Seorang gadis duduk di sebuah kursi kapal. Kursi kapal terlihat sangat sepi, hanya ada dirinya dan seorang ibu-ibu yang menggendong anaknya. Sisa kursi lainnya kosong. Mungkin yang lain berada di kursi lantai bawah.
Sena sengaja duduk di kursi yang berada di lantai tiga kapal. Ia ingin memandangi lautan lebih jelas. Ia ingin bisa melihat seluruh lautan agar ia tidak terus-terusan memikirkan sakit hatinya dan agar ia bisa terus membatalkan niatnya yang selalu ingin melakukan bunuh diri.
Sena sengaja meminta sang mama untuk pergi naik kapal. Ia sengaja. Alasannya? Agar jika di perjalanan ia ingin bunuh diri, ia akan membatalkan niatnya. Ia sangat menyukai laut, entah kenapa.
Tiap kali memandang laut, hatinya terasa tenang. Tiap kali ia memandang laut, segala beban di kepalanya seketika hilang. Menghirup aroma laut seperti sebuah candu baginya. Sena seperti benar-benar mencintai lautan.
Saat asik-asik memandang lautan, gadis itu tersenyum tipis, kemudian mengeluarkan ponsel nya. Ia mengirimkan pesan kepada sang mama dan sang papa.
•••
Seorang pemuda berlari masuk ke dalam sebuah gang kecil ketika sudah selesai memarkirkan motornya di depan gang. Saking kecilnya, motor pun tidak bisa masuk.
Dia adalah Jaemin. Jaemin akan pergi ke rumah Karina karena gadis itu ternyata sudah dipulangkan ke rumah. Tapi bagaimana bisa ia dipulangkan ke rumah sedangkan gadis itu mengalami patah tulang? Masalah biaya? Tidak masuk akal karena seluruh biaya rumah sakit itu orangtua Sena yang membayar.
Karena kecelakaan yang dialami Karina itu karena ulah Sena, kedua orangtua Sena dan Jeno juga memberi uang permintaan maaf. Nilainya pun tidak main-main. Jadi tidak mungkin gadis itu pulang karena masalah biaya.
Jaemin terus berlari melewati rumah-rumah kecil yang ada di sepanjang lorong. Sampai akhirnya matanya melihat sebuah rumah kecil yang sedikit terang daripada rumah-rumah lainnya.
Belum sampai di depan rumah Karina, Jaemin sudah berniat berteriak lebih dulu. Namun, niatnya ia urungkan ketika tak sengaja melihat Karina yang sedang mengambil baju seragam yang sudah kering.
Namun, bukan itu yang membuat ia terdiam sampai memicingkan matanya. Bukan.
Karina berjinjit dengan kedua kakinya dan mengambil baju itu dengan tangan yang patah. Padahal, kaki kiri Karina dan tangan kanannya patah. Bagaimana bisa gadis itu berjinjit disaat tulangnya patah? Bagaimana bisa gadis itu mengambil sebuah baju dengan tangan yang tergips?
"Lo bisa jalan?" Tiba-tiba Jaemin menceletuk membuat gadis itu terlonjak kaget.
Padahal, saat di rumah sakit kemarin setengah mati rasanya ia melihat Karina untuk berjalan. Jangankan berjalan, berdiri pun gadis itu selalu menangis.
Melihat kehadiran Jaemin, tangan yang tergips yang sedang mengambil baju di jemuran pun langsung ia letakkan di depan perutnya, layaknya seorang yang sedang patah tulang.
"Jawab! Lo bisa jalan! Lo enggak ngerasa sakit kan!" bentak Jaemin dengan tubuh yang sudah berada tepat di depan tubuh Karina.
Karina, detik pertama wajahnya terlihat shock. Namun, detik kemudian ia gantikan dengan wajah datar dan sinis. Karina mengangkat tangannya yang tergips yang katanya patah itu setinggi wajah Jaemin.
"Seperti yang lo liat," kata Karina. Kemudian kaki yang tergips itu ia hentak-hentakkan beberapa kali seperti tidak memiliki rasa sakit sedikit pun. "Seperti yang lo liat juga. Enggak kenapa-kenapa."
Melihat itu, Jaemin terkejut. Pemuda itu membulatkan matanya selebar mungkin dengan mulut terbuka lebar. Bagaimana bisa?
"L-lo enggak kenapa-kenapa? Lo sama sekali enggak luka? Tulang lo sama sekali enggak patah?" tanya Jaemin dengan nada suara tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Sissy | Lee Jeno
FanfictionLee Jeno yang biasanya penuh dengan cinta. Lee Jeno yang selalu menuruti segala kemauannya tiba-tiba berubah karena sosok perempuan yang merusak hubungannya dengan kembarannya. Ia membenci perempuan itu. Ia membenci perempuan yang menjadi kekasih da...