Pagi yang indah dengan kicauan burung yang menghiasi keramaian sekolah pada hari Senin. Cuacanya memang cerah, tapi tidak dengan hati para siswa-siswi kelas 12 yang sedang galau brutal karena sebentar lagi akan berpisah.
Seusai upacara bendera dilaksanakan, semua murid masuk kedalam kelasnya masing-masing walah hari ini tak ada jadwal mata pelajaran manapun yang masuk. Meraka menghabiskan waktu tersebut untuk berbincang lebih banyak.
"Sha, kalau gue rank 1 lagi, mau ditraktir gak?" Ujar Raga, menawarkan diri jika ia berhasil mendapatkan ranking satu kembali.
"Ah lo mah pasti ke satu lagi sih!"
"Ya gapapa, mau gak?"
"Yang namanya gratis gak ada yang gak mau, Ga. Ya mau lah!"
"Mau makan dimana?"
"Dimana aja! Gue gak terlalu kenal tempat yang enak."
"Oke, entar gue atur. Gue jemput lo ya?" Tanya Raga. Matanya terlihat begitu berbinar.
"Rank nya aja belum diumumin gila! Iya deh, atur aja, alamat gue masih yang lama kok!"
Raga tersenyum senang, ia bagai mendapat jackpot karena Asha mau makan berdua bersamanya. Jarang-jarang cewek cool ini mau menerima ajakan laki-laki manapun. Jangankan ajakan, hadiah pun Asha tak pernah menerima satupun yang berdatangan tanpa diundang kepadanya padahal ia tak ulang tahun sama sekali.
Sepertinya sesusah itu ya mendapatkan Asha, tapi mengapa si bajingan Rakha bisa mendapatkan Asha? Ya walau perjuangannya bisa dihitung 2 tahun, tapi Rakha lebih menghabiskan waktunya dengan Zaylee berkedok meminta bantuan dan tutorial mendekati Asha. Ujung-ujungnya Rakha jatuh cinta juga pada Zaylee.
Kadang orang-orang melakukan perjuangan hanya karena sebuah ambisi penasarannya. Ketika sudah kenal, rasanya malas untuk melanjutkan tapi tak mau membuang karena sudah terlanjur lelah mengejar apa yang diinginkan.
"Ortu lo gak akan marah?" Tanya Raga.
"Gak, mereka lagi diluar. Paling kak Abbas!"
"Lo punya kakak?"
"Bukan, dia anak temen bokap. Cuma disuruh tinggal dirumah, jadi dia yang ngawasin. Lo izin ke dia aja!"
"Oh iya, gue inget dia kok yang waktu itu ngasih bekel. Nanti pas ketemu gue izin!"
Asha mengangguk paham. Ia tak menghiraukan bagaimana perasaan Rakha ketika dia tahu Asha menerima tawaran Raga untuk pergi makan berdua. Di lubuk hatinya yang paling dalam hanya ada rasa ingin balas dendam, untuk hari dimana Asha melihat Rakha dan Zaylee jalan berdua tanpa memperdulikan perasaan Asha.
Seperti tanpa beban. Jadi Asha pun akan melakukan hal yang serupa tanpa beban juga.
"Gue.. perlu izin sama Rakha?"
"Ngapain? Gak usah. Sama kak Abbas aja udah cukup." Jelas Asha, memutar matanya malas.
Jawaban itu membuat Raga tersenyum tipis, layak mengetahui sesuatu. Laki-laki ini begitu misterius, Asha tak memperdulikannya tapi Raga perlu diacungi jempol untuk aura ke misterius an yang ia punyai.
"Kirain.." lirihnya.
Zaylee yang duduk tepat beberapa bangku dibelakang Asha tak sengaja mendengar percakapan tersebut, dan diakhir, Zaylee tak sengaja menatap Raga yang tengah tersenyum layak serigala mengintai musuhnya.
Sampai saat ini pun, terpantau Zaylee dan Asha belum berkeinginan sedikitpun untuk berbaikan.
*
*Suara bel pulang sekolah berbunyi nyaring di setiap penjuru, semuanya berhamburan keluar dengan tertib didepan.
Di gerbang depan, mendadak akses jalan menjadi terhenti karena turunnya hujan yang langsung besar tanpa aba-aba mendung sebelumnya. Suara petir yang menyambar membuat semua gadis-gadis yang meneduh berteriak ketakutan.
Berbeda dengan cuaca pagi yang sangat cerah, pulang sekolah sore ini disuguhi oleh hujan yang lumayan deras disusul dengan suara petir-petir menggelegar.
Asha yang sibuk mencari Rakha terhenti didepan aula sekolah untuk menunggu, ia tak membawa payung ataupun jas hujan. Hanya seribu harap bahwa Rakha akan menemuinya disini sebentar lagi.
•••
Beberapa saat berlalu, Rakha tak kunjung datang untuk menghampiri. Namun Asha melihat mobil miliknya masih terparkir rapih diparkir sekolah terguyur oleh hujan.
Secara bersamaan, layak entah ada cahaya dari mana, Abbas datang menggunakan payung bening dan satu payung lagi dalam genggamannya, pasti itu untuk Asha. Laki-laki itu memakai jas hujan walau memegang dua payung. Tapi itu terlihat sangat lucu, Abbas seperti anak TK yang pulang kehujanan berjalan menghampiri Asha dengan kaki yang tenggelam digenangan air hujan.
"Lo kenapa lucu banget sih kak!?" Ucap Asha spontan, sembari terkekeh melihat keadaan Abbas yang menyedihkan namun begitu sangat lucu.
"Ini, payung!"
"Terus itu kenapa pake jas hujan?" Tanya Asha.
Abbas tak menjawab, ia meletakan terlebih dahulu payungnya lalu membuka jas yang tengah ia buka.
"Kok dibuka?"
"Buat kamu, seragamnya besok dipakai lagi kan?" Tanya Abbas, menyodorkan jas hujannya untuk Asha pakai agar seragamnya tak terlalu basah terkena air hujan.
Asha menerima jas itu sembari tersenyum malu, ia segara menggunakannya langsung. Abbas ternyata begitu perhatian, sampai hal sekecil ini pun masih dia pikirkan. Padahal Asha masih punya 1 seragam lainnya dirumah.
Tapi karena Abbas telah berbaik hati ingat kepada seragam Asha, gadis itu akan tetap memakainya walau ia punya satu seragam cantik lagi dirumah.
"Udah? Ayo, mobil saya didepan karena susah masuk!"
"Iya, ay-"
"ASHA!" Teriak seseorang dibelakang sana.
Asha yang merasa namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya bersamaan dengan Abbas yang penasaran.
Itu Rakha. Dia tak sendiri, ada Zaylee dibelakangnya. Tepatnya dibelakangnya yang tengah Rakha gandeng menerobos hujan.
"Lo mau pulang? Bareng sama gue kan?" Tanya Rakha.
"Gak, gue dijemput kak Abbas." Jawab Asha dingin.
Rakha menatap Abbas tajam, "bukannya udah fiks sama gue tadi?"
"Kamu kan bawa Zaylee, aku dijemput kak Abbas. Adil?" Tanya Zaylee.
"Sha, gue minta jemput aja, udah sana lo sama Rakha duluan!" Sahut Zaylee, tak mau mencari masalah terlebih ada Abbas disini.
"Kak, ayo!" Ajak Asha, berjalan menuju depan gerbang dengan payungnya dan disusul oleh Abbas dari belakang.
Rakha dan Zaylee menatap belakang punggung Asha dan Abbas yang sesekali bergurau dibawah hujan yang turun begitu deras, mereka terlihat sudah sangat dekat walau dari kejauhan seperti ini.
Lagian kemana perginya Rakha dari tadi? Apa dia tak tahu Asha menunggunya sedari tadi lamanya? Laki-laki macam apa yang membuat kekasihnya menunggu ketakutan akan suara petir, sedangkan dia sendiri sibuk dengan wanitanya yang lain.
"Maaf ya, Rak! Gara-gara lo nunggu gue piket jadi keduluan sama Abbas. Seharusnya tadi lo duluan aja.."
"Gapapa. Ayo sekarang pulang, Zay!"
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Abbashana ✓ [REVISI]
Teen FictionSemuanya tak adil. Tapi setelah kamu datang, semuanya menjadi lebih menyenangkan karena kamu mengajarkan aku bagaimana cara ikhlas di setiap saat aku merasa bahwa dunia tak adil. Terimakasih Abbas, telah membawaku kembali kedalam ingatan yang pernah...