Vanya melongo, melihat sebuah motor terparkir rapih didepan gerbang rumahnya saat membuka gerbang untuk berangkat sekolah.
"Naik."
"Lo siapa?"
Vanya memandang lelaki dengan seragam sekolah yang sama dengannya, namun menggunakan helm fullface membuat Vanya hanya dapat memandang mata elang milik lelaki ini, sangat indah.
"Lo mau gue iyain apa engga?"
Ahhh, dia pasti Geralt.
"Bentar-bentar, lo tau rumah gue darimana?"
"Lo mau sekolah apa engga? Buruan naik."
Vanya tak mau buang buang waktu, dia melangkah masuk untuk menaruh kembali motor yang sudah berada didekat gerbang, dan meraih helm full facenya.
"Yukkk."
Jujur dia adalah lelaki pertama yang menjemput Vanya.
Axel tak pernah melakukannya, bahkan saat ban kendaraan Vanya bocor ditengah jalan, Axel tak pernah datang untuk membantunya.
Disepanjang jalan, Vanya tersenyum bahagia yang tetutup dengan helm full facenya.
Dia akhirnya bisa putus dengan Axel, karena sudah membawa lelaki ini sebagai pacarnya.
Motor terpakir rapih diparkiran sekolah, Vanya turun dari moge lelaki itu dan menunggu lelaki itu untuk melepas segala atributnya.
"Nama gue Reno, jangan panggil gue Geralt kalo disekolah."
Vanya memicingkan matanya, "Lo kapten Futsal?"
Lelaki itu terlihat menganggukkan kepalanya, keajaiban apa yang didapatkan Vanya kali ini. Niatnya hanya ingin menjadikan lawannya sebagai pacar kontrak, tapi ini dia mendapatkan kapten futsal, target awalnya.
"Lo tau gue kan?" Vanya bertanya sembari menaruh helmnya di jok penumpang.
Lelaki itu kembali menganggukkan kepalanya.
Wait, si kapten futsal mengetahui dirinya?
'Ahhh, dirinya memang terkenal, jadi wajar saja.' pikir Vanya.
"Oke. Nanti kekantin gue jemput lo kekelas, lo kelas berapa?" Vanya bertanya pada Reno (mode dalam sekolah).
"Gaperlu."
"Lo kan pacar gue. Yaa walaupun kontrak." Vanya mengecilkan perkataannya diakhir.
"Maksud gue, lo gaperlu jemput gue. Biar gue aja."
"Oke."
Vanya terjatuh oleh perhatian kecil yang untuk pertama kalinya ia dapatkan dari lelaki.
Jujur, biasanya Vanya-lah yang melakukan hal-hal itu, karena prinsipnya tak mau menjadi wanita menye-menye.
***
Vanya menelungkupkan kepalanya dilipatan tangan sejak awal pelajaran tadi, dia sangat mengantuk.
"Re, temen lo ada yang nyariin tuh didepan." Rere melihat pembicara itu, dia adalah Budi, ketua kelas mereka.
"Oke... Van." Rere langsung menggoyangkan lengan Vanya.
"Ada yang nyariin lo didepan, kata Budi."
"Males banget gue bangun." jawab Vanya tanpa mengubah posisinya.
"Sal. Coba cek sono." Rere menyuruh Salsa mengecek, siapa yang mencari Vanya.
Salsa melangkah keluar kelas, dan terdiam lalu kembali lagi kebangkunya.
"Van, dicariin Reno."
Vanya langsung bangkit dari posisinya, "Wait.." Vanya mencondongkan mukanya kearah Salsa dan Rere.
"Muka gua oke ga? Perlu touchup ga?"
"Aman aman." Rere berkata sembari memberikan dua jempolnya.
"Beneran?"
Vanya melihat kedua kawannya itu menganggukkan kepala mantap.
"Yukkk." ucap Vanya.
Ia melangkah keluar bersama dengan Salsa dan Rere tentunya.
"Udah lama?" tanya Vanya pada Reno yang menyandarkan punggungnya di dinding samping pintu kelas.
"Baru."
"Irit banget ngomongnya." lirih Vanya dalam hatinya.
Vanya tetap tersenyum, dan hendak meraih tangan Reno untuk di gandengnya.
"Kenapa?" tanya Vanya saat Reno malah memasukkan tangannya ke kantung celana.
"Ha?"
"Ish tangan lo, kenapa lo masukkin mau gue gandeng."
Reno melihat Vanya aneh, gadis ini terlalu bar-bar dan sepertinya dia tergolong Alpha Girl.
Reno mengeluarkan tangannya, lalu meraih tangan Vanya, "Harusnya gue yang gandeng." ucap Reno.
Membuat Rere dan Salsa tersenyum jahil, untuk pertama kalinya melihat pacar Vanya yang gentle.
Biasanya Vanya-lah yang lebih dulu melakukan apapun, baru disusul oleh lelakinya.
Tapi ini berbeda, walaupun Vanya hanya memanfaatkan Reno saja.
Tapi tunggu...
"Lo gajadi nargetin Geralt?" Rere berbisik pada Vanya yang berada didepannya, sembari menyondongkan badan.
"Geralt Areino Batara." ucap Vanya, membuat Reno menoleh kearah Vanya.
"Kenapa?"
"Gaada. Pengen nyebut nama lo aja, benerkan?"
Reno mengangguk.
Rere dan Salsa mengerti, "How lucky she's."
"Balik ke target awal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Strangers
Teen Fiction"Why don't you cry when we broke up?" "I always cry when I'm with you." *** Queenzy Lavanya Amora. Gadis blasteran yang cukup terkenal di SMA Internasional, biasa dia mendapatkan julukan Queen Mora, tapi nama panggilannya Vanya. Vanya tengah menjali...