SL Rebith 2

1.8K 180 3
                                    

Happy Reading 💞

***

"Salahkan dirimu, bukan diriku. Hukum lah dirimu, bukan diriku."

Perkataan sang ratu itu sukses membuat semua orang memasang wajah bingung, dan menaruh perhatian nya terhadap sang raja, Tae Jo, termasuk Ara.

Apa yang sudah terjadi pada raja dan ratu Goryeo itu? Ada apa hubungannya dengan Ara?

Ara makin pusing, juga makin takut. Pasalnya dia tidak ingin berurusan dengan yang namanya ratu, apalagi raja. Tapi Ara mencium aroma-aroma hal sebaliknya.

Semoga hal itu tidak terjadi. Semoga. Ara mohon. Itulah mengapa Ara memutuskan untuk menutup mulutnya saja, tidak bertanya.

Di saat waktu yang tepat untuk membuka suara agar topik beralih, Pangeran Wang Wook mendahului Ara.

"Mengapa Yang Mulia Ayahanda Raja, yang harus disalahkan dan dihukum Yang Mulia Ratu?" tanya Pangeran Wang Wook yang pada akhirnya diikuti oleh pangeran lain yang mengajukan pertanyaan serupa, kecuali dengan Pangeran Wang So. Pangeran Wang So tidak memperlihatkan gejala kepo.

Raja Tae Jo tampak sedikit gelagapan. Namun sedetik kemudian dia berusaha untuk menghilangkan nya. Raja Tae Jo menghela nafas pelan.

Sementara, di waktu yang sama, Ratu Yoo tersenyum miring.

Rencana nya untuk membuat orang tidak bersalah meregang nyawa, tidak berhasil. Tapi ketidakberhasilan itu nyatanya menciptakan kepuasan yang tidak terkira.

"Ayah pernah membuat kesalahan. Tapi kesalahan itu sudah dibayar," ujar Raja Tae Jo dengan penuh wibawa setelah mendapat tatapan tanya dari para putra nya.

Mendengar perkataan tersebut, Ratu Yoo mengeratkan giginya, kesal. Bisa-bisanya laki-laki itu mengatakan demikian.

"Tidak, bukan kau yang membayar nya. Tapi dua anak mu, yang membayarnya dengan segala penderitaan mereka."

Apa-apaan itu? Ara semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan itu. What the hell? Apa yang akan terjadi setelah ini padanya?

Tak lama kemudian, ada suara berat bercampur nada yang menyedihkan berkata, "Apa maksud Ibu aku dan dia?"

Pangeran Wang So menunjuk ke arah Ara. Dan rasanya Ara langsung menciut seketika.

Ratu Yoo tersenyum miring. "Selain mengerikan, tidak ku sangka, kau pintar juga dalam menebak sesuatu."

Setelah itu, tanpa bicara lagi, Ratu Yoo langsung angkat kaki bersama dua dayang pribadinya.

Ara semakin dibuat tertusuk ketika mendapat tatapan yang sukar diartikan dari Raja Tae Jo.

Saat mengalihkan pandangan, tanpa sengaja mata Ara bertemu dengan mata Pangeran Wang So. Double kill.

Mata Pangeran Wang So tajam seperti pedang. Meskipun tatapan tanpa permusuhan, tapi tetap membuat merinding.

Solusi terbaik nya adalah Pangeran Wang Wook. Namun laki-laki itu juga menatap Ara dengan pandangan sulit dibaca. Alisnya sedikit turun, dan berkaca-kaca.

Apa itu artinya? Ara pusing. Tak lama pandangan kabur dan pada akhirnya menggelap gulita.

Sambil menghampiri Ara yang nyaris jatuh ke lantai, beberapa pangeran di sana kompak berkata, "Kakak!"

***

Ara membuka mata perlahan. Dilihatnya orang-orang yang mengerumuninya lagi. Kali ini lebih banyak.

Astaga, memang Ara gula dan mereka adalah semut nya?

Ara juga baru sadar, diantara yang mengerumuni nya itu adalah aja Tae Jo. Sumpah demi upil si nopal, Ada mati kutu. Wibawa seorang raja bukan main-main.

Kenapa saat ini Ara merasa mati itu lebih baik? Ah dasar anak labil.

Pangeran Wang Wook mendekat, mengangkat punggung Ara, untuk membantu Ara bangkit. Selain dirinya, tidak ada yang berani. Ya jelas.

Bersama wajah yang masih pucat Ara berhadapan dengan Raja Tae yang kini sedang menatapnya dengan dingin dan penuh wibawa hingga membuat orang yang menatap balik merasa segan.

"Bagaimana kondisi mu?" Para Pangeran, termasuk Pangeran Wang Wook sekalipun menunduk saat Raja Tae Jo bicara.

Mendapati pemandangan itu, Ara gugup sendiri. Apakah benar-benar dirinya yang ditanya?

Ara hanya mengeluarkan hembusan nafas lemas. Dia sulit untuk bicara. Tapi setelah mati-matian mengumpulkan energi, Ara menjawab dengan kata-kata, ada meskipun sedikit.

"Sedikit pusing. Tapi tidak apa-apa."

Raja Tae Jo menarik tipis sudut bibirnya, sangat tipis. Dengan perasaan kikuk Ara pun demikian, sambil menunduk kecil.

"Tinggalkan aku dan perempuan ini saja di sini."

Ara melebar mata ketika orang-orang benar-benar pergi karena menuruti perintah sang raja.

Untung saja tatapan hangat dan kecupan singkat di dahi dari Pangeran Wang Wook menenangkan hati Ara, sekaligus membuat Ara jantungan.

Jadilah, pangeran Wang Wook yang membungkukkan hormat terakhir, kemudian mengikuti langkah para pangeran lainnya.

Keheningan cukup lama melanda ruangan yang Ara dan Raja Tae Jo tempati, sebelum akhirnya membuka suara.

"Apa kau tidak mengerti dengan maksud yang dibicarakan beberapa saat lalu?"

Ara memejamkan mata sejenak, dan menghela nafas pelan setelah itu.

Apa yang terjadi pada nya sekarang adalah mimpi buruk? Tapi mau buruk atau tidak, hal tersebut sudah terjadi dan Ara harus menghadapi nya.

Perlahan Ara mengangguk. "Ya."

"Tentang mu, yang kau adalah anak ku." Ara mengangguk lagi.

Jujur, Ara tidak menyangka bahwa cerita akan berjalan sejauh ini.

"Bagus lah, jika kau mengerti, Ha Eun."

"Ha Eun?! Siapa itu?!" tanya Ara kebingungan dengan nama asing di telinga nya.

"Itu namamu yang sebenarnya," jawab Raja Tae Jo cepat.

Ara menunjuk diri sendiri. "Ha Eun?!" ucapnya sangat pelan, dengan muka tidak percaya.

Ara menghadapkan wajahnya kembali pada sang raja.

"Yang Mulia, maaf. Saya butuh penjelasan mengenai hal ini. Mengenai saya, yang bagaimana bisa saya–"

Kepala Ara pusing. Terlalu banyak pernyataan yang ada di otaknya.

Raja Tae Jo tampak tidak khawatir sedikitpun. Tapi, di dalam hati nya yang terdalam, nalurinya sebagai seorang ayah tidak hilang.

"Jika kau ingin bertanya tentang dirimu. Bertanya lah kepada ibumu." Raja Tae Jo bangkit, namun terhenti saat mendengar suara.

"Ratu Yoo?!"

Uh, Ara polos sekali mengatakan hal itu seperti orang bodoh. Ya, jelas lah.

Raja Tae Jo hanya mengangguk, dengan begitu pelan dan slow mo.

Ara menunduk dalam, ragu.

"Aku tidak tahu, apa aku–"

Agaknya Raja Tae Jo tidak perduli dengan kebingungan yang Ara rasakan. Atau mungkin dia pun bingung untuk membantu sang putri.

Aki-aki menyebalkan! batin Ara kesal.

Di dunia nyata Ara dapat ayah durhaka. Eh, di sini pun, tidak jauh beda.

Apa Ara memang diciptakan untuk menjadi tumbal dunia?

***

See you soon 💙

Second LeadWhere stories live. Discover now