BAGIAN 22. ARGA (2)

282 50 11
                                    

Kinda Freak, jadi tolong dimaklumi hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kinda Freak, jadi tolong dimaklumi hehe

***

Jeder ...

Bersamaan dengan suara petir yang menyambar, sebuah tangan menarik tubuh Viona sehingga mundur beberapa langkah dari pintu. Suara petir begitu kuat hingga memekakan telinga, mereka semua reflek menutup telinga dan memekik terkejut.

"LO GILA? LO NGGAK SADAR, BARUSAN LO HAMPIR KESAMBER PETIR!!" bentak Jose yang suaranya hampir tertelan oleh gemerisik suara hujan.

Hujan yang tertanam di ingatan Viona. Hujan yang menebarkan kesedihan dan membawa pilu. Hujan deras yang berangin disertai petir yang saling bersahutan, benar, hujan ini yang berada di ingatan Viona.

Degup jantung Viona bertalu-talu.

Dewa menyentak tangan Jose yang masih mencengkeram lengan Viona. "Nggak usah pake urat, nggak bisa?"

Tubuh Viona bergetar akibat teringat kematian Arga dan kuatnya suara petir.

"Vi ... eh—eh kok nangis? Sakit ya?" Tanya Tasya panik.

"Gara-gara lo nih Jo," cecar William.

Jose langsung merendahkan tubuh untuk melihat wajah Viona yang tertunduk, benar saja, air mata Viona sudah membasahi wajah.

"Ma—maaf, gue nggak maksud bentak lo,"

Tatapan Jose dan Viona bertemu, bak mengarungi lautan dalam, mereka tenggelam bersamaan dengan tatapan yang saling mengunci.

"Plis ... bantuin gue," ucap Viona bergetar.

"Gue—gue harus s—selametin Arga," lanjut Viona.

"Maksud lo nyelametin Arga gimana? seenggaknya lo harus jelasin dulu ke kita, jangan kasih paniknya doang," cecar Bimas kesal.

"Gimana lo bisa tau Arga dalam bahaya Vi?" Timpal William.

"Lo harus jelasin ke kita Vi, maksud dari ucapan lo. Kenapa harus selametin Arga? Gue ... kita nggak ngerti Vi," ucap Sam.

"Vi?" Panggil Dewa karena Viona diam dan tidak menjawab.

Mata Viona melirik jam yang tertempel di dinding, sudah hampir jam pulang sekolah dan Viona harus bergegas sekarang atau dia akan terlambat.

"Nggak ada waktu buat jelasin, plis siapapun bantu gue, anterin gue ke sekolahan Arga," lirih Viona.

"Don't waste your time Vi, sia-sia," ucap Dewa pelan dan mungkin hanya Dewa yang mendengarnya.

***

Di tengah derasnya hujan, Viona turun dari motor dan langsung berlari memasuki gerbang sekolah. Masih terlihat beberapa siswa meneduh di bawah atap parkiran, dan sisanya mungkin sudah pulang menerabas derasnya hujan.

Bibbidi bobbidi BOO! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang