~
"Okeee, and cut" arahan sutradara dan mengakhiri sesi take hari ini
"Alhamdulillah, terima kasih semua" ucap Reva sembari tersenyum, bertepuk tangan, dan berjalan menuju tempat duduknya
Waktu telah menunjukkan pukul 3 pagi. Syuting kali ini dilakukan dari jam 8 malam hingga dini hari. Biasanya syuting akan selesai pukul 5 atau 6 pagi, namun karena sedikit pengulangan sehingga bisa selesai lebih cepat
"Aku ada kuliah jam berapa, Ya?" tanya Reva pada asistennya, Aya.
"Hari ini kamu kuliah pagi sampe siang Rev. Ohya ntar sore kamu ada take lagi, cuma kita pindah lokasi" jelas Aya.
"Yasudah, aku rebahan sebentar di mobil deh Ya. Habis ini kamu langsung pulang aja, nanti tolong kabarin aku aja buat take lagi. Kamu naik taksi aja, biar aman. Ini masih pagi banget soalnya" ucap Reva sembari membereskan barangnya dan beranjak menuju mobilnya.
"Siap 86, Rev!" saut Aya tersenyum.
Bagi Aya gadis berusia 23 tahun itu, Reva adalah rekan kerja. Reva selalu memperlakukan Aya seperti adiknya. Aya bekerja dengan Reva setelah pertemuan mereka. Sejak saat itu, Reva meminta Aya untuk bersamanya, dan sampai detik ini lah kekeluargaan mereka terjalin.
Setelah sampai di mobil, Reva memejamkan mata sejenak dimobilnya. Untung saja mobil tidak terkunci. Kepalanya sedikit terasa lebih berat. Mungkin karena belakangan ini ia kurang istirahat dan terus memforsir tubuhnya.
"non sudah di mobil? mamang kira non teh masih di lokasi" ucap mang Sapri yang kaget melihat sang nona muda sudah stay di dalam mobil
"iya mang, kepala Reva agak sakit, makanya tadi langsung ke mobil. Ohya mang, bisa langsung antar Reva ke rumah Umi? Mau manja-manjaan dulu sama Umi" tolong Reva seraya tersenyum ke arah mang Sapri
"siap non, kita berangkaaaaat" balas mang Sapri sembari melajukan mobilnya
Sekitar 45 menit waktu yang ditempuh, akhirnya Reva sampai di kediaman orang tuanya. Bisa dibilang kediaman orang tuanya sangatlah sepi.
Bagaimana tidak, meskipun Reva anak bungsu, sang kakak terbilang sibuk untuk mengurusi bisnisnya di luar negeri, bahkan Umi dan Abinya sering meninggalkan dirinya untuk urusan bisnis. Tinggallah ia dengan sederet maid yang membantu di rumah ini.
"waah selamat pagi non Reva" sapa satpam ketika mang Sapri melewati gerbang utama
"pagi pak, saya masuk dulu ya pak. Mari" jawab Reva dari dalam mobil
Setelah mobil berhenti tepat di depan pintu, Reva segera turun dan taklupa mengucapkan terima kasih serta meminta mang Supri untuk segera istirahat.
tok..tok..tok..
Entah kebetulan atau memang firasat, mendengar ketukan pintu utama, Umi yang baru saja selesai solat tahajud segera meminta tolong salah satu maid untuk membukakan pintu.
"Eeh non Reva toh, silahkan masuk non" ucap maid sembari membukakan pintu. "Assalamualaikum mba, hehe iya ini Reva. Makasih mba, Reva masuk dulu ya, mau bangunin Umi hehe"
"Assalamualaikum Umiiiiii, anak Umi yang cantik ini pulaaang" teriak Reva sambil terus menyunggingkan senyumnya masuk ke dalam rumah
"Waalaikumsalam anakku, ya Allah bisa pelan-pelan nak? Masih pagi sekali ini" berjalan keluar dari kamar untuk menghampiri anak gadis satu-satunya
"hehe afwan Umi, takutnya Umi gakdenger Reva dateng. Umi, kepala Reva sakit mii" rengek Reva sembari bergelayut manja di lengan Uminya setelah bersalaman
"Ya Allah nak, sakit kenapa kepalamu? Mau Umi panggilkan dokter nak?" tanya Umi khawatir sambil menatap anaknya dan beriringan berjalan ke arah sofa untuk duduk
"Reva kurang tidur kayaknya mi, mau dielus aja sama Umi. Sama mau bobo bentar yaa mi" manja Reva sembari rebahan diatas paha sang Umi
"Umi bangunkan ketika adzan subuh ya?" tawar Umi
"Reva sedang halangan mi, kayaknya ini juga karena tamu Reva lagi dateng deh mi" jawab Reva sembari memejamkan matanya
"Yaudah sini Umi elusin Reva, nanti Umi bangunkan jam 6 ya sayang" jawab Umi tersenyum sembari mengelus kepala sang anak
"Terima kasih Umi" lirih Reva karena sudah mulai terlelap
~
Setelah sekian bulan, akhirnya niat ini kembali.
Semoga suka dengan bacaan sederhana ini, terima kasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
REVARGA
RomanceMenjadi yang kita inginkan itu mimpi semua orang, tapi menjadi mimpi dari orang lain itu belum tentu diinginkan banyak orang. Seperti halnya yang dirasakan oleh Reva. Ketika mimpinya dan mimpi orang yang disayangnya harus ia wujudkan, hadir pula lak...