༄
"APA mungkin jadwal rut tuan Jeno mulai sebentar lagi ya?" Jisung yang tengah mempersiapkan barang bawaan, berandai-andai mencari penyebab sang tuan dengan wibawa yang terkenal tenang bisa berkata demikian.
"Kalau mendekati rut, memang dia jadi menyebalkan begitu?"
Jisung menaruh telunjuknya ke pelipis sembari mengingat-ingat kembali. "Nggg, tidak juga sih. Sepertinya penyebab penyebab dia seperti itu ya memang karena konfrontasimu." sang beta menarik kesimpulan.
"Kau tahu..." Jisung menoleh ke sekitar memastikan tidak ada yang mendengar. "Alpha mana yang tidak murka kalau didudukkan seperti itu, hyung. Apalagi dengan yang tak sekasta dengannya seperti kita para beta. Wajar saja kalau dia tidak terima." bisiknya.
'Huh? menyakiti harga diri mereka para alpha maksudnya? Ck dasar berlebihan.' cibir Renjun.
"Kau beruntung masih berada disini."
Beruntung?
Apa Jisung tidak salah ucap? sejak pertama kali menapakkan kaki sampai dengan saat ini, tidak sekalipun Renjun merasa dirinya 'pernah' beruntung. Yang ada Renjun tidak henti menyalahkan dewi fortuna karena menelantarkannya begitu saja terhempas dengan derita. "Haha, sebentar lagi juga aku pergi seperti yang lainnya. Tunggu saja."
Jisung langsung mendengar jawaban pesimis yang keluar dari mulut Renjun. "Jangan berkata begitu, hyung. Aku yakin kau akan tetap disini." bantah sang beta dengan nada yang membuat Renjun ingin memeluknya.
Kedekatan yang terjalin antara Renjun dan Jisung yang baru beberapa minggu bekerja bersama, membuat ia 'agak' sedih kalau pada akhirnya Jeno benar-benar mengusirnya. Jisung sudah Renjun anggap sebagai adik kandung. Serba-serbi mengenai Jeno yang seringkali diingatkan Jisung, amat sangat berguna bagi Renjun dalam memudahkan menuruti permintaan sang tuan.
Sedih sih. Tapi kalau dibilang menyesal, menurut Renjun tidak ada yang perlu disesalkan. Menurut Renjun, Jeno memang pantas mendapat 'a piece of mind' setelah meninggalkan kata yang kurang berkenan di hatinya.
"Lain kali jangan biarkan emosimu meledak-ledak lagi ya hyung. Aku tak mau kehilangan teman terdekatku di mansion ini." bisik Jisung sembari menggelendoti Renjun dan menempelkan wajah berparas hamsternya dengan raut yang memelas.
"EHM."
Suara dehaman disertai aroma familiar Cedarwood sontak membuat kedua insan yang tengah berdekatan itu menbentang jarak.
"Selamat pagi, tuan." sapa Jisung seraya membungkukkan badan yang langsung diikuti Renjun kemudian.
"Pagi, Ji." balas Jeno singkat sebelum berlalu melewati keduanya.
Melihat sang alpha sudah berjalan kearah pintu depan tanpa bertegur sapa, Renjun bergegas meraih barang-barang yang sudah Jisung siapkan, lalu berjalan mengekori Jeno dari belakang.
"Hati-hati di jalan, tuan." sahut Jisung yang langsung dibalas lambaian tangan oleh Jeno. Renjun turut menoleh dan melambaikan tangan kearah Jisung setelahnya, dan sang beta langsung membalas dengan gestur mengepalkan tangan sembari berkata tanpa suara, "Good luck, hyung!"
ミ★
SEPERTI yang Renjun duga, tidak terucap satu patah kata pun yang keluar dari mulut tuannya. Renjun merasa tidak biasa akan hal itu. Walaupun biasanya juga tidak banyak bertukar suara, Jeno selalu memastikan tidak ada kesunyian tidak nyaman yang terjadi selama dalam perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destine | NOREN
Fanfiction❥ ljn x hrj omegaverse au; mengabdi dengan keluarga keturunan alpha mungkin tidak seburuk yang Renjun pikir. apa Renjun terlalu positif thinking? "𝙖𝙠𝙪 𝙥𝙞𝙠𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙪 𝙩𝙞𝙥𝙚 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙮𝙖�...