ALLO ALL AKU BALIK LAGI!!
SIAPIN TISUU HUHUU T_T!!HAPPY READING ALL!!
.
.
.
.
.
.
.
Nb: halo ini aku publish ulang dikarenakan ada revisi dan beberapa hal yang memang diharuskan untuk unpublish dulu.. selamat membaca, trimakasih
—————————————————————Sudah hampir 5 hari Zyana masih belum sadar dan pastinya sudah 5 hari, Akbar menemaninya seperti sekarang. Minggu pagi kali ini, Akbar sudah ada di samping Zyana. Ia selalu setia mengajak Zyana berkomunikasi dan tak jarang punya Zyana merespon, walau dengan tetesan air mata.
Terlihat sekarang Akbar sedang menceritakan tentang bagaimana dirinya di sekolah saat Zyana tak ada, tentang kebucinan Grizelda dan Iqbal yang baru jadian, tentang bagaimana anggotanya yang begitu receh dan masih banyak lagi.
“Na, bangun ya? Masa lo tega sih biarin gue liatin gimana bucinnya Iqbal ama Grizelda sih?” ucapnya menggerutu tak terima.
“Makanya bangun ya? Enak aja mereka mau bikin gue cemburu,” ia masih setia disamping Zyana, mengelus dan merapikan anak rambut Zyana. Namun seketika, jari Zyana bergerak membuat Akbar sempat tersentak kaget.
“Zy? Lo denger gue?” ucapnya memanggil Zyana. Jari Zyana semakin bergerak dan suara pada monitor melaju lebih cepat. Sepertinya detak jantungnya berpacu sedikit lebih cepat. Melihat hal itu, Akbar segera memanggil dokter. Saat dokter itu tiba, ia langsung memeriksa keadaan Zyana.
“Zyana, kamu denger saya?” ucap dokter mencoba memanggilnya.
“sayang, kamu denger mama?” kata mama juga. Perlahan sepasang mata yang awalnya tertutup itu, kini terbuka sedikit demi sedikit. Dokter mencoba mengarahkan sinar cahaya dari senter kecil yang ia bawa kearah penglihatan Zyana.
Melihat sinar yang terpancar pada matanya membuat ia berusaha menyesuaikan pandangannya pada sekitar. Ruangan yang putih dengan bau obat-obatan tercium sangat menyengat ke indra penciumannya. Ia juga mendengar suara monitor dan suara orang-orang yang memanggil namanya. Perlahan ia melihat satu persatu siapa yang ada di sampingnya, namun ia tak bisa bergerak lebih. Sebab luka di kepalanya masih sangat parah.
“Kamu bisa dengar saya Zy?” tanya dokter pada Zyana. Ia mengangguk samar agar kepalanya tak sakit. Namun ia meringis pelan karena luka itu berdenyut.
“kamu udah sadar sayang?” tanya mama terisak tangis bahagia.
“m-mama?” mama akhirnya lega, kini putrinya sudah sadar. Tak apa jika saat ini ia masih dalam keadaan lemah, namun ia sangat bersyukur jika saat ini putrinya sudah sadar dari koma.
“Sayang, jangan banyak gerak dulu ya? Nanti sakit,” ucap mama pada Zyana. Tak hanya mama, Akbar juga sangat lega jika saat ini gadis kecilnya sudah sadar. Tanpa sadar setetes air mata jatuh keselimut Zyana. Kini pandangan Zyana tertuju pada sesosok laki-laki seumurannya.
“L-lo?” ia meringis lagi merasakan sakit di kepalanya.
“Jangan banyak gerak, Na.” Kata Akbar pada Zyana. Ia beralih ke samping Zyana, mengusap lembut tangan mungil itu dengan tulus.
“Lo, s-siapa?”
Deg
Nafas Akbar tercekat karena mendengar perkataan yang Zyana katakan barusan. Apa katanya? Dia siapa? Apakah ia lupa siapa dirinya? Bagaimana bisa? Zyana melihat kembali wajah laki-laki yang kini meneteskan air mata itu. Ia mencoba mengingat walaupun sakit di kepalanya semakin parah.
“Na, lo bercanda?”
“I-ini gue, Akbar!” ucap Akbar mencoba meyakinkan Zyana.
“Gue gak kenal sama lo,” ucap Zyana lagi sambil mencoba untuk duduk. Sakit rasanya ketika ia mendengar hal itu dari gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZYANAKBAR || REVISI
Teen FictionStarted: 7 mei 2022 Finished : 22 desember 2022 Peringkat : #2 bisa [februari] #4 ganda [februari] #6 alter [maret] #7 kepribadian[maret] #3 bisa [13/04/23]