.

Malang bagi Aubrey, ia terkena benda tersebut tanpa sengaja. Hingga kini racun itu mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Karena kekuatan Aubrey belum stabil, akhirnya tubuhnya menyerah pada racun tersebut.

"Apa kau sengaja ingin membunuhnya?" tuduh Amora yang marah karena Edward tidak mau menolong putrinya.

"Pengawal! Bawa dia ke kamarnya!" titah Edward dingin.

Sesaat kemudian, para pengawal menghampiri Amora. Mereka akan membawa Amora ke kamarnya.

"Jangan sentuh aku! Kalian semua ... mundur!" teriak Amora marah.

"Diamlah! Dan pergi ke tempatmu! Aubrey akan aku urus!" sentak Edward marah.

Karena Amora yang sejak tadi berisik, membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

"Kau bohong! Kau akan membunuh putriku!" teriak Amora tidak percaya.

Marah karena Amora tidak menuruti apa katanya, Edward seketika berubah menjadi serigala kembali. Ia mendekati Amora laku memperlihatkan taringnya.

"Ini lebih baik ... bunuh aku saja!" Amora memejamkan mata. Nyatanya hidup di kastil Edward hanya membuatnya tersiska.

Saat situasi mulai menegang, tiba-tiba datang seorang wanita tua yang langsung duduk di tepi ranjang Aubrey.

"Keributan yang kalian buat, tidak akan membangkitkan serigala kecil ini!" cibir nenek tua tersebut. Dia adalah kepala tabib kasti yang paling tua.

"Ambil bejana perak!" titahnya pada pelayan yang ada di sana.

Wanita tua dengan rambut yang sudah memutih sempurna itu kemudian mengulurkan sebuah benda tajam ke arah Amora.

"Penuhi bejana ini dengan darahmu!" perintah wanita tua tersebut.

Semua orang menatap Amora.

"Apa yang kau katakan!" sentak Edward yang sudah menjadi manusia kembali. Tuan Smit lantas memakai jubah kebesaran pada Edward.

"Tuan juga ... penuhi bejana yang lain."

"Kau mau mati?" sentak Edward marah.

"Pengawal! Penjarakan dia!" titah Edward geram.

"Darah kalian adalah obat, lakukan sekarang atau dia akan mati sesaat lagi. Tuan tidak melihat ... lihatlah, bulunya mulai menghilang perlahan."

Mereka semua baru tersadar, ekor emas Aubrey yang sudah menghitam kini sudah tidak ada. Tanpa pikir panjang, Amora mengambil benda tajam dari tangan wanita tua tersebut.

"Moraaaa!" teriak Edward saat darah segarr meng ucur deras dari pergelangan tangan ibu Aubrey tersebut.

Semua terkejut akan aksi Amora. Tapi tidak dengan tabib tua yang langsung merebut bejana saat isinya sudah penuh. Amora seketika pingsan. Ia terkapar dengan tangan nyaris pu tus.

Edward langsung merengkuh tubuh Amora. Tangannya mengepal, kemudian meraih pi sau yang masih dipegang oleh Amora. Sekali sayatann, darah serigala mengalir bersama dengan bulan yang tiba-tiba tertutup awan mendung. Dua mahluk yang berbeda itu pun kini sama-sama ambruk. BERSAMBUNG

Immortal Love Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum