6

311 34 13
                                    

*setahun kemudian*

*brak!*

Suara bantingan pintu menggema dikediaman medhtanan.

"Kau tak pernah mendengarkanku can!!". Maki tin kesal.

Bukan hanya pintu, ranselnya pun dia banting ke lantai.

Dia berjalan masuk terlebih dahulu ke kamarnya meninggalkan can yang merapikan kekacauan yang dia buat dilantai.

Can sendiri nampak masa bodoh dengan amukan tin.

Ekspresinya jelas datar dan terlihat malas.

"Oh?. ada apa dengannya?".

"Apa lagi keluhannya padamu kali ini can?". Tanya tuan dan nyonya medhtanan yang juga baru tiba dirumah dan mendengar keluhan anak bungsunya.

"Tuan .... nyonya.....". Can memberi salam sopan kepada kedua tuan besarnya.

"Itu, tuan muda tin sedikit marah karena urusan sekolah". Jawab can sopan.

"Sedikit?!". Tiba tiba tin kembali lagi.

"Tsk...". Can mendelik malas di dalam hatinya.

"Apa lagi kali ini?". Tanya tuan medhtanan bisa menebak keluhan menggelikan apa lagi kali ini yang dia permasalahkan.

"Can tidak mendengarkanku yah!. Dia masuk ekstrakulikuler sepak bola disekolah!". Lapor tin penuh emosi.

"...........oke. lalu?". Ucap tuan medhtanan yang tentu saja merasa malas.

"Ou?. Aku sudah mendaftarkannya ke club memasak yah!. Tapi dia menolak dan tetap bergabung ke club sepak bola!".

"Huft.....". Nyonya medhtanan menghela malas. "Tin, club apapun yang ingin can masuki itu hak can, kau tak boleh mengatur ngatur hal itu nak".

"Tapi can butuh masuk ke club memasak bu!. Apa ibu pernah makan masakan can?. Dia punya bakat namun terlalu malas untuk.....". Tin sejenak terdiam kemudian dia menoleh kepada can.

*gulp*

Tin menelan ludahnya mendapati can sedang menatapnya dengan tatapan mengancam.

"Yah, hina saja terus aku!. Tak akan pernah aku memasak lagi untukmu!. Kau lihat saja nanti!". Ucap can di dalam hatinya.

"Shit.....". Pikir tin panik, dia bisa menebak can marah padanya.

"What?. Kenapa tiba tiba diam?". Tanya tuan medhtanan menatap wajah canggung tin.

"Hah?. Hmn..... tidak yah. Tidak papa. Itu... ibu benar, can bisa masuk ke club manapun yang dia mau". Ucap tin dia tersenyum menatap can.

"Well, aku ke kamar dulu na...". Tin segera kabur ke kamarnya.

"Saya permisi tuan, nyonya...". Can juga mengundurkan diri dari sana.

"Hah......, anak itu bukannya makin dewasa malah makin aneh aneh saja tingkahnya". Tuan medhtanan menggelengkan kepalanya.

"Dia begitu hanya dengan can sayang. Untuk hal lain kini tin sudah jauh lebih bijaksana dan dewasa". Nyonya medhtanan tertawa mengingat bagaimana tin selalu protes ini dan itu pada can namun pada akhirnya dia mengalah juga.

*******

*ketika sore hari*

"Permisi nyonya. Malam ini tuan muda apa boleh makan diluar?". Tanya can kepada nyonya medhtanan.

"Oh?. Ada urusan apa memangnya can?".

"Salah satu teman dikelas merayakan ulang nyonya. Perayaannya disalah satu restoran di....".

Leave me here alone (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang