Tak aku sangka aku akan menganalisa di depan kakek Terry, kakeknya Andani. Aku sempat kaget juga ketika bertemu dengannya di depan rumah. Perasaan yang sama ketika pertama kali bertemu dengannya aku alami sekarang juga. Akan tetapi, tidak semenakutkan waktu pertama kali bertemu. Apalagi setelah mengetahui bahwa beliau adalah teman masa kecil nenekku. Jika nenek Irene masih hidup pasti akan senang kalau aku menceritakan hal ini, soalnya nenek sering membicarakan mengenai kakek Terry.
Aku jadi penasaran hubungan apa yang mereka lalui sehingga membuat mereka jadi seperti itu. Kakek Terry juga nampaknya sangat mengagumi nenek Irene. Hmm... ya suatu saat juga pasti akan terbuka teka-teki ini. Hanya saja, aku membicarakan kasus yang sedang aku tangani ini dengan kak Andani di depan kakek Terry. Padahal sejak aku mendapat kasus ini, aku berniat tidak akan memberitahu siapa pun kecuali kakek John dan nenek Marple. Mungkin ketika kak Andani mengatakan kakek Terry suka dengan teka-teki dan misteri sama seperti nenekku, aku jadi percaya dan mencoba menceritakan ini. Tak salah juga aku menceritakan ini karena kakek Terry adalah teman masa kecil nenek Irene. Jadi aku mempercayainya.
Kembali ke waktu dua jam yang lalu setelah makan malam, aku menceritakan apa yang aku temui tadi sore ketika aku mendapati sebuah amplop dengan pengirim Robin itu. Aku menceritakannya dihadapan kak Andani dan kakek Terry.
"Oh begitu toh ceritanya. Menarik juga ya, Andani," kata kakek Terry sambil menyilangkan tangannya dan berpikir.
"Lalu apa yang membuatmu curiga sekarang?" tanya Andani cuek dengan perkataan kakekknya.
"Kecurigaanku adalah kenapa surat ini dikirim ke rumahku dengan nama pengirim Robin," kataku sambil menunjukkan nama pengirim di surat putih itu. "Padahal sebelumnya surat ini selalu dikirim ke toko Arsene dan tanpa nama pengirim. Kalau pun ada nama pengirim, biasanya terdapat di dalam surat bukan di amplopnya."
"Benar juga ya. Dari sms yang kamu kirimkan ke aku, ia selalu tidak menuliskan nama. Lalu kalau kamu curiga, kenapa tidak dibuka saja suratnya?"
"Itu karena aku ingin tahu pendapat dari kak Andani," kataku.
"Kalau begitu buka saja, nak Jane. Biar gak penasaran," saran kakek Terry.
Surat pun aku buka dan terdapat secarik kertas dengan kode angka yang membuatku bingung ketika pertama kali melihatnya. Apa ini surat dari Robin? Kok aneh dari biasanya.
"Bagaimana?" tanya kak Andani
"Ini. Hanya berisi kalimat dan angka-angka yang banyak."
Kak Andani melihatnya isi surat itu. Memang jujur ia mungkin juga penasaran dengan teka teki ini. Tidak biasanya Robin memberi surat seperti ini.
"Apa maksudnya ini? Kok beda dengan surat sebelumnya," kata Andani yang juga bingung dan kesel.
"Beda bagaimana, le?" tanya kakek Terry. Ah aku lupa kalau ada kakek Terry, terkadang aku sering mencuekkan beliau. Aku jadi merasa tidak enak.
"Beda kek. Soalnya selama ini, Robin mengirimkan surat berisi kiasan-kiasan yang membuatku kesal dan marah. Akan tetapi kali ini hanya berupa satu kalimat dan angka-angka yang membingungkan. Kan ini jadi tambah membingungkan dan mencurigakan. Apa benar ini dari dia. Apa maksudnya pula ia mengirimkan surat ini."
"Memang isinya apa sih sampai bikin nak Jane bingung?" tanya kakek Terry.
Kak Andani memperlihatkan isi surat Robin di hadapan kakek Terry. Kakek Terry mencoba melihat, tapi karena tulisannya terlalu kecil, ia mengambil kacamata baca yang ada di sakunya. Ia mengganti kacamata anehnya itu dengna kacamata bacanya. Dalam surat itu tertulis:
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintang Kartika
Mystery / ThrillerCerita dengan genre roman detektif yang mengisahkan sebuah perjalanan cinta antara dua orang rekan yang awalnya membentuk sebuah grup detektif swasta, Sherry Locke. Pembentukan grup tersebut dikarenakan kecintaan mereka terhadap cerita misteri dan d...