65 -DIMITRI'S BIGGEST FEAR

953 115 22
                                    

GHOST READERS HARAP MENYINGKIR! ~~~~ SEBELUM BACA, VOTE CHAP 49 DULU!

.

Title : LOVE AFFAIR

Author : Aphrodite Themis

Genre : Romance/Intric ( 25+ )

Disclaimer : THIS STORY IS MINE..

Warning : BL, DLDR,NO BASHING, ALUR LAMBAT, TYPOS, NO PLAGIAT, NO COPY-PASTE.

NOTE : SPIN OFF The Heir

.

.

Love me or i kill you, enemy ...
.

MOSKOW

"Ini bukan perbuatan Salvatore. Si bodoh itu bukan sniper!"

Rasa sakit dan bau darah bukan masalah besar untuk Dimitri. Peluru dan usaha pembunuhan sudah menjadi bagian hidupnya. Berkecimpung dalam dunia hitam yang penuh pengkhianatan dan pertarungan membuat Dimitri terbiasa dengan semua itu. Yang menyebabkannya kesal sekarang adalah rencana untuk pulang ke markas harus ditunda. Dia tidak mau Lucien melihatnya sedang terluka. Itu hanya akan memberi kesempatan pembunuh bayaran itu kabur lagi darinya.

"Costa! Ini pasti ulahnya!"

Dimitri berdesis tajam menanggapi komentar Marquez yang sedang mengeluarkan peluru dari lengannya. Selapis keringat membasahi dahi Dimitri walau sosok tinggi besar itu tidak mengeryit sedikit pun. Ujung pisau Marquez yang sedang mengiris dagingnya seperti api yang membakar kesabarannya. "Dia yang bersama Salvatore." Permainan tadi seharusnya dengan mudah dimenangkan Dimitri, namun peluru yang bersarang di lengannya sudah merusak rekornya menghadapi kebusukan Vladimir yang saat ini pasti juga sedang meradang karena balasan darinya.

"Mereka pasti akan tertangkap. Anak buahku sudah mengepung setiap sisi!"

Itu terlalu mudah. Belum saatnya Salvatore mati. Terlebih dia belum tahu siapa dalang dibalik kematian orang tuanya. "Tidak. Biarkan saja mereka lolos," Dimitri menyeringai tajam sambil berpikir cepat. Ada yang aneh dari penembakan tadi. Bisa saja Costa membunuhnya. Tapi, sniper andalan Palluci itu hanya menembak lengannya. "Ck, Palluci ingin menyingkirkan Vladimir tanpa mengotori tangannya sendiri. Licik sekali!" Memangnya apa lagi alasan Costa menembaknya sebelum memutuskan kabur seperti pengecut?

"Apa aku perlu menghubungi Palluci? Bukannya dia sudah bertindak terlalu jauh?"

Tangan Marquez bergerak cepat mengeluarkan peluru dari lengan kiri Dimitri yang sudah penuh darah. Hanya perlu beberapa menit untuk membersihkan luka itu, membubuhkan obat sebelum membalut luka tembak yang untungnya tidak berbahaya itu. Serangan tadi memang sudah mereka perkirakan, namun bantuan tangan kanan Palluci untuk si brengsek Salvatore benar-benar tak terduga. Sepertinya Palluci sedang merencanakan sesuatu dibelakang mereka.

"Tidak! Kita masih bisa mengatasinya. Lagipula ini hanya luka kecil." Dimitri berdiri dan mengerakkan sedikit tangan kirinya yang terluka. Dia pernah mengalami yang lebih buruk dari ini. Dalam 1-2 hari lukanya akan membaik. "Siapkan saja hadiah tambahan untuk Vladimir. Berikan dia yang terbaik!"

Melihat senyum lebar Dimitri, mau tak mau Marquez ikut tertawa kecil. Pria bermata biru itu memang sangat pendendam. "Tentu. Levi dan Zivon sudah berangkat." serunya ringan seraya berjalan kearah bar, menuangkan segelas minuman untuk sosok kejam yang sudah mengalami banyak sekali pengkhianatan dan kesakitan dalam hidupnya.

"Kita pulang sekarang? Pilot sudah siap...."

"Tidak. Kita pulang besok malam!"

"Kenapa?"

LOVE AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang