8.1

16.7K 1.7K 68
                                    

Masih dengan mata terpejam Rengkah melenguh pelan. Berbolak-balik ke kiri dan kanan ranjang, ia lalu terdiam sejenak dan bangkit dengan tangan terentang. Usai menguap selagi merenggangkan otot-otot yang kaku, Rengkah bersandar dan mengembuskan napas panjang.

"Sudah bangun?" Lengkara mengambil remote di laci nakas untuk mengatur suhu ruangan dan membuka jendela.

"Em."

"Lapar?"

Rengkah mengangguk, lesu.

Melihat Rengkah yang masih malas-malasan, ia tersenyum tipis. "Tunggu sebentar."

Lengkara pergi keluar. Tidak sampai sepuluh menit ia kembali dengan membawa meja lipat kecil yang dipenuhi makanan. Lantas ia meletakkan itu di depan Rengkah yang masih dalam kondisi memejamkan mata.

"Jam berapa sekarang?" Rengkah membuka mata dan mendapati sup kembang kol, daging ayam dimasak saus tiram, putih telur rebus, nasi, potongan nanas, serta air putih melambai-lambai meminta disantap segera. Mengalihkan pandang pada jam dinding bulat yang dikelilingi ukiran wisteria menunjukkan pukul 11.00, Rengkah menggelembungkan pipinya. "Ternyata sudah siang. Acara lelang benar-benar melelahkan. Tulangku seperti habis diremukkan sepulang dari sana."

Rengkah meminum air putih sebelum menyendok sup kembang kol. Selagi mengunyah ia bertanya, "Apa tadi malam aku ketiduran di mobil?"

"Ya."

"Oh, begitu. Jadi kau yang membawaku ke kamar?"

"Em."

Melihat terusan satin putih tulang yang ia gunakan, Rengkah merasakan sedikit keanehan. "Aku tidak ingat mengganti pakaian semalam. Kenapa aku menggunakan ini?"

Lengkara duduk menyilangkan kaki di sofa dekat jendela sedang membaca dokumen sesekali menandai beberapa bagian dengan pena merah. Mendengar gumaman Rengkah, ia berhenti dan lengkung tipis merah muda itu terkembang semanis gula. "Aku yang memakaikannya untukmu."

"Hah?" Rengkah hampir tersedak dan menyemburkan ayam yang sedang ia kunyah. "Jangan bercanda!"

Lengkara menatap kedua bola mata Rengkah. "Aku juga membantu melap tubuhmu dan membersihkan riasanmu."

"Kenapa aku tidak ingat?"

"Kau tertidur pulas."

"Lalu kenapa kau tidak membangunkanku?" Mendelik, Rengkah menggenggam kuat sendoknya.

"Kenapa aku harus membangunkanmu?"

Rengkah berdecak sebal. "Kau menyentuh tubuhku tanpa seizinku!"

"Aku berhak atas itu."

Jawaban tak terduga dari Lengkara membuat wajah Rengkah semakin merah karena menahan marah. "Siapa yang bilang kau punya hak?"

Lengkara meletakkan dokumen yang ia pegang ke meja dan lantas menghampiri Rengkah. "Aku suamimu." Pria dengan kemeja putih itu melap sudut bibir Rengkah yang terkena saus. "Habiskan makananmu. Setelah itu kau bisa menonton drama. Aku sudah mengunduh episode terbaru dari drama kesukaanmu. Nanti aku akan menyuruh orang dapur membawakan anggur serta camilan lain untukmu."

Rengkah memasang wajah sinis pada Lengkara. "Aku bukan karyawanmu. Kau tidak perlu memerintah dan mengaturku."

Menyentuh puncak kepala Rengkah, Lengkara berkata, "Kau istriku. Aku tidak sedang memerintah atau mengaturmu. Aku sedang memperhatikanmu."

"Kenapa semakin hari kau semakin banyak bicara?"

"Karena aku senang berbicara denganmu."

Tapi aku tidak suka bicara dengan manusia menyebalkan sepertimu, Lengkara Sadam Tenggara!

Rengkah Lengkaraजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें