33| Pedang Ajaib

270 39 63
                                    

*Pulau Apung*

HIAT! Pedang yang tertancap di batuan itu terlepas dari himpitan batu berkat Poi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HIAT! Pedang yang tertancap di batuan itu terlepas dari himpitan batu berkat Poi. Taman raja itu disirami sinar surga yang muncul dari pedang itu diikuti gempa bumi yang dahsyat yang menggoncangkan seluruh wilayah Pulau Apung. Semua penduduk Pulau Apung tampak panik dan langsung keluar rumah memastikan apa yang sedang terjadi.

Selama 124 tahun, pulau itu tidak pernah gempa bumi dan hari itu jadi momen bersejarah lempeng Pulau Apung kembali aktif karena pedang yang terangkat. Semua orang tampak ketar-ketir, berlari ke sana kemari menghindar dari pepohonan yang tumbang. Kubah transparan yang menutupi wilayah Pulau Apung sirna bersamaan setelah pedang itu tercabut.

Saat melihat semua fenomena itu dalam beberapa menit, Ning, Neng, Nong dan Bloo adalah salah empat dari orang yang senang karena fenomena itu. Sedangkan semua orang di pulau itu, memasang wajah getir dan celingak-celinguk tak paham tentang bumi yang berdansa.

"Hahaha! Hahahahahaha!" ketiganya tertawa kompak saat melihat semua kejadian itu.

"Akhirnya! Akhirnya! Setelah penantian sekian lama, kita bebas, gengs! BEBAS!"

"Kuy, buruan! Kita terbang jalan-jalan keluar pulau ini~lalalala," kata Neng yang terbang kesana kemari kegirangan.

"Iya, sumpek nih. Bosen juga gue," kata Nong yang ikutan terbang bersama kedua kakaknya.

Ketiganya kompak terbang dengan riangnya. Sigung, Ajudan, Kapten dan Poi masih tidak mengerti apa yang terjadi. Mereka melihat Bloo yang melonjak kegirangan dan satu pertanyaan yang muncul. Mereka, sehat?

"Poi, pedang apa yang lo cabut tadi?" tanya Kapten dengan tatapan ngeri.

"Hmm, gak tau~poi!"

Kapten yang penasaran pun mencoba mengambil pedang, tapi entah kenapa pedang itu sangat berat untuknya. Perasaan pas Poi pegang gak keliatan seberat itu, gumam Kapten. Ajudan dan Sigung pun penasaran mereka mencoba mengangkatnya dan mencoba berbagai cara untuk mengangkatnya. Tapi hasilnya, mereka tidak bisa memindahkan pedang itu walaupun semili.

"Poi!" panggil Sigung.

"Sini coba Poi yang angkat."

"Oh, bentar~poi!"

Sigung menyuruh Poi mengangkat pedang dan dengan gampangnya pedang itu terangkat. Ketiga orang itu pun tercengang-cengang.

"Apa-apaan tuh?!" kata Sigung geram.

"Ehey, kok bisa gitu?" kata Ajudan yang ikutan herman, heran maksudnya.

"Sigung mau coba lagi dong."

"Nih, Sigung penasaran ya~poi?"

Begitu pedang berpindah tangan.

"Poi!! Tolongin! Tangan Sigung kejepit ini! Arghhh! Buruan!"

Poi mengambilnya, tangan Sigung pun terluka persis seperti motif pedang yang menimpa tangannya tadi. Bengkak kemerahan. Pedang itu mulai beraksi saat dipegang pemiliknya lagi saat pedang itu dipegang ketiga kalinya oleh si empunya.

Suara teriakan dari jauh dan sinar dari mata pedang keluar tiba-tiba. Mereka berempat saling tukar pandang, menanyakan hal yang sama dan sama-sama tidak tahu jawabannya. Teriakan yang melolong semakin keras. Saat melihat siapa yang teriak, ternyata tiga penyihir kembar itu ditarik oleh cahaya yang keluar dari pedang itu. Tak hanya itu, Bloo si raja rimba juga ikutan ditarik oleh si cahaya pedang. Poi yang memegang pedangnya reflek melempar pedangnya.

Saat melempar pedangnya Bloo dan penyihir bersaudara itu masuk ke dalam pedang. Muncul cahaya di pegangan pedang itu, mereka berempat itu pun mendekati pedang itu dan melihat empat warna yang bercahaya di pegangan pedang.

Poi mengambilnya dan menekan-nekan warna-warna yang berbeda itu. Poi menyiratkan wajah bingung dan ketiga temannya kompak angkat bahu. Mereka masih menerka-nerka apa yang terjadi, tapi mereka mencoba menyimpan pertanyaan itu karena memang tidak ada yang bisa menjawabnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di istana raja. Mereka mencoba mencari tahu, asal muasal pedang ini.

Setelah kejadian menggemparkan ini, membuat semua penduduk, bajak laut, Ajudan, 3 penyihir, Bloo dan Sigung berdecak kagum dengan Poi. Poi dikenal sebagai Legenda pemilik pedang sakti, lagi-lagi menjadi Legenda. Bocah tengil, dekil, bodoh, bau, bisa jadi legenda ... sejak berkelana Poi sudah dikenal sebagai Legenda di beberapa tempat dimana dia melewatinya.

Saat hendak makan malam, para penduduk Pulau Apung itu berbondong-bondong menyediakan makanan bagi mereka. Harum, ditata rapi, dengan warna yang menarik dan menggugah selera. Sungguh menggoda batin para pejuang diet.

Beruntung mereka hanya babon-babon yang kelaparan dan numpang makan. Dengan kalap mereka melahap semua sajian yang ada di depan mereka, ludes kinclong. Penduduk Pulau Apung yang melihat cara makan mereka yang bar-bar sangat heran, dalam sekejap saja habis. Tapi, mereka senang bukan main melihat makanan yang mereka sajikan dinikmati dengan kalap, bukan lahap. Puas dengan hidangan nikmat, mereka pun pergi ke ruangan singgasana Bloo.

"~poi! Tungguin! Adoh kenyang puol~poi."

To be continued
***

Hati senang, perut kenyang!😆
Saatnya ngaso, enak kayaknya👌
Halo, readers yang Poi sayang!💕
Jangan lupa vote dan komennya😗

See you,
~poi

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang