Gagarmayang

46 0 0
                                    


Bidadari tidak diciptakan untuk dibiarkan. Sekali mereka diberikan pada ksatria pilihan, mereka secara otomatis menjadi sadar akan kewajiban-kewajiban sebagai seorang istri. Tubuh mereka seperti mempunyai indera khusus. Ketika mereka masih bermain-main bebas di Kahyangan, mereka sama sekali tidak punya hasrat pada laki-laki. Mereka mengetahui keintiman sebatas sebagai teori yang diajarkan para dewa. Tapi begitu mereka menjadi istri seorang ksatria, tubuh mereka seperti menyesuaikan diri dalam beberapa hari. Mereka menjadi kenal bau laki-laki dan bernafsu sebagaimana perempuan bersuami.

Malam itu, Gagarmayang tidak bisa tidur. Derik jangkrik membuatnya terjaga, lolongan serigala di kejauhan membuatnya gelisah, kukuk burung hantu di samping Gua Pringgadani membuatnya resah. Citra Gatotkaca yang baru selesai mandi dengan perut berbelit handuk tempo hari tidak dapat lepas dari benaknya. Dia merasa gatal dan sedikit basah di bagian bawah.

"Sekaranglah saatnya..."

Gagarmayang tahu betul apa yang harus dia lakukan. Sampai sekarang, dia dan Gatotkaca masih tidur di kamar terpisah sebab lelakinya itu masih belum bisa menerima status mereka. Tapi sekarang Gagarmayang sudah tidak bisa menunggu lagi. Dia memberanikan diri masuk kamar Gatotkaca yang memang tidak dikunci.

Di balik pintu itu, Gatotkaca terlentang di atas ranjang batu. Dadanya telanjang dan dengkurnya garang. Jantung Gagarmayang seperti diremas-remas melihat pemandangan itu. Untuk sesaat dia terhuyung karena kakinya terasa lemas. Gatotkaca terlihat sangat gagah saat tidur mendengkur. Dia memesona. Menggairahkan.

Bidadari itu melepas bajunya satu-persatu lalu tanpa bisa bersabar lagi, dia naik ke atas ranjang dan menjatuhkan pantatnya tepat ke atas perut Gatotkaca. Di atas tubuh perkasa itu, dia mengangkang.

"Whoa!" Gatotkaca kaget. Kelopak matanya langsung membuka. Hampir saja dia menghempaskan Gagarmayang karena mengira apa yang baru saja menimpa perutnya itu adalah serangan musuh. Untungnya reflek itu kalah cepat dari kesadaran bahwa ternyata itu hanya Gagarmayang, yang berusaha menindihnya, dengan tubuh telanjang.

"Sedang apa kamu!?"

"Inilah yang dilakukan ibumu pada ayahmu di atas bukit."

"Haaa?" Mulut Gatotkaca menganga agak lama. Dia juga mengucek-ucek mata untuk memastikan dirinya tidak salah lihat. "Mustahil! Tidak, tidak, tidak. Aku tidak percaya."

Gatotkaca belum pernah melihat perempuan telanjang baik secara sengaja atau tidak. Bagian-bagian tubuh dari tulang selangka hingga lutut adalah pemandangan asing yang belum pernah dia lihat satu kali pun seumur hidup. Menurutnya, melihat bagian-bagian itu sangat tidak sopan. Bahkan, Gatotkaca tidak pernah berpikir bahwa ada saat ketika pasangan suami istri sama-sama telanjang dan saling melihat satu sama lain. Itu... aneh.

Sambil mengatupkan kedua kelopak matanya kembali, Gatotkaca berusaha bangkit. Tapi Gagarmayang mencegah dengan mendorong dadanya ke arah ranjang.

"Bidadari tidak dibuat untuk mengucapkan kebohongan, Glenn." Gagarmayang semakin dikuasai nafsu. Seluruh anggota badannya seperti bergerak sendiri. Mulutnya juga seperti berkata tanpa berpikir. Tangannya menampar pipi Gatotkaca, lalu dia membungkuk untuk menggigit-gigit leher lelakinya itu dengan mesra. "Aku milikmu. Aku istrimu. Gunakan. Nikmati."

"Hentikan!"

"Tidak mau."

"Kamu bilang kamu menuruti semua yang kuinginkan."

"Tidak untuk yang ini. Lagipula, laki-laki normal justru akan menyuruhku untuk lanjut terus, bukannya berhenti."

"Maksudmu, aku tidak normal, begitu!?"

"Bukannya tidak normal. Kau hanya belum terbiasa. Percayalah. Ikuti saja aku dan setelah ini kujamin kau akan memohon-mohon supaya kita melakukannya lagi."

TETUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang