02. Hujan

39 24 5
                                    

"Aku hanya butuh kasih sayang bukan sebuah tangan yang selalu meninggalkan luka"
-Aramevta

Rintik rintik air hujan mulai turun kebumi, Siswa siswa Alderic School satu persatu mulai pulang kerumah, cuaca semakin mendung dan hari pun semakin gelap. Semua siswa sudah pulang kecuali Mevta ia masih menunggu hujan reda.

Udara dingin mulai masuk ke dalam tubuh nya, ia hanya diam dan merenungi nasib nya. dunia emg tak pernah adil tapi begitulah setiap manusia pasti memiliki masalah nya masing masing, tapi terkadang banyak manusia yang memilih untuk menyerah.

ia sebenernya ingin menyerah tapi ia menyadari bahwa Tuhan itu baik, Tuhan itu adil, Tuhan punya hadiah untuk nya setelah apa yang sudah ia lewati

Hujan tak kunjung reda, sudah pukul 17.00 ia harus pulang tak ingin jadi sasaran amarah kaka dan papa nya Mevta memilih untuk pulang.

Melihat ke kanan dan kekiri tak ada angkutan umum yang lewat, tak ingin menunggu lebih lama lagi akhirnya Mevta pulang jalan kaki, jarak dari sekolah ke rumah nya lumayan jauh

Kedinginan, lapar, sakit, itu lah kondisi nya saat ini, seragam nya sudah basah kuyup, sesampai nya dirumah Papa nya memasang wajah marah.

"Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang ha?" tanya Argamandra

"Maaf pah, aku tadi tunggu hujan nya reda" kata Mevta

"SIALAN JANGAN PANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN SEPERTI ITU. KAMU BUKAN ANAK SAYA!" sentakny

"M-maaf" kata Mevta sambil menunduk ia tak berani melihat wajah papa nya

Argamandra tiba tiba menyeret Mevta ke dalam rumah, tak hanya itu iya pun memukuli nya tanpa ampun

Brugh

Dughk

Dughk

"Ini buat kamu yang sudah berani bolos" kata Argamandra melayangkan tamparan kepada mevta

plak

Menangis, itu lah yang hanya Mevta bisa lakukan. Memohon dan minta ampun juga percuma. Argamandra seolah olah tuli tidak mendengar jeritan sang anak

"Ampun pah"

"S-sakit"

"Aku mohon, berhenti pa"

Argamandra dikuasai oleh emosi, ia memukuli anak nya tanpa ampun, tangisan Mevta sudah pecah, Mevta memohon mohon agar papah nya berhenti, namun ia tak kunjung berhenti malah terus menampar dan menendang anak nya.

"H-hiks sakitt pa" rinta nya

"ANAK GAK TAU DIRI, SIAPA SURUH KAMU BOLOS, SUDAH UNTUNG KAMU SAYA SEKOLAHKAN" kata Argamandra dengan suara yang tinggi

"Aku gak bolos" kata mevta

"SUDAH BERANI BOHONG KAMU HAH" kata Argamandra

"Aku gak bohong, sumpah demi tuhan aku gak bolos" ucap nya menahan sesak didada, tak bisakah papa nya percaya pada nya sekali saja

Dughk

Papa nya kembali menendang perut anak nya

"Tidak usah bawa bawa tuhan sialan" kata Argamandra

Sudah puas memukuli anak nya ia pun pergi tanpa peduli dengan kondisi anak nya seperti apa, Mevta hanya meringkuk sesegukan raga nya rapuh, hati nya hancur berantakan, dan fisik nya sakit.

Ia berusaha bangun berpegangan pada dinding rumah nya, memejamkan matanya menahan sakit. luka yang kemarin belum kering kini sudah ditambah lagi.

Seorang perempuan sedang berdiri diatas tangga melihat kejadian tadi hanya tersenyum puas, seolah olah kejadian tadi hiburan untuk nya.

"Tuhan sakit" ucap Mevta

Mevta kembali menangis, dada nya segitu sesak, ia sangat lelah menghadapi ini semua. Mevta menangis sesegukan dipojok kamar nya menekuk kedua lututnya, ia hanya butuh pelukan hangat dari mereka tetapi ia tak pernah mendapatkan nya.

Seisi rumah seolah olah tuli dan buta tidak ada satu pun yang peduli dengan kondisi Mevta, Bahkan pembantu nya tidak ada yang berani membantu nya karna ancaman dari Lestari mamah tiri mevta.

Ia melihat kaca dihadapan nya, tak berpikir panjang ia memukul kaca dengan tangan nya, membuat kaca itu pecah berserakan

Tes

Darah mengalir ditangan nya, kesadaran nya pun mulai hilang, pandangan buram.
"Jemput aku Tuhan, aku lelah" rintih nya kesadaraan nya pun hilang, ia jatuh pingsan, darah nya masih mengalir terus ditangannya.

ARAMEVTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang