Bonchap #4

367 25 9
                                    

Setelah menyerahkan Sashi—yang baru saja dimandikan—pada Mila, asisten rumah tangganya, Areta kembali ke kamar karena suaminya, Bhumi, masih belum terlihat keluar dari kamar sama sekali.

Matanya terbelalak begitu dia membuka pintu kamar. Pasalnya, Bhumi masih bergelung selimut, padahal waktu sudah hampir menunjukkan pukul tujuh pagi. Suaminya itu bisa-bisa terlambat ke kantor.

Areta mendekat ke ranjang, lalu menggoyang pelan bahu suaminya. "Pa, udah siang. Kamu nggak ngantor?"

Bhumi hanya menjawab dengan gumaman.

"Kamu sakit?" Areta duduk di pinggir ranjang, kemudian menyentuh kening Bhumi dengan punggung tangannya. Lumayan hangat menurutnya.

"Aku kayaknya masuk angin, deh, Yang," jawab Bhumi lirih.

"Mau bolos ngantor aja hari ini?"

Bhumi menggeleng pelan. "Hari ini aku ada meeting."

"Tapi, kamu lagi nggak enak badan gini. Bisa konsen kerja, nggak?"

"Nanti aku berangkat agak siangan aja. Aku istirahat bentar."

"Yaudah, nanti jam delapan aku bangunin lagi. Aku siapin sarapan sama jahe anget, ya?"

Bhumi mengangguk.

"Yaudah, tidur lagi. Aku turun dulu."

Areta pun keluar dari kamar, membiarkan suaminya beristirahat sedikit lebih lama lagi.

Beberapa hari terakhir, pekerjaan Bhumi memang cukup banyak hingga membuat lelaki itu sering pulang larut. Untuk bermain dengan sang putri pun, dia tidak memiliki waktu karena saat dia sampai rumah, Sashi sudah tidur.

Sampai di lantai bawah, Areta menemukan Sashi yang sedang menonton TV di ruang tengah sambil disuapi oleh Mila. Wanita itu mendekat, lalu mengambil alih piring dari tangan Mila. Dia ingin menyuapi anaknya sendiri.

"Mama yang suapin, ya?"

Sashi mengangguk-angguk cepat. Matanya yang sudah besar makin membulat, tampak begitu antusias saat mengetahui mamanya yang akan menyuapinya.

"Mil, tolong bikinin air jahe buat Bapak, ya. Sashi biar makan sama saya," ujar Areta pada Mila.

"Oh, nggih, Bu. Bikin buat diminum di rumah aja, apa sekalian buat dibawa ke kantor?"

"Bikin buat dibawa kantor sekalian. Lagi masuk angin kayaknya Bapak, jadi biar buat anget-anget di kantor nanti. Tumbler termos Bapak tau, kan, yang mana?"

"Injih, tau, Bu." Mila pun beranjak dari ruang tengah menuju dapur untuk melaksanakan perintah Areta.

Sementara, Areta masih sibuk menyuapi Sashi yang tengah asyik bernyanyi mengikuti lagu-lagu yang diputar di televisi. Wanita itu sesekali ikut bernyanyi atau mengoreksi jika Sashi salah ucap.

Tidak butuh waktu lama untuk Sashi menghabiskan sarapannya. "Mama bawa ini ke dapur dulu. Sashi jangan ke mana-mana, ya."

Sashi mengangguk, menuruti perintah ibunya. Matanya masih fokus pada layar televisi saat Areta bangkit dan pergi ke dapur untuk meletakkan piring bekas makan Sashi. Di sana, Mila sedang menunggu rebusan air jahenya mendidih.

"Itu biar saya yang tungguin, sekalian saya mau masak buat sarapan. Kamu temenin Sashi," ujar Areta sembari meletakkan piring Sashi ke wastafel. Mila pun mengangguk dan kembali ke ruang tengah untuk menemani Sashi bermain dan bernyanyi.

Areta mulai meracik bahan-bahan makanan yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Mila saat dia memandikan Sashi pagi tadi. Hari ini, dia ingin masak yang simple saja, nasi goreng.

Best (boy)Friend √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang