Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan pt 3

6.4K 26 2
                                    

Alexander Pandugou, IBC - PoV

Dari sore hingga malam, mungkin ada sekitar 4 jam sekarang gue ditahan di dalam toko kain pengap minim ventilasi milik Somat ini. Dengan puasnya mereka menikmati tubuh gue, mengeluarkan pejuhnya, bibit cairan kejantanannya di dalam pantat maupun mulut gue. Ketika disuruhnya gue pulang dari tempat maksiat pembawa nikmat itu, saat itu pula rupanya masih tersisa beberapa toko yang buka karena baru selesai loading/unloading barang. Beberapa dari mereka menatap gue, dengan tampilan acak-acakan dan lusuh.

"Misi bang." Salam gue saat melewati gerombolan pria itu dan mereka pun menyapa balik. Namun gue tahu jika saat gue sudah berjalan melewati mereka, tatapan mereka masih terpaku terhadap diri gue yang berjalan menjauh sekarang.

Begitu sesampainya di rumah pun gue langsung dipanggil ke ruang makan untuk menyantap makan malam bersama dengan Mami dan Papi. Dengan sedikit merapikan badan, gue berharap mereka tak sadar bahwa anaknya baru saja dientot oleh 2 orang pria perkasa pedagang kain.

Selama makan malam tak ada kejadian yang spesial, Mami hanya menanyakan bagaimana kelas pertama gue di semester 7 perkuliahan gue ini. Gue menjawab seadanya karena terlalu letih untuk mengeluarkan tenaga. Bagaimana tidak, 3 kali gue ngecrot dalam kurun waktu 4 jam. Lobang gue 3 kali di tumpahkan pejuh dan 2 kali gue menenggak pejuh Somat dan Dimas.

"Sabar makannya Lex, kamu kayak abis marathon aja bisa lahap banget makannya." Ujar Papi mengingatkan cara makan gue yang cepat. Gue butuh mengisi tenaga sekarang, mengganti yang tadi terkuras habis.

"Iya Pi, capek banget tadi banyak mikir. Belum apa-apa udah dikasih ujian kecil sama ngerjain tugas kelompok. Makanya ini Alex baru pulang."

"Ya namanya juga semester akhir, persiapan buat masuk terjun ke dunia kerja." Jawab Papi.

"Oh, habis ini berarti kami mulai magang kan? Kamu mau magang di kantor Papi? Kalau mau nanti Papi bisa minta ke HRD untuk masukin kamu jalur express."

"Eh beneran bisa Pi? Bukannya kantor Papi jarang ada anak intern ya?" Gue mulai antusias. Kendala mencari tempat magang ini memang menjadi momok banyak teman-teman di kampus.

"Beneran. Bisa diaturlah kalau itu, paling ya kamu ga bisa under Papi divisinya. Kemungkinan kamu bakalan masuk ke tim sales. Gimana?"

Sales? Apa nanti gue benar-benar jadi sales yang bekerja di lapangan? Mengunjungi satu toko ke toko yang lain untuk berjualan barang?

"Sales nya nanti di back office atau lapangan Pi?" Tanya gue.

"Kemungkinan besar di lapangan sih. Paling ya 70-30, 70% nya di lapangan." Jelas Papi sambil melahap terong goreng yang panjang dan langsung habis tertelan di mulutnya. Anjing! Kalau itu kontol, Papi rasanya jago nyepong nih.

"Papi dulu juga sales, waktu kenal sama Mami mu ya Papi nyales muter-muter Lex, sampai di promote hingga jabatan sekarang." Papi lalu bercerita singkat mengenai kehidupan sales masa lalunya.

Gue mendengarkan cerita Papi yang mana ia pernah jatuh dari motor, dipalak sama preman, berurusan dengan polisi nakal yang ingin mengambil barangnya, mengurusi ormas bermasalah, kumpul dan nongkrong bersama supir-supir juga sales-sales dari perusahaan lain, dan lain-lain.

Dalam benak gue saat mendengar cerita Papi ini, berarti kemungkinan besar gue akan selalu berurusan dengan para pria-pria slengean dengan kulit hitam terbakar matahari, badan bagus berotot karena pekerjaannya.

"Piii, emang Alex bisa kaya gitu? Anak manja gini suru jadi sales Pi Pi." Saut Mami menyadarkan gue dari lamunan mesum tentang kehidupan sales dan pria-pria yang mungkin akan gue temui.

"Ya harus bisa! Papi aja bisa kenapa Alex ga bisa? Bener ga Lex? Jadi cowok itu ga boleh lemah, harus kuat tahan banting." Senggol Papi pada gue yang gue balas dengan senyuman sambil bergaya memamerkan otot biceps gue.

Baru saja Papi berkata seperti itu, Rama yang sedari tadi berada di dapur tiba-tiba tertawa. Tentu semua orang menoleh ke arahnya. Rama yang cukup panik langsung dengan cepatnya memberikan alasan yang gue sangat tahu itu sekaligus menyindir gue.

"Ya om, tante. Kalau koh Alex sih harusnya bisa kok jadi sales kayak yang om ceritain. Tahan banting malahan." Ngelesnya dengan sempurna.

"Waktu kemarin di desa aja dia cukup banyak kok bantu warga disana, kerja kasar sih om, tante. Mereka semua sampe puas malah sama hasil bantuan koh Alex." Rama menatap gue dengan senyum.

"Malahan pak Guruh, mertua Ibu aja ngakuin kalau koh Alex ini mantep banget!" Jelas Rama yang pasti bermaksud ke arah yang Mami dan Papi akan menanggapinya dengan berbeda.

Kali ini giliran mereka yang menatap gue tak percaya.

"Nahh! Gitu dong anak Papi. Harus kuat, setrong." Bangga Papi.

"Ya udah, nanti secepatnya kamu kirim CV mu ke Papi ya Lex. Biar nanti di urusin sama HRD kantor Papi. Sekitar 3 bulan lagi kan mulai nya?" Gue tersenyum dan mengangguk.

Anjing juga Rama.

****

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini! Melalui pesan pendek disini, Author ingin menyampaikan rasa bahagia Author atas antusiasme dari para pembaca setia semua. Oleh karena itu, Author akan terus berkarya demi memberikan kepuasan bagi kalian semua melalui cerita-cerita yang Author lahirkan.

Semoga dari cerita-cerita Author seluruhnya bisa membuat kalian terbawa oleh suasana dan tentunya kalian bisa selalu Coli dengan puas hingga tenaga terkuras!

Kisah lengkap "Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan" kini dapat kalian akses melalui https://karyakarsa.com/rakarsag

Begitu pula dengan kisah lain milik Author seperti "Keluarga Berbeda" ; "Para Pejantan" ; "Ero-Mantica" ; "Para Pejantan II" ; "Terapi 'Kejantanan'" ; "Laki-Laki Perkasa" ; "Pemijat Sensasional" ; "Top Series #1 - InterSext" ; "Bot Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Vers Series #1 - Petualangan Anak Kembar" dapat kalian akses di situs karyakarsa milik Author.

Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati di sana.

Terimakasih dan selamat membaca!

Regards,

Rakarsag

Bot Series #2 - Desahan penuh DesahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang