•14•

1K 37 0
                                    

Assalamualaikum semuaaa hai" aku up lagi nih bestii

Assalamualaikum semuaaa hai" aku up lagi nih bestii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading guys

Dengan termenung seorang perempuan tengah berjalan sembari melamun, tak perduli bagaimana keadaan didepannya. Ia sibuk memikirkan bagaimana masa depannya, ucapan sang dokter benar-benar membuat dirinya ingin sekali menyerah.

Sesekali ia mengusap pipinya yang basah.
" Tuhan bagaimana ini, apakah engkau tak mengizinkan aku untuk sembuh, jujur aku lelah tuhan, sudah cukup aku menjadi beban untuk orangtuaku." Batinnya pilu.

Sangking kalutnya perempuan itu melamun ia tak sadar menubruk dada bidang seseorang.

Dug

Pyaar

Sebuah kantung kresek yang berisi berbagai jenis obat-obatan terjatuh, bercecer tak beraturan dilantai.

Perempuan itu kemudian bersimpuh memunguti obat-obatan itu yang terjatuh.

" Saya minta maaf mba," ucap seorang lelaki yang ditabraknya itu.

Perempuan itu mendongak, sontak matanya membulat sempurna, perempuan itu terkejut bukan main, detik berikutnya perempuan itu menetralkan tubuhnya terutama jantungnya.

" E-erda!"

Mendengar namanya dipanggil, lelaki yang bernama Erda itu tersadar, dengan perlahan Erda menatap perempuan yang berada dihadapannya.

" T-tania." Jawab Erda gugup dan sedikit terbata.

" Kamu sakit Tan?" Lanjut Erda bertanya.

Pertanyaan Erda mampu membuat Tania tersenyum getir.
" Sebegitu nampak kah aku sakit Da?" Tanya Tania. Dan di balas anggukan oleh lelaki itu.
" Kalau aku bilang bahwa aku baik-baik saja kamu percaya?" Lanjut Tania dibalas gelengan oleh Erda sebagai sebuah jawaban.

" Mas Erda!"

Suara Intan terdengar dari arah belakang, sambil beranjak ke arah sang suami. Tanpa melihat situasi dan orang-orang yang ada disekitarnya, karena terfokus hanya dengan sang suami.

" Ayo mas kita pul-"

Deg

Ucapan Intan terhenti tak kala menyadari sesuatu, kedua matanya menangkap sosok mantan pujaan hati sang suami.

" Dia siapa Da?" Tanya Tania heran.

" Em, di-dia Istri sa-saya," Ucap Erda sedikit terbata, dengan ekspresi tak terbaca nan suara yang terdengar datar.

What!!!

Tania terhenyak dikala mendengarnya, entahlah tatapannya kini tertuju pada Intan, bukan tatapan tak suka maupun benci hanya berupa tatapan kosong yang tak terbaca yang terpancar Dimata sayu itu.

" Sebegitu cepat kah Da, kamu melupakan aku?"

Sontak dengan cepat Tania menggelengkan kepalanya, kenapa ia menjadi tidak terima, bukankah ini yang ia inginkan, bukankah ini yang sejak dulu ia rencanakan. Agar Erda tak begitu sakit jika ia pergi untuk selamanya.

          

Tania perlahan mengembalikan ekspresi wajahnya untuk biasa saja seperti tadi, walaupun harus menahan rasa sesak dalam hatinya, namun harus tetap ia lakukan.

Tania menjulurkan tangannya.
" Tania."

Intan menerima uluran tangan itu" Intan mba."

"Astagfirullah kenapa dengan perasaan ku ya Allah, semoga ini bukan pertanda buruk." Monolog Intan dalam hati.

" Kalau begitu aku pamit pulang dulu, permisi Intan E-erda." Ucap Tania berpamitan.

Intan mengangguk namun tak ada jawaban apapun dari Erda.

Setelah kepergian Tania, Erda dengan termenung menatap lekat punggung Tania yang perlahan tak terlihat itu, Intan menyadari tatapan itu, membuat hati Intan sedikit sakit melihatnya.

" Kita pulang yuk mas!" Ajak Intan dibalas anggukan oleh Erda.

" Mas!"

Intan yang baru saja masuk dalam kamar, berjalan beranjak menuju Erda, yang terlihat tengah termenung di atas ranjang. Namun Erda sama sekali tak menanggapi panggilan Intan, membuat Intan tersenyum kecut dan tentu saja hatinya sangat kecewa.

Entahlah apa yang membuat Erda seperti ini, entah apa juga yang sedang ia pikirkan, selepas pertemuan dengan sang mantan kekasih membuat Erda lebih banyak diam dari biasanya.

Perlahan tapi pasti Intan duduk tepat disamping Erda, decitan yang timbul membuat Erda sedikit tersentak kaget.

" Mas Erda kenapa? Lagi ada masalah ya mas, dari tadi diem terus?" Intan meraih tangan kekar Erda dan diusapnya dengan lembut.

Erda tersenyum," saya baik-baik aja, mungkin sedikit kecapekan."

Intan memicingkan mata curiga, namun sebisa mungkin ia percaya, mungkin saat ini suaminya belum siap untuk cerita padanya.

Intan hanya bisa menghembuskan nafas, dan sebisa mungkin percaya pada sang suami walaupun dalam hatinya masih ada secuil keraguan, Intan mencoba untuk menepisnya, ia takut suaminya nanti akan tersinggung degan pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.

" Ayo tidur sudah larut malam." Ajak Erda.

Intan mengangguk

Intan berbaring dengan memunggungi Erda, entahlah hatinya sedikit tak baik-baik saja, ia bingung harus bagaimana, perubahan sifat dan sikap Erda membuat Intan serasa dekat namun hatinya jauh.

Intan mencoba untuk memejamkan matanya, walaupun sedikit susah namun ia paksakan.

"Kenapa mas? Ada apa dengan kamu hingga kamu berubah seperti ini?" Terka Intan dalam hati.

Dilain sisi, Erda terdiam dan masih termenung, Erda sangat kalut akan pikirannya sendiri.
Pertemuan dengan sang mantan kekasih yang sempat menemani hari-harinya dan pernah mengisi kekosongan hatinya, membuatnya sedikit bimbang.

Hampir 5 bulan semenjak kejadian itu Erda tak pernah lagi bertemu dengan Tania.
Lalu pada saat ia ingin melupakan masa lalunya kenapa malah ia dipertemukan dengan Tania.

Apa maksud dunia ini?

Lalu yang membuat Erda semakin bimbang hatinya yakini pernyataan yang dilontarkan Tania padanya tadi.
Penampilan Tania yang sangat berubah, lalu wajah yang pucat, mata sayu, dan tubuh yang cukup kurus serta beberapa botol obat-obatan tadi.

Apakah separah itu penyakitnya?

Erda mencoba untuk menepis pikiran itu, entah apa yang ia rasakan saat ini sampai ia sebegitunya dengan keadaan Tania. Erda sadar bahwa pikirannya serta perasaannya ini salah, ia sudah memiliki seorang istri tak sepatutnya ia memikirkan perempuan lain, walau itu perempuan yang masih tersisa sedikit namanya dalam hatinya.

INTAN (End!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang