6 | Mati Lampu

16 3 0
                                    

Ruang tamu itu temaram. Para manusia yang mengisinya terdiam fokus menatap satu sisi dinding yang menjadi tempat proyektor membiaskan cahayanya.

Mangkok, gelas, beberapa kaleng soda dan bungkusan makanan ringan tergeletak asal di atas meja, sebagian besar sudah kosong, isinya sudah berpindah ke perut para pemuda-pemudi itu.

Yeji menyembunyikan dirinya dalam selimut, memegangi Heejin yang sedari tadi tidak terlalu fokus memperhatikan film. Heeseung nyaris tertidur di sofa jika saja ChengCheng tidak terus menjahilinya.

Mereka tertawa saat ada yang lucu, diam saat adegan berubah serius, lalu mengeluarkan sumpah serapah saat ada kejutan menyeramkan dari dalam film. Ketujuh manusia itu benar-benar tenggelam dalam film bertema horror itu.

Dan beberapa jam pun dilalui tanpa tersadar. Satu film selesai, diganti oleh film lainnya, tentunya masih ber-genre horror, pilihan Woojin.

Hari mulai senja, mereka hampir lupa untuk beraktivitas di luar padahal mereka masih memiliki beberapa rencana untuk dijalankan.

Tetapi tidak apa-apa, pikir mereka. Setidaknya mereka sudah memiliki satu kendaraan sewaan dan stok makanan yang tidak akan habis untuk dua hari ke depan.

Mungkin besok mereka bisa pergi ke pantai, atau mengunjungi tempat-tempat eksotis di Lombok. Selalu ada hari esok, jadi satu hari lagi, tidak melakukan apa-apa di villa tidak menjadi masalah untuk mereka.

"Aduh... aduh, sumpah abis ini ada setannya nih!" Woojin seketika menutup kedua matanya dengan lengannya. Yang lainnya juga mulai merasa tegang karena intensnya om yang dipancarkan oleh proyektor dan background music yang membuat jantung berdesir.

Dan benar saja, beberapa saat kemudian...

CKLIK.

Yeji dan Heejin spontan memekik, bukan hanya karena jumpscare dari film yang mereka tonton, tapi juga karena listrik di rumah itu seketika padam di momen yang sama. Keduanya sontak beringsut mendekat.

"Lah, mati lampu??" Woojin menegakkan badannya.

Hyunjin menghela napasnya. "Bisa-bisanya." Dia menggeleng-geleng, lalu dia bisa merasakan badan Heejin yang bergetar karena kaget di sampingnya. "Lu gapapa?"

Heejin mengangguk dengan bodohnya. Tentu saja Hyunjin tidak dapat melihatnya karena keadaan yang gelap.

Woojin mendecak sebal karena adegan serunya terpotong, Heeseung hanya bisa bingung dan terdiam, sedangkan Chengcheng bersyukur filmnya terhenti.

Hendery menyalakan flash di ponselnya, ia berdiri lalu berjalan sebentar untuk menekan saklar di sisi dinding. Lampu di ruangan itu tetap tidak menyala.

"Mati lampu. Gensetnya di mana ya?"

"Anj*ng nyusahin banget." Woojin melontarkan sumpah serapah.

"Bang Woojin, coba lu hubungin pengurus villanya dulu." ChengCheng berkata pada Woojin.

"Untung pas siang, jadi gak gelap-gelap banget, tapi ribet juga kalo sampe malem mati lampunya." Yeji menggerutu pelan.

"Sstt, mungkin aja cuma sebentar, Ji..." Heejin memegang telapak tangan Yeji yang dingin. "Gua buka pintu aja deh ya, biar agak terangan."

Karena tidak terdengar adanya penolakan, Heejin bangkit dan membuka pintu depan rumah itu. Gorden-gorden juga ia sibak sehingga cahaya matahari senja bisa masuk ke ruang depan villa itu dan membuat suasana tidak terlalu suram.

Kamu akan menyukai ini

          

"Aula jadi gelap banget ya, Jin. Serem..." Yeji berbisik ke saudara kembarnya.

Meskipun cahaya matahari cukup untuk menerangi ruang depan, sinarnya tidak mampu memasuki aula. Pintu aula yang terbuka menampilkan ruangan itu yang hampir gelap gulita padahal matahari belum terlalu redup di luar sana.

"Makanya jangan ke sono, nanti dimakan setan lu!"

"Mulutlu mau gua pelintir, Hwang Hyunjin??" Yeji sebal dengan perkataan Hyunjin yang membuat paranoid.

"Apa katanya, Kak?" Heeseung yang masih terduduk mendongak menatap Woojin yang baru saja selesai menelepon pengurus villa.

"Jelek banget sinyalnya, jadi putus-putus. Pokoknya yang gua bisa tangkep bapaknya minta maaf, dia mau otw ke sini buat ngecek, tapi rumahnya agak jauh sekitar dua jam dari sini." Woojin menjelaskan dengan muka datar.

"Ya elah itu mah keburu malem!" Yeji kesal.

Hendery menggelengkan kepalanya. "Terus solusinya gimana?"

"Terserah lu mau nunggu listriknya nyala sendiri, or nunggu bapaknya ke sini, atau ngutak-ngatik genset di belakang. Yok dipilih yang mana."

"Kayaknya kita cek genset dulu." Heeseung memberikan pendapatnya.

Hendery langsung mengangguk menyetujui ucapan Heeseung. Lalu dirinya, Heeseung, ChengCheng, dan Woojin pergi ke halaman belakang, tempat di mana genset berada.

Hyunjin, Yeji, dan Heejin tetap di ruang depan.

"Sinyal masih ga ada tau, Ji." Heejin menjukkan layar handphone-nya yang terus memutar karena tidak adanya koneksi internet.

Yeji mengusap mukanya. "Mana listrik mati lagi, hiks... Lengkap banget penderitaan kita."

Hyunjin hanya bisa terdiam sambil menunggu teman-temannya. Setelah menit-menit terlewati dan listrik masih juga belum menyala, Hyunjin merasa sepertinya ada yang salah. Menyalakan mesin genset seharusnya tidak terlalu lama, hal itu membuatnya bangkit dari duduknya dan hendak menyusul teman-temannya.

"Mau kemana?" Heejin menahan celana bahan Hyunjin, membuat lelaki tinggi itu menghentikkan langkahnya.

"Kayaknya ada masalah. Gua mau cek bentar."

Heejin melepaskan celana Hyunjin. "Oh... oke."

Hyunjin mengangguk saat Yeji menyeletuk. "Jangan lama-lama, takut."

"Iya, penakut." Hyunjin sempat mencubit hidung mungil Yeji sebelum beranjak keluar, membuat gadis mirip kucing itu manyun karena hidungnya memerah.

Hanya ada satu pintu ke luar di villa itu dan artinya Hyunjin harus keluar mengitari villa sekaligus menyusuri area luarnya yang dipenuhi pohon rindang untuk menyusul keempat temannya.

Dia mendapati Hendery dan Heeseung yang sedang mengutak-atik genset dengan raut serius, dan Woojin serta ChengCheng yang berdiri memperhatikan.

Hyunjin menatap sekitar, melihat langit yang mulai menggelap sambil mengernyitkan alisnya. "Kok lama, Bang??"

"Guess what? Gensetnya gak bisa di start." Chengcheng menjelaskan dengan malas.

"Terus gimana?"

"Masih diusahain." Hendery menjawab, tapi masih fokus membenarkan alat di depannya.

Hyunjin akhirnya hanya diam dan memperhatikan Heeseung dan Hendery yang kelihatannya tidak membutuhkan bantuan.

Circus || K-idols 99L - 01LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang