"Ya, sir. Saya akan mengatur ulang jadwal anda untuk pertemuan anda dengan Choi Yunha."
Suara itu mencuri perhatiannya, memang sangat jarang berinteraksi. Namun tahun-tahun menjadi pendamping Chanyeol ia cukup mengenal si pemilik suara.
Suho, sekretaris pribadi Chanyeol. Tak mungkin ia memiliki atasan selain Chanyeol, bukan? Ia terlalu sibuk dan gajinya sangat cukup untuk mencari pekerjaan kedua. Maka Baekhyun menyimpulkan sekretaris suaminya itu sedang berbicara pada Chanyeol.
"Ahahah, maaf aku tak akan terlalu formal, Chanyeol ah" Suho terkikik karena sepertinya mendapat teguran.
Tebakannya benar, suaminya yang sedang tersambung di telepon. Jika itu terkait dengan pekerjaan, bukankah biasanya nama perusahaan atau instansi klien yang berhubungan yang di sebutkan sekalipun berada dalam sambungan telepon? Benaknya meliar, ia tahu persis bagaimana Chanyeol dan Suho berkomunikasi, terlebih terkait dengan pekerjaan.
Meremat dada, kesakitan begitu terasa menyesakkan karena nyatanya suaminya memiliki pemegang hati yang lain selain dirinya, memang belum jelas kebenarannya. Namun ini suatu jawaban secara tak langsung atas pertanyaannya mengenai alasan dibalik sikap Chanyeol kini. Semuanya berkaitan dan masuk akal, bagaimana diamnya Chanyeol selama ini dan ketidakpeduliannya atas kehamilannya saat ini.
Ingin dirinya menertawai kenyataan yang seharusnya ia sadari sejak kemarin-kemarin. Ia tak cukup berguna selama menjadi bagian dari Chanyeol, mereka memang megikat janji suci di altar, membuat suatu kesepakatan untuk saling terbuka sejak awal pernikahan dan berjanji untuk mendampingi tumbuh kembang anak mereka dengan baik.
Ia turun dari mobil, berjalan gontai menuju apartemennya, meringis ketika bayinya menendang namun tersenyum kemudian. Langkahnya berhenti, Chanyeol berdiri beberapa langkah di depannya ketika ia keluar dari lift.
"Baek, Jiwon-" nada suaminya tampak panik, mungkin karena tidak ada Jiwon ketika dia pulang bekerja.
"Di rumah ibuku." Jawab Baekhyun cepat, ia mendahului Chanyeol dan masuk begitu saja. Helaan nafas berat terdengar begitu jelas, seperti meredam amarah dan mencoba bersabar. Seharusnya Baekhyun yang melakukan itu, sudah sangat cukup bersabar selama ini mendapat perlakuan dingin suaminya yang bahkan ia tak tahu apa kesalahannya, ditambah sebuah jawaban baru yang ia dengar tadi, suaminya memiliki cinta yang lain.
Niat menitipkan Jiwon di rumah ibunya karena ia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Chanyeol mengapung begitu saja, toh ia sudah tahu apa yang menjadi masalah rumah tangga mereka.
"Aku tak masak, sedang tak ingin. Beli saja diluar jika lapar." Ketus Baekhyun, ia melepas jaketnya dan menyalakan televisi, duduk diam di sofa.
Chanyeol diam di tempatnya, melepas dasi yang terasa mencekiknya dan duduk di samping Baekhyun dengan segera, ia sangat hafal jika Jiwon dititip ke rumah ibu atau kakanya, maka disitulah kemarahan Baekhyun padanya sudah tak terbendung. Tangannya merengkuh bahu yang tampak rapuh itu, pandangannya teralih pada perut besar Baekhyun yang selalu ia sakiti sejak awal ia berada disana, hingga sekarang pun ia tak pernah memperhatikan bagaimana kondisi jabang bayinya itu. Menyesal, ia merasakannya hingga sesak menghambat nafasnya.
"Tak perlu menyesal jika semenit kemudian kau kembali acuh" sindir Baekhyun seraya menggeser tubuhnya menjauh.
Ya, ia akan menyesal ketika ia ada di sekitaran Baekhyun.
"Maafkan aku."
Tangannya merambat pada pinggang yang ini berisi itu, dagunya bertumpu pada pundak sempit yang terasa kaku itu. Tangannya mengelus perut yang membesar lucu, hidungnya mengendus aroma stroberi pada ceruk leher Baekhyun, namun perlakuan itu kini tak lagi membuat lenguhan kecil dan cicitan lucu. Ia sendiri kaget dengan kakunya Baekhyun kali ini, ia memutar tubuh kaku itu, menatap netra yang masih enggan balas menatap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Completely Disappointed [Revision Ver.]
FanfictionBaekhyun menghela nafas, rumah tangganya kini terasa hambar. Tak ada hal yang mengesankan untuk diceritakan pada ibunya ketika beliau menelepon, yang ada dirinya berbohong soal ini itu agar terdengar baik-baik saja. Mengecewakan, dan dia tak tahan d...