31. Never

2.1K 81 6
                                    

31. Never
.
.
.

Restaurant | Chicago,
Illinois.
12.05 PM.

Orang dari Wedding Planner yang di pesankan Elizabeth datang untuk membantu rencana pernikahan masa depan impian Dakota. Wanita bernama Mila tidak datang sendiri ia datang membawa pegawai percetakan undangan yang membawa contoh surat undangan. Berbagai macam jenis dan model surat undangan berserakan di meja bersatu dengan piring-piring makan siang mereka.

Dakota mengangkat dua surat undangan yang menarik di matanya, satu undangan berwarna pink dengan gambar bunga lalu satu lagi berwarna biru dengan gambar burung.

Dua-duanya terlihat bagus dan indah di mata Dakota sampai Dakota sulit memilihnya.

"Aku bingung." Gumam pelan Dakota.

Mila terlihat menghela nafasnya seraya memijat pangkal hidung sebelum berbicara.

"Nona Dakota, aku sarankan lebih baik kita memilih dekorasi seperti apa dulu, setelah selesai dengan dekorasi kita bisa memilih undangan agar sesuai dengan tema pernikahan kalian."

Mila sejak awal sudah memberi saran seperti itu tapi Dakota keras kepala ingin memilih undangan lebih dulu.

Dakota melirik Mila jika ia mengikuti apa kata Wedding Planner ini membuat surat undangan pasti akan lama, Dakota tidak mau lama-lama menunggu surat undangannya Dakota sudah tidak sabar ingin melempar surat undangan pernikahannya tepat pada wajah Roby.

"Dakota."

Sekian lama pria tampan calon suami Dakota diam bagai patung kini akhirnya mengeluarkan suaranya membuat tanda ia masih bernafas.

Calvin menyentuh bahu Dakota. "Ikuti apa semua kata Mila, mama sudah repot-repot memesankan Wedding Planner untuk mengurus semua acara kita."

Dakota menarik panjang nafasnya jika sudah seperti ini mana bisa Dakota menolak. "Okay aku benar-benar serahkan semuanya padamu."

Mila tersenyum lebar seraya menghela lega nafasnya. "Aku akan membuat acaramu begitu sempurna."

"Harus sempurna aku ingin yang begitu mewah sampai orang tidak mampu mengedipkan matanya." Dakota menunjuk Mila seraya memberi tatapan mengancam.

Bahkan aku ingin saking sempurnanya pernikahanku Alina harus menangis karena merasa iri.

...

Selepas makan siang dan membahas perencanaan pernikahan Dakota harus kembali pada pekerjaanya. Biasanya hari-hari Dakota lalui biasa saja tapi hari ini Dakota merasa luar biasa, sesekali ia tersenyum di sela-sela bekerja Dakota tersenyum jika mengingat ia akan menikah.

Tapi jika di ingat lagi Dakota penasaran mengapa orang tuanya menemui keluarga Cameron tanpa memberitahu.

"Aku akan tanyakan nanti." Dakota bergumam pelan seakan bibirnya saja yang bergerak.

"Shutt!"

Dakota melirik Ellen yang berdiri di depan mejanya, Ellen menampilkan ekspresi bingung sejak kapan wanita ini datang.

"Ada apa denganmu tersenyum sejak pagi tadi." Tanya Ellen.

Dakota melipat leptopnya lalu mengibaskan rambut ke belakang dan setelah itu melipat tangan di atas meja. Ellen semakin membuat ekspresi bingung.

"Elle Fanning...."

"Aku bukan adik Dakota Fanning." Koreksi Ellen mendengar Dakota menyebut nama lengkapnya yang salah.

Playing With FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang