Bab 20

1K 105 0
                                    

Di mata Andra sendiri, Nicola saat ini juga masih secantik lima tahun lalu. Masih semenarik dulu, yang membedakannya saat ini adalah aura bintang besar yang melekat padanya.

Carmen ikut menemani pertemuan itu, ia duduk di meja yang berjarak hanya dua meja dari mereka. Bersama pria kulit hitam berbadan tiga kali lipat besarnya dari Andra. Juga tinggi sekali, mungkin hampir dua meter! Pria yang di mata Andra mirip gorila itu, kemungkinan besar bodyguard Nicola.

Mereka berdua duduk semeja, sengaja mengambil tempat agak jauh tapi juga tidak terlalu jauh. Dan meski keduanya kelihatan acuh tak acuh. Tapi Andra tahu, baik Carmen maupun si gorila sedang sibuk mengawasinya. Bersikap waspada mirip agen terlatih.

"Itu Burke," kata Nicola saat dirasanya Andra sempat memperhatikan si gorila atau king kong? " Bodyguard pribadiku. Mantan marinir dan pasukan khusus."

"Bodyguard seorang Nicola Watson tidak main-main, ya."

Nicola tidak menanggapi. Tapi kemudian cengkeraman pada outer yang ia kenakan mengetat kencang, saat Andra menarik kursi untuk duduk Nicola. Pria itu berdiri terlalu dekat dengannya!

Andra tentu saja melihat ekspresi takut dan tidak nyaman Nicola, meski tidak lama kemudian gadis itu berhasil menghilangkan rasa takutnya. Hingga baik Carmen maupun Burke tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Nicola. Tapi Andra terlanjur melihatnya, dan diam-diam mengutuk dalam hati.

Jadi Nicola takut padanya? Peristiwa itu pastilah telah meninggalkan trauma mendalam di hatinya. Ia memang brengsek, bagaimana ia dulu bisa menyakiti gadis itu?

"Maaf, kalau kamu merasa tidak nyaman." Andra duduk agak jauh, mengambil jarak agar Nicola merasa nyaman. Terbukti, gadis itu perlahan relax.

"Kenapa kamu ingin bertemu?" tanya Nicola tanpa basa basi, bahkan sebelum Andra sempat menawarkan minuman. Ia mengeluarkan tempat rokok dari kantong outer yang ia kenakan. Menyulutnya dan menghembuskan asapnya perlahan ke udara. "Kamu bahkan  rela menyewa restoran ini hanya untuk bertemu denganku. Kuharap ini uang pribadimu, bukan milik orang tuamu."

"Ini uang pribadiku. Aku ada usaha di Indonesia, penghasilannya cukup untuk hidupku."

"Selamat. Kau sudah jadi Boss."

"Kau menyindirku?"

"Tidak. Bukankah dulu kau memiliki cita-cita untuk membangun perusahaanmu sendiri?"

"Kau masih ingat?"

"Kau ingin aku melupakannya?"

"Tidak. Aku senang kau ingat itu."

"Juga bila itu hal yang buruk?"

Andra menelan ludah pahit, " Nikki..."

"Kau memanggilku Nikki."

"Hah? Tidak boleh?"

"Kau bukan temanku. Hanya teman-temanku yang memanggilku Nikki. Sisanya memanggilku miss Watson."

"Aku memang bukan temanmu. Tapi aku mantan kekasihmu."

Nicola menghembuskan asap rokoknya lagi, terlihat tidak sabar dan resah. Entah kenapa, duduk berdua dengan Andra seperti ini, meski ditemani orang lain. Masih membuatnya resah. "Kenapa kau ingin bertemu denganku?"

"Aku ingin mengetahui kabarmu."

"Belilah koran atau majalah yang memuat berita tentangku. Kau akan tahu mengenai kabarku dari sana."

"Aku ingin tahu secara langsung kabarmu. Dari mulutmu sendiri, bukan dari koran atau majalah. Apalagi berita di televisi!"

"Aku baik, puas?"

"Tidak." Andra menggeleng lemah. "Bisa buka kacamatamu? Lampu di sini terang. Apa itu menyilaukan?"

"Kau terlalu banyak permintaan!"

"Aku hanya ingin melihat matamu," ucap Andra lembut sekali. "Apakah masih seindah dulu.."

Nicola tertegun. Tapi perlahan melepas kacamata hitam besar yang ia kenakan. Meletakannya di atas meja. Andra mengangguk puas.

"Matamu...masih seindah yang kuingat..."

"Rayuan?" Sinis Nicola.

"Masih ampuh?"

Nicola menggilas rokoknya di atas asbak yang memang telah disediakan. Gerakannya seakan rokok yang sedang digilasnya itu adalah Andra. Mungkin gadis itu memang membayangkan rokok itu adalah Andra.

"Maaf, aku harus pergi. Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengarkan rayuanmu!"

"Karena kamu takut bakal jatuh cinta lagi padaku?"

"KARENA KAMU PRIA PALING MENYEBALKAN DAN BRENGSEK YANG PERNAH AKU TEMUI!"

Kemarahan Nicola tiba-tiba bangkit, ia berdiri. Diikuti Carmen dan Burke. Tapi keduanya tidak ikut campur, karena isyarat yang diberikan Nicola.

"Seharusnya aku memang tidak menyetujui untuk bertemu denganmu! Apa kau pikir karena aku bersedia bertemu denganmu, maka aku sudah melupakan perbuatan yang kau lakukan padaku? Kau salah besar, Tuan Andra yang terhormat. Aku belum melupakannya. Asal kau tahu, saat ini pria yang paling kubenci dalam hidupku. Itu adalah kamu, kamu Andra!"

" Maaf..." ucap Andra getir dan pahit. "Maafkan aku Nicola.."

"I can't..."

"Nikk..."

"Aku tidak bisa.., tolong jangan ganggu hidupku lagi ndra.."

"Aku mencintaimu, Nicola Watson. Aku masih mencintaimu." Ucap Andra tiba-tiba. " Bahkan setelah bertahun-tahun, aku masih mencintaimu. Maafkan aku, karena tidak bisa berhenti mencintaimu."

"Cukup! Jangan katakan lagi. Tidak usah bilang cinta atau kata-kata rindu. Karena kedua kata itu sudah lama mati di dalam hatiku. Mati, bersama perbuatan brengsekmu lima tahun yang lalu."

Bitter sweet love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang